°BAB 14: Dua kapal

626 125 3
                                    

enjoy, teman!





-
'BAB 14: Dua kapal
-


"Nan, sumpah gue bingung banget masa. Yovie manis banget sama gue. Dia perhatian. Tapi, Sean.."

Lagi-lagi seorang Hanafi Natraka harus menjadi tempat curhat seorang Jeana Hanindita. Hanan tak pernah menolak karena lelaki itu mempunyai tekad bahwa semua keluh kesah Jeana harus ditampung di tanki keluh kesah miliknya.

Ibarat kata, semua masalah Jeana akan ditanggung olehnya.

"Gue tahu kalo hati lo cuma tertarik, Je. Gue tahu kalo sebenernya lo masih sayang sama Yovie."

Jeana berdecak kesal. "Rasanya beda, Hanan. Sean buat gue nyaman."

Hanan mengurut kepalanya yang mendadak pusing. Baru kali ini Jean dengan terang-terangan mengakui isi hatinya. Biasanya gadis itu akan mengumpamakan rasa itu ke dalam sebuah cerita singkat.

Hanan ingat waktu itu, waktu dimana Jeana bercerita tentang dua kapal pesiar dengan awak kapal dan penumpang yang jumlahnya sama. Meski demikian, dua kapal tersebut memiliki tujuan dan keadaan yang berbeda.

Dua kapal tersebut berada di jalur yang sama pada satu jam terakhir hingga salah satu kapal akhirnya berbelok arah. Meninggalkan arus besar untuk dibagi pada kapal yang lain.

Kapal yang semula melaju lurus dengan terpaksa harus menenggelamkan diri di luasnya samudera. Terombang-ambing tanpa kepastian dan dimainkan oleh perasaan. Begitu menyedihkan.

Hanan tahu persis, cerita tersebut adalah perumpaan untuk isi hati Jeana yang terdahulu. Isi hati Jeana sebelum terukir nama Yovie Jegara.



"Gue gak bisa ikut campur lagi, Je," tutur Hanan sambil menepuk bahu gadis itu dua kali.

Jeana manggut-manggut. Dia mengerti. Ini perasaannya dan dialah pemiliknya.

"Je, gue mau tanya," kata Hanan, "kalo Sean lebih milih berada dalam hidupnya Gebi ketimbang lo, gimana?"

"Mungkin gue bakalan introspeksi diri. Mungkin gue emang kurang baik buat dia."

Hanan terpaku. Ia belum pernah mendengar Jeana merendahkan dirinya sendiri. Ia akui, kehadiran Sean mampu membuat Jeana berubah menjadi lebih baik. Gadis itu menjadi lebih berperasaan dan mempunyai etika yang baik.

Sean adalah pengaruh baik untuk Jean.




Hanan ingin tertawa dengan drama yang diciptakan oleh semesta. Ia ingin menertawakan kebodohan semesta yang membuatnya tak bisa jauh dari gadis mengesalkan bernama Jeana.



•∆•

•∆•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


•∆•




"Kalo misalnya gue menjauh terus gak mau ngomong sama lo, gimana Yan?"

Pertanyaan tiba-tiba itu lolos begitu saja dari mulut Jean. Laki-laki Andipati yang tadinya sedang memperhatikan nilai ulangannya tadi akhirnya menoleh.

"Ya gimana?"

Jeana berdecih. "Itu nilai lo berapa sampe bikin lo murung gitu?"

Sean memiringkan kepalanya. Menatap Jeana dengan alis yang terangkat. Tidak biasanya ia menanyakan hal yang berbau ulangan. Kalau kata Jean, "Ujian itu kerjakan, kumpulkan, lupakan."

Tipe murid yang tidak pernah memusingkan hasil ulangannya.

"97, 5 sih. Salah satu gue yang soal nomor sepuluh bab–"

"Gak usah diterangin," potong Jeana.

Sean mengerti tidak sih?? Jeana sudah sangat pusing dengan pelajaran dan cowok itu dengan sombongnya mengatakan nilainya nyaris sempurna dan wajahnya malah menampakkan ekspresi murung yang tidak enak dipandang.

Jeana mendapat nilai KKM saja sudah sujud syukur.




"Gue tanyain lagi. Kalo gue tiba-tiba gak mau ngomong sama lo, lo bakal ngapain?" Jeana bertanya lagi.

"Coba kalo dibalik. Lo bakal ngapain?"

Skakmat. Jeana bahkan tidak menyiapkan jawaban dari pertanyaan sendiri. Payah memang.

Sean tertawa kecil. Sudah menyangka gadis galak di sampingnya pasti tidak akan mempunyai cadangan. Dia seolah-olah tidak mementingkan hal terburuk yang akan datang. Sean khawatir gadis itu akan mendapat masalah karena sifatnya sendiri.

Jika Jeana memberi jawaban yang sama seperti waktu ia menjawab pertanyaan Hanan, bagaimana ya respon Sean?

Kan, Jeana sudah takut terlebih dahulu sebelum mencoba menanyakannya pada Sean.

Ejek saja Jeana pengecut karena memang begitu faktanya.

"Gue gak tahu, Je. Udah tiga bulan sejak pertama kali gue nganterin lo balik dan sejak saat itu gue tahu hidup gue mungkin bakalan berubah," tutur Sean seakan menjawab pertanyaan Jeana tadi.

Jeana mengembangkan kurva di bibirnya.




"Karena gue bakalan punya sahabat cewek. Iya gak, Je?" lanjutnya sehingga senyum manis Jeana sudah tidak tampak lagi.

Apa laki-laki memang pandai menerbangkan dan menjatuhkan dengan mudah?

Jika memang itu sebuah keahlian unik, maka Jeana juga ingin memilikinya.

Diam-diam Jeana memantapkan hatinya. Dia hanya menyayangi Yovie dan tempo hari dia hanya sedang bosan dengan cowok itu. Dalam keadaan bosan dengan Yovie, Sean datang membawa kesenangan tersendiri.

Setelah mendengar perkataan Sean, Jeana kembali sadar. Ia harus kembali ke Yovie yang sudah ia pilih sebagai rumah. Lagipula, menjadi sahabat Sean tidak terlalu buruk, bukan?

"Jeana!"

Hanindya datang di saat yang tepat. Jeana sangat berterimakasih kepada perempuan itu sehingga ia dapat keluar dari suasana tidak mengenakkan hati ini.

"Ada kerkel di rumah gue," kata Hanindya, "lo gak lupa kan?"

Jeana menepuk kepalanya sendiri. "Oh iya. Yan, gue balik duluan sama Hanin. Oke, bye!"

Jeana berjalan cepat ke arah motornya lalu menjalankan mesin tersebut dengan tergesa-gesa. Ia dan motor kesayangannya lantas meninggalkan sekolah.

Meninggalkan Sean yang tengah mengamatinya dengan senyuman kecil.



"Lucu, Je."



•∆•

•∆•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


•∆•

mampus gak tuh dibilang lucu sama Sean?

kalo saya mah.. kejang-kejang.

Strange | кim seungminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang