-
BAB 4: Dinner
-Sesuai janji, akhirnya Hanan menemani seorang Jeana makan diluar.
Sebenarnya Hanan malas, pemuda itu juga punya beberapa tugas yang harus dikerjakan. Tetapi, mendengar teriakan Jean mampu membuatnya menjadi orang gila.
Yasudah.
"Yang ngebut, Nann! Tingkatkan kualitas mengendaramu! 100 lebih kuyyy."
Sinting.
Hanan tak habis pikir dengan gadis Hanindita itu. Bisa-bisanya ia dengan seenaknya berteriak keras di tengah jalanan padat.
Malam itu purnama tak hadir, ia lebih memilih untuk mengumpat dibalik gelapnya semesta. Bintang juga turut absen kala itu. Langit malam bagaikan kanvas kosong tanpa coretan sebelum awan putih datang lalu memperindah langit dengan warnanya.
Langit senang saat ada seseorang yang sudi menghiasinya kala itu. Persis seperti perasaan Hanan. Ia sangat bahagia saat Jean menghiasi harinya tanpa diperintah.
"Je, jangan teriak! Bikin malu!"
Jeana hanya tertawa senang melihat Hanan seperti orang kesusahan. Astagfirullah.
"Kenapa? Emang ini dunia milik mereka? Suka-suka gue dong yaa."
Keduanya kembali terdiam. Mereka merasa tak ada bahan obrolan lagi hingga akhirnya sampai di tempat tujuan.
Jeana masuk terlebih dahulu. Gadis itu lalu mencari tempat duduk dan menyuruh Hanan memesan makanan.
"Emang gue babu?!" gerutu Hanan.
Jean hanya terkekeh. Netranya lalu mengedar mencari seseorang yang mungkin masih dekat dengan radar. Tepat sekali! Ia melihat Sean duduk dengan seorang perempuan yang ia yakini bernama Ribi.
"Nan! Ke tempat Sean yuk! Biar rame." Hanan menurut, ia lalu membawakan makanan mereka ke tempat Sean.
"Assalamualaikum pak ustaz!"
"Waalaikumsalam anakku."
Bergaul dengan Hanan adalah cara cepat untuk menularkan virus edannya. Terbukti dengan Sean yang membalas ucapan Hanan dengan lancar.
"Hei, Ribi ya?" sapa Jean.
Ribi yang sedang bermain gadget akhirnya mendongak. "Halo kak Jean!"
"Boleh gabung gak?"
"Boleh kok."
Keempatnya lalu fokus pada makanan masing-masing. Tak ada yang ingin mengeluarkan suara sedikitpun. Hingga akhirnya Jean menemukan seseorang yang sangat ia kenal dengan baik.
"Yovie!"
Laki-laki Jegara itu menoleh, dengan cekatan menghampiri sang gadis sembari tersenyum. "Hai sayang."
"JIJIK!"
"NAJIS!"
"Astagfirullah."
Bukan balasan dari gadis Hanindita, melainkan sahutan dari teman-teman se-permainannya lah yang ia dengar. Tertawa kecil, Yovie kemudian menarik kursi di dekat Sean tanpa basa-basi, ia mendudukinya.
"Lengket amat klean. Double date nih ceritanya?" goda Yovie.
"Yakali gue sama maung. Ogah ah. Lo juga ngapain di sini? Ganggu amat."
"Nan, lo masih dendam sama gue? Maaf deh. Btw, kan lo bisa sama Ribi. Anaknya asik kok, kalem, baik."
Jean mengernyit. "Oh, jadi gue mending sama Sean nih?"
"Yah, Seannya paling gak mau sama lo, maung."
"Yan, lo mau gak sama gue?"
Sean yang sedang fokus mengunyah jadi terhenti. Atensinya berpindah pada gadis bermata tajam itu. "Mau."
"TUH KAN!"
"Mau jadiin temen maksudnya."
Sakid.
Yovie dan Hanan tertawa terpingkal-pingkal. Mereka puas sekali melihat wajah kesal Jean yang sangat menggemaskan itu. Diam-diam, Ribi juga tertawa. Ia sangat senang melihat interaksi Sean dengan orang lain semakin berkembang.
"Apa nih ketawa-ketawa mulu? Cogan kok kagak diajak?" Samuel tiba-tiba datang dengan tangan yang penuh dengan makanan. "Heh, sapi! Bantuin kek! Ini makanan lo juga," sewotnya pada Yovie.
"Sabar weh, ganggu orang pacaran ae."
"Gak gue restuin lo sama Je. Mampus," ujar Hanan penuh semangat.
"Kalo sama gue boleh gak, Nan?" Sahutan itu mampu membuat penghuni meja no. 8 terdiam.
•∆•
•∆•
Alhamdulillah update. maaf ya, telat :")
double update yaa sebagai permintaan maaf saya :)
enjoy
KAMU SEDANG MEMBACA
Strange | кim seungmin
Fanfikce『ft』. ᴴᵂᴬᴺᴳ ᵞᴱᴶᴵ [COMPLETED] ↳ Orang-orang bilang, Jean terlalu bar-bar untuk Sean yang notabenenya adalah ketua Rohis di sekolah. Orang bilang, sebaiknya Sean tak dekat-dekat dengan Jean karena gadis itu membawa aura buruk untuknya. Semesta jug...