『ft』. ᴴᵂᴬᴺᴳ ᵞᴱᴶᴵ
[COMPLETED]
↳ Orang-orang bilang, Jean terlalu bar-bar untuk Sean yang notabenenya adalah ketua Rohis di sekolah. Orang bilang, sebaiknya Sean tak dekat-dekat dengan Jean karena gadis itu membawa aura buruk untuknya.
Semesta jug...
Jeana mengeratkan genggaman tangannya pada tas gendong biru muda miliknya. Sebenarnya dia juga bingung pada dirinya sendiri. Bagaimana bisa ia memikirkan untuk melakukan hal bodoh ini??
Iya, Jeana memutuskan untuk mengikuti Sean seharian ini. Tentu saja ia mengikuti kekasihnya secara diam-diam.
Ah, pikiran ini muncul gara-gara oknum Hanan yang belakangan ini terus menghasutnya.
Dia terus saja mengoceh tentang keserasian antara Sean dan Gebi. Kalau dinilai dari kecocokan, jujur, Jeana juga mengakui kalau keduanya sangat serasi.
Gebi yang kalem, pintar, dan kelihatan seperti anak baik-baik itu cocok dengan Sean yang adem.
Menggelengkan kepalanya, Jean mencoba menepis segala pikiran buruk tentang kekasihnya dengan orang lain. Seharusnya dia tidak berpikiran seperti ini.
"Lo udah siap hati, belum?" Hanan melipat kedua tangannya di depan dada sambil menatap Jean dengan remeh.
"Bacot."
"Hahaha santai aja, Je. Gak usah ngegas."
Perempuan itu mencubit lengan Hanan dengan keras. Rasanya sangat kesal mendengar Hanan berbicara dengan nada meledek itu. Jika ada penghargaan untuk orang paling menyebalkan, maka sudah pasti Hanan akan berada di peringkat pertama.
"Btw, Hanin gak marah kan kalo gue sama lo jalan?" celetuk Jeana sambil memakai sepatunya.
"Kenapa marah? Orang gue sama dia belum jadian," jawab Hanan dengan santai.
Lelaki itu lalu meringis saat Jeana memukul punggungnya dengan keras. Tenaga perempuan ini tidak main-main.
"Gila lu ya! Anak orang digantungin terus. Parah banget lho mah."
"Ya gimana gue belum sepenuhnya sayang sama dia. Kalo kita jadian duluan jatuhnya gue kayak playboy," balas Hanan tidak terima.
"Emangnya lo masih sayang sama siapa, sih?? Sini cerita sama mama."
Lelaki itu tidak membalas perkataan Jean. Fokusnya tiba-tiba mengabur. Tenggorokannya tercekat. Bagaimana ia harus mengatakannya? Bagaimana ia harus berkata bahwa yang selama ini dia sayang berada tepat di hadapannya?
Apa yang akan dipikirkan Jeana jika ia mengatakannya?
"Ya ada lah. Lo nya pasti gak kenal." Sedikit tertawa, Hanan mencoba untuk mencairkan suasana.
"Hmm serah lo deh. Kuy berangkat."
•∆•
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
•∆•
"Gue udah kayak mata-mata profesional, belum?" Hanan mengedipkan sebelah matanya pada Jean yang berada di hadapannya.