°BAB 9: Jauh

710 146 2
                                    

mangan kupat karo santen
akeh lepat, nyuwun pangapunten

🤗😆

as always, enjoy teman!

-
'BAB 9: Jauh
-

Bukannya Jean membenci Sean. Tidak. Gadis itu hanya sedang kesal. Ia kecewa dengan laki-laki itu. Entah mengapa. Ia merasa seperti dikhianati? Ah, bahkan Jeana tidak tahu perasaan seperti apa ini.

Sudah terhitung seminggu ini, Sean dan Jean sedikit menjauh. Mereka tidak berhubungan. Yang biasanya sering pulang bersama kini saat berpapasan pun hanya dapat melempar senyum.

Ini bukan perihal Sean yang tak jadi ikut hangout bersama waktu itu. Bukan juga perihal Jean yang marah kepada lelaki itu. Ini hanyalah sekadar masalah batin diantara keduanya.

Sudut lain hati mereka saling mengatakan, "Jauhi dia, dia tidak baik untukmu." atau "Jauhi dia, dia terlalu baik untukmu."


Perihal rasa memang serumit itu.

"Ayolah, Yan. Gue gak suka liat Jean murung." Hanan memegang pundak Sean dengan kuat. Seolah-olah ia meyakinkan bahwa ia harus mendekati Jeana kembali.

"Gue gak jauhin Jean, Nan. Gue cuma mau fokus PAS."

Alasan Sean yang memang sangat klise atau Hanan yang terlalu peka terhadap keadaan, intinya Hanan tidak akan percaya dengan kata-kata lelaki itu.

"Apa gara-gara Gebi? Lo suka beneran sama dia?"

Pertanyaan yang dilontarkan Hanan kala itu sukses membungkam mulut sang lawan bicara. Hanan tertawa kecil sembari menggeleng.

"Lo cuma harus dekat sama Jean sebagai teman. Gak lebih."

Bahkan sang surya yang tengah bersinar siang itu pun tahu, tak akan semudah itu berteman dengan perempuan tanpa melibatkan perasaan.

Seharusnya Hanan lebih tahu tentang itu.

"Gue mau fokus PAS. PTS kemarin nilai gue turun," balas Sean tak mau kalah.

"Ya Allah, Sean. Nilai fisika lo cuma turun 0,5 ?!"

"Tetep turun itu namanya."

Hanan berdecak. "Serah bocah pinter dah."

Hanan tidak pernah tahu bagaimana jalan pikiran anak titisan Albert Einstein seperti Sean ini.

"Btw, mabar kuy!"

"Hayoklah."

Namanya juga Sean, laki-laki yang sudah terpengaruh dengan virus 'mabar' nya Hanan.

•∆•

•∆•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•∆•

Jean mengeratkan helm yang dipakainya. Dilihatnya seorang laki-laki yang sedang tersenyum di sampingnya.

"Apa sih liat-liat!" ketus Jean pada sang kekasih, Yovie.

"Cantik banget sih pacar aku."

"Alaynya kumat najisin banget," decak Jean sembari menepuk bahu lelaki Jegara itu.

"Yang penting kamu suka."

"Gak."

Yovie meletakkan handphonenya di saku celana kanannya. "Gak bohong?"

Jeana yang melihat kelakuan Yovie hanya dapat berdecak kesal. Lagi. "Udah dibilangin kan, hp jangan di taruh di saku."

Gadis itu lantas menarik handphone Yovie dari tangannya. Ia memasukannya ke dalam tas ransel hitam kebanggaan Yovie.

"Hehe lupa."

"Ngerti gak sih? Radiasinya itu gak baik buat kesehatan."

Lelaki Jegara itu hanya tersenyum sambil mengacak-acak rambut sang kekasih. "Iya-iya calon istriku."

"Tabok nih?"

Tak membalas, Yovie tertawa kecil lalu mulai menaiki motor miliknya. Digunakannya helm full face berwarna biru dongker dengan stiker bertuliskan 'swag boy' pemberian Jeana kala itu.

Warna senja sore itu menjadi saksi bahwa seorang Jeana sudah menemukan kembali kebahagiannya. Ekor matanya tak sengaja terarah pada objek yang semakin jauh dari jangkauannya.

Ia dapat melihat Sean yang tengah bersiap pulang. Lelaki itu tidak sendiri. Ada Gebi yang menemaninya. Seharusnya Jean tahu itu sejak awal.

Indahnya cakrawala kala itu seolah berkata, "Mereka telah menemukan bahagianya."

•∆•

•∆•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•∆•

/apa sih?!

maaf ya, saya tuh single jadi kurang tahu kalo pacaran itu gimana rasanya..

udah gitu. dikit ya kan?

Strange | кim seungminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang