°BAB 7: Penasaran

778 174 5
                                    

saya ucapkan terimakasih banyak kepada pembaca yang sudah memberikan vote-nya untuk cerita ini 😄🤗💘❤️ (saya tambah semangat buat update wkwkwk)

iya kok, saya tahu kalau cerita ini masih banyak kekurangan.

sebenarnya saya tidak terlalu mengurusi masalah sider, cuma mau ngasih tahu kalau cerita ini murni hasil kegabutan jikalau suntuk tugas. jadi, ya gitu... gak nyambung:")

enjoy teman!

-
BAB 7: Penasaran
-

Jika kalian tanya bagaimana perasaan Jeana saat ini, maka jawabannya adalah penasaran tingkat akut. Penyakit wanita katanya.

"Sumpah, Je! Gangguin gue mulu, lo!" gerutu Hanan. Bagaimana tidak? Jeana sejak tadi mengikutinya kemudian bertanya-tanya tentang ia dan Yovie.

Jika bukan tetangga, maka sudah Hanan lempar si Jean ke sungai.

"Hanan ganteng, coba lo jawab aja pertanyaan gue."

"Jawab. Tuh udah."

Jeana bersiap memukul lengan lelaki Natraka itu.

"Gue aduin Sean biar lo kena ceramah lagi? Mau?" ledek Hanan.

Ingatan Jeana langsung mengarah pada hari dimana Sean marah besar kepadanya hanya karena segelas thaitea yang tidak habis diminumnya. Hanya sekadar itu.

Mencoba memutar otaknya; mencari cara lain agar anak laki-laki itu dapat bicara, akhirnya Jean pergi dari kelas Hanan tanpa suara.

Hanan yang menyadari bahwa tak ada gadis itu lagi, akhirnya duduk di bangkunya dengan tenang. Ia memandangi setiap gerak-gerik teman sekelasnya dengan bosan.

Ah, rasanya kurang jika tidak ada Jeana.

Jika kalian bertanya kepada Hanan perihal seseorang yang pertama kali  akan ia rindukan saat tak bertemu, maka jawabannya adalah Jeana. Tak tahu mengapa.

Dengan berat hati, Hanan lantas berjalan keluar kelas. Tungkainya dengan sigap melangkah menuju kelas seorang Jeana Hanindita.

"Jean mana?" tanyanya pada seorang perempuan yang ia yakini teman sekelas Jeana.

"Orangnya udah pergi dari pagi. Kayaknya ke kelas lo?"

"Gak balik lagi?"

Perempuan dengan nametage: Hanindya itu menggeleng. "Belum."

Hanan lalu mengucapkan terimakasih pada Hanindya. Ia bergegas pergi ke kantin; tempat favorit Jeana.

"Sial!" Hanan berdecak kesal.

Dia sudah khawatir dengan gadis itu sementara dia malah tertawa bahagia dengan seseorang?

Hanan ingin mendekat tetapi, setelah sadar seorang itu siapa akhirnya ia kembali ke kelas. Bibirnya membentuk kurva hingga netranya mulai membentuk pelangi.

Selamat datang di jebakan perasaan, Sean.

•∆•

•∆•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•∆•

"Sean! Gue mau bicara bentar."

Lelaki yang tadinya ingin langsung pulang ke rumah itu akhirnya mengiyakan. Ia mengikuti langkah sang gadis yang memanggilnya tadi.

Gebi menghentikan langkahnya di koridor depan perpustakaan yang tampak sepi. Gadis itu mengeratkan genggamannya pada tali tas peach miliknya.

"Mau ngomong apa?" Suara Sean yang terbilang sedang rendah-rendahnya itu membuat Gebi semakin gugup.

"Soal Jeana."

Sean mengatupkan mulutnya. Ia tak dapat berkata-kata sekarang. Ia tahu, yang harus ia lakukan hanyalah diam sembari menanti kalimat yang keluar dari mulut gadis itu.

"Gue gak suka lo deket-deket Jeana," kata Gebi dengan tegas.

"Gue gak deket sama dia."

"Gak usah ngelak, Sean. Gue tahu semuanya. Pulang bareng, gramedia, kafe, dan mall. Gue tahu semuanya, Sean! Gue ada di sana juga. Tapi, lo bahkan gak sadar kalau ada gue."

Sean menghela napas panjang, "Terus mau lo?"

"Jangan dekati dia, Sean. Gue gak suka."

"Sorry, tapi gue gak bisa." Sean menatap ke arah langit-langit koridor.  Cuplikan kejadian mulai terpasang runtut di otaknya.

Mulai dari sebelum kenal Jeana hingga ia kenal baik dengan gadis itu.

"Jadi, lo beneran suka sama gue nggak, Yan?" tanya Gebi. Sean masih saja bungkam dan Gebi semakin geram. "Jangan jadi orang bodoh yang main-main sama perkataannya. Sean yang gue kenal gak kayak gini."

Belum sempat lelaki Andipati itu menjawab, sang lawan bicara sudah pergi meninggalkannya.

Kini, rasa menyesal sedikit menyeruak ke dalam hatinya. Seharusnya, ia berpikir terlebih dahulu sebelum bertindak.

Kala itu, bumantara bahkan tahu betul bahwa perasaan lelaki Andipati itu tengah kacau balau. Satu yang ada dipikirannya; apa benar kata orang-orang?

Ia seharusnya tak dekat dengan Jeana karena gadis itu membawa aura buruk untuknya.

•∆•

•∆•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•∆•

tuhhhh, udah ketauan kan

hmmmz....

baru aja mau berlayar tapi, ya sudah lah.

maaf ya kalau rada gimana gitu, saya suka plot twist soalnya 🤗

Strange | кim seungminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang