MDB-04

493 47 1
                                    

AUTHOR POV

1 bulan kemudian.

"Kay, cepat turun dan makan" teriak Raynaa memanggil putrinya yang masih berada didalam kamar.

Sedangkan pagi ini adalah hari pertama untuk memulai sekolah tahun ajaran baru. Sky turun dengan tas yang sudah tersandang di bahunya, melewati ruang makan tanpa menyapa orang-orang yang duduk disana. Menuju pintu keluar dan pergi dengan mengendarai motor sport kesukaannya.

Disisi lain, Raynaa, Sean, dan juga Theo hanya bisa terdiam saat Sky lewat dan bahkan tidak melirik mereka yang sedang menunggunya.

"Theo udah bilang ini bukan kesalahan Kay" lirih Theo.

Sejak kejadian sebulan yang lalu, semua orang menyalahkan Sky atas keselamatan Theo. Bahkan Sky sendiri tidak menyangka bahwa orang tuanya juga menyalahkan dirinya.

Sky menjauhi Theo yang mencoba meminta maaf. Bukan hanya bicara, tatap muka saja mereka sudah tidak pernah. Sky benar-benar menutup diri dari keluarganya sendiri.

Jantung Theo terasa seperti terhimpit sesuatu yang berat saat Sky bahkan seperti tidak menganggapnya.

Apalagi ini hari pertama Sky di High Schooll. Theo bangkit dari duduknya dan pergi menyusul Sky menggunakan mobil.

Sean menatap kursi yang biasa diduduki oleh putrinya. Dia tau bahwa sikapnya sangat salah saat dia menyalahkan Sky waktu itu. Sean saat itu dilanda kecemasan yang sangat besar sehingga mengucapkan kata-kata yang pastinya menyakiti hati putrinya.

Raynaa sendiri menyalahkan dirinya yang kalah berperan sebagai seorang ibu. Sudah sebulan mereka tidak mendengar suara Sky, rasanya sungguh menyakitkan. Tidak ada lagi kehangatan yang terasa di Mansion besar itu.

Kembali pada Sky.

Sky masih mengendarai motornya, tapi dengan tujuan yang sudah berbeda. Dia tidak akan hadir untuk hari pertamanya di sekolah kali ini.

Fikiran yang masih berkelana pada saat dia disalahkan waktu itu membuatnya tertekan. Dia tidak pernah meminta Theo untuk bisa membaca fikirannya, Theo lah yang memaksa dirinya sendiri. Tapi kenapa Sky yang disalahkan!.

Sky menambah kecepatan motor sportnya dengan air mata yang siap tumpah dipelupuk matanya. Entah kemana tujuannya, tapi dia benar-benar ingin menjauh kali ini.

Motor Sky memasuki kawasan pelabuhan. Sky memesan tiket dan juga menambah biaya untuk motor sportnya yang akan ikut naik ke kapal. Sky benar-benar akan pergi untuk beberapa hari dari kota kelahirannya, hanya dengan bermodalkan pakaian yang dikenakannya dan yang ada pada tasnya, serta uang tunai yang sudah dia tarik sebelumnya.

Tidak membawa ponsel dan kartu atm pemberian Papanya.

Sky membuat kartu identitas palsu beberapa minggu lalu, setelah menyogok beberapa orang disana yang bekerja untuk mengurus kartu identitas.

Sky berdiri dengan menghadap kearah laut. Angin sejuk menerpa wajah dan rambut putihnya. Sky tidak membawa apapun yang dia fikir dapat dilacak oleh orang-orang suruhan Papanya.

"Ini kunci motornya, Miss"

Ucap seseorang dibelakang Sky.

Sky menatap orang itu, dan ternyata orang itu pekerja yang ada dikapal. Sky menerima kuncinya kembali dan menatap orang itu lagi.

"Sepertinya kita seusia" ucap Sky.

Orang itu tersenyum dan mengangguk. Lalu memajukan tangan kanannya untuk berkenalan dengan Sky.

"Alvin" ucap laki-laki itu memperkenalkan namanya.

"Kay.. lee, Kaylee" jawab Sky gugup, dan menyambut jabatan tangan Alvin.

'Hah sial! Hampir saja' maki Sky dalam hati.

"Senang berkenalan denganmu Kayl. Tapi kau mau kemana?" tanya Alvin.

"Aku ingin menjenguk nenekku yang sedang sakit" jawab Sky bohong.

"Aku turut prihatin, nenekmu ada di kota mana?"

"Aku.. lupa nama kotanya, tapi jika sudah sampai disana aku bisa langsung ingat jalan menuju rumah nenek"

"Apakah kotanya didekat sini?"

"Iya"

"Berarti kita turun dipelabuhan yang sama, biarkan aku membantu untuk menurunkan motormu nanti" tawar Alvin di jawab dengan anggukan oleh Sky.























***

10★?



Raynxelll

DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang