°BAB 21: Rokok dan Seblak

602 108 17
                                    

duar! jangan terkejut yaa

———

Ada beberapa faktor kenapa seseorang lebih memilih untuk berlama-lama di sekolah. Pertama, ada tugas sekolah. Kedua, menunggu jaringan wifi sekolah. Ketiga, malas pulang.

Opsi kedua adalah pilihan Jean saat ini. Sebenarnya, tidak hanya itu. Ia juga sedang menunggu Hanan yang katanya lagi latihan basket untuk pertandingan besok lusa.

Jean meletakkan tasnya di gazebo dekat kelasnya. Diraihnya charger-an dari dalam tas kemudian ia sambungkan dengan hp dan stop kontak di sana. Fasilitas gazebo di sekolahnya memang sangat bagus karena dilengkapi stop kontak, rak buku, dan tempat penyimpanan barang.

Perempuan itu lantas membuka tasnya dan meraih buku catatannya. Ia tiba-tiba teringat dengan tugas fisika yang diberikan oleh Bu Arini tadi pagi. Setelah membaca kembali tugasnya, Jean berdecak kesal karena soal yang diberikan menurutnya sulit-sulit.

"Sialan banget tuh guru. Untung gak gue lempar sandal," gerutunya.

Ia lalu memandangi bukunya kembali. Hah kapan selesainya ini.

"Kalo cuma lo liatin gak bakalan selesai." Sean dan cengiran manisnya datang. "Sini gue bantuin," lanjutnya sambil duduk di kursi depannya Jean.

Jean tersenyum kikuk. Sudah lama sekali suara berat itu menyapa indra pendengarannya. Dua minggu setelah sekolah resmi dihuni kembali (setelah libur akhir tahun), baru kali ini Sean menyapanya kembali. Dua minggu itu Jean hanya dapat memandangi lelaki itu dari kejauhan.

"Gak usah deh. Gue mau belajar sama Hanin. Kayaknya dia masih di sekolah," balas Jean.

"Hanin udah pulang sama Hanan." Sean tertawa kecil. "Biasa, dia mau mepet."

"Oh. Sialan hehe."

Itu kata-kata yang berhasil keluar dari mulut Jean sementara beberapa kata umpatan sudah ia lontarkan di dalam hati. Hanan tai, anjing, babi, khizir, kampret, bodat!!!

"Sini gue bantuin." Sean mengambil alih buku di depan Jean. Lelaki itu juga mengambil pulpen kokoro gadis itu.

Jean hanya manggut-manggut saat Sean menjelaskan rumus-rumus yang memusingkan baginya. Setengah paham, setengah tidak fokus karena wajah tampan Sean terpampang di sampingnya.

Tahan Jean, gak boleh teriak. Batinnya terus berseru.

"Nih, kerjain soal nomer 6 sama 7. Caranya sama cuma angkanya yang beda."

Jean kembali mengangguk kemudian meraih pulpen dari tangan Sean. Dalam sekejap, Jeana menggoreskan rumus-rumus di buku putihnya.

Sementara Sean, lelaki itu berbalik badan. Ia mengambil sebatang rokok lantas menyalakan benda tersebut. Dia beberapa kali mengembuskan asap dari mulutnya. Bahkan, sesekali ia mengembuskan asap dari hidungnya.

"Lo suka ngerokok ya?" Jean tiba-tiba angkat suara.

Sean menurunkan rokoknya yang tadi berada dekat dengan mulut. "Kalo definisi suka itu berarti satu hari satu bungkus, ya enggak. Rokok sekarang mahal. Lagian, gila aja gue mau mati muda. Sia-sia aja nanti belajar gue selama ini."

"Gue kira lo nggak pernah ngerokok secara kan, lo ketua rohis. Kalo Hanan yang ngerokok mah udah pasti karena bocahnya aja begajulan kayak begitu."

Sean melemparkan rokoknya yang tinggal sedikit ke tanah. Laki-laki itu lalu menginjaknya agar apinya segera padam. Jean sendiri sedang memperhatikan kegiatan lelaki itu sampai-sampai lupa sampai dimana ia menghitung.

Strange | кim seungminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang