Setelah Jeana bertemu Rinjani saat itu, mereka lalu datang ke rumah Sean. Iya, sesuai rencana Rinjani.
Tentu saja Sean terkejut melihat Jean yang hadir bersama temannya. Akan tetapi, lelaki itu terpaksa tersenyum saat Rinjani dengan semangat menceritakan tentang Jean yang ia ketahui sebagai Ana.
Sejak saat itu, Jeana tak pernah melihat Sean di sekolah. Seminggu setelahnya, PAS resmi dilaksanakan. Entah bagaimana ceritanya, nilai Jeana anjlok semua. Bahkan, nilai biologi yang notabenenya kesukaan Jean juga dibawah kkm.
"Cinta-cintaan mulu sih," cibir Hanan saat berpapasan dengannya. Lelaki itu tersenyum bangga karena nilai biologinya lebih tinggi 0,5 dari Jean.
Kali ini Jean tidak bisa menoyor dahi Hanan karena yang ia katakan itu benar adanya. Jeana selama ini lebih memikirkan tentang nasib percintaannya. Dia sudah jarang belajar dan susah sekali menangkap pelajaran.
"Pokoknya, liburan tahun ini kamu ikut kakak. Kamu bantuin jagain Sonia biar dia gak rewel terus," tutur Sella, kakak perempuan Jeana.
"Turutin kata kakak kamu. Dia itu udah lama gak quality time sama mas Jhon. Kamu tau kan, jadi pilot itu sibuknya minta ampun. Belum lagi Sonia yang rewel terus tiap hari. Sekali-kali kamu bantuin kakak kamu. Lagian kamu di rumah juga ndak belajar, main hp terus. Nilai mu juga pada turun, ta? Udah lah, cari suami aja gak usah sekolah," sahut ibunya yang datang dari luar.
Jean mendengus. Di tatapnya saluran televisi yang menayangkan berita terkini. Malas juga mendengar ceramah dari dua perempuan bersuara cempreng itu.
"Pokoknya udah kakak pesenin tiketnya. Kalau kamu gak ikut, berarti uang kakak sama aja kebakar." Sella berjalan mendekati Jean sembari menggendong si kecil Sonia yang sedari tadi merengek minta mainan.
"Gak bisa gitu kak. Aku juga udah ada rencana sama temen."
"Siapa? Hanan? Biar nanti kakak bilang sama dia."
Jean mendengus kesal lalu mengambil alih Sonia dari kakaknya. "Emang temen aku cuma Hanan apa?" Lalu ia mencubit pipi keponakannya dan tertawa kecil. Sudah lama sekali dia tidak mencubit pipi Sonia, terhitung satu bulan sejak ia meminjam jepitan rambut yang ia pakai saat bertemu Rinjani.
"Ya siapa lagi? Gak ada yang deket sama kamu kecuali Hanan." Sella berkata dengan santai. Dia tahu betul jika adiknya itu kurang bisa bersosialisasi.
Jean termenung. Ia sudah membatin kalau ada orang lain yang dekat dengannya; Sean. Kemudian dia tersadar, sudah satu bulan dia tidak pernah berkomunikasi dengan lelaki itu. Apa kabar ya, Sean?
"Mau liburan kemana sih, pake beli tiket segala? Biasanya cuma mudik ke Surabaya juga. Paling mentok ya ke Cibubur tempatnya mas Mizwar," kata Jean.
Sella tersenyum lebar. "Ke Singapura lah biar gaul."
•∆•
•∆•
Jeana mengeratkan jaket biru muda yang ia kenakan. Ia masih tidak menyangka jika dirinya sudah tidak berada di Indonesia. Kemarin setelah kak Sella mengatakan ingin pergi ke Singapura, Jean langsung melemparinya dengan bantal. Gila. Padahal Jean belum menyiapkan apa-apa sedangkan keberangkatan mereka pada keesokan harinya.
"Gila!" Jeana tidak berhenti mengatakan kalimat itu saat bertemu sesuatu yang menakjubkan di jalan yang ia lewati.
Sonia berjalan pelan-pelan ke arahnya lantas memeluk kaki jenjang Jeana. Anak perempuan itu tersenyum manis. "Tante Je, mau gendong." Kedua tangannya membuka lebar seolah hanya mau berdekatan dengan tantenya.
Tanpa kata, Jean menuruti permintaan Sonia. Dia lalu melirik ke arah Sella yang sedang bergandengan tangan dengan Jhon, suaminya. Pantas saja Sonia lari dari mereka. Dia seperti memiliki insting agar orang tuanya memiliki quality time.
"Sean?!"
Netra Jeana tiba-tiba terfokus pada subjek yang ada tak jauh darinya. Wajahnya benar-benar seperti Sean atau mungkin dia Sean?
Lelaki itu menoleh. "Jeana?"
Suaranya berbeda dengan suara Sean sebelumnya. Setelah menengok, wajah lelaki itu juga berbeda dengan Sean. Jadi, dia siapa? Jeana terus memutar otaknya saat lelaki itu berjalan mendekat.
"Lah masa udah punya anak?" Lelaki itu tersenyum saat melihat gadis kecil di gendongan Jean. "Woi, jangan bengong!" serunya.
"Eh? Lo siapa?"
"Sean." Lelaki itu kemudian tertawa setelah melihat mimik Jean yang kebingungan. "Bercanda. Gue Wahyu, kakaknya Sean."
Pantas saja! Jean baru saja berteriak dalam hati. Dia tidak mungkin Sean karena perawakan dan wajahnya yang sedikit berbeda namun sedikit ada kesamaan. Hh, membingungkan.
"Sean sering cerita tentang lo." Wahyu menyadarkan Jean lagi.
Jeana tidak menjawab, tetapi membenarkan gendongan Sonia yang agak miring. Dia lalu mengusap rambut gadis kecil tersebut.
"Sonia lucu ya."
Jean menoleh. "Kok tahu dia Sonia? Jangan-jangan lo saesang fans gue ya? Lo bukan kakaknya Sean? Ngaku!"
"Santuy," balas Wahyu, "gue udah bilang kalo Sean sering cerita tentang lo. Dari nenek buyut, nenek, sampe seluruh keluarga lo aja dia sebutin. Kok bisa apal juga ya tuh anak? Hebat juga dia."
"Hah? Perasaan gue gak ngasih tahu..."
Wahyu menatap Jean dengan kepala miring. Ia lalu membentuk kurva di wajahnya. "Jangan-jangan dia stalker in lo. Waduh bahaya tuh, dia bisa aja ngintipin lo di rumah."
Jeana menatap malas ke arah kakak Sean. Sumpah, lelaki itu benar-benar absurd.
•∆•
•∆•
KAMU SEDANG MEMBACA
Strange | кim seungmin
Фанфик『ft』. ᴴᵂᴬᴺᴳ ᵞᴱᴶᴵ [COMPLETED] ↳ Orang-orang bilang, Jean terlalu bar-bar untuk Sean yang notabenenya adalah ketua Rohis di sekolah. Orang bilang, sebaiknya Sean tak dekat-dekat dengan Jean karena gadis itu membawa aura buruk untuknya. Semesta jug...