MDB-15

150 13 1
                                    

Mansion Bramasta

Di pagi hari yang cukup cerah tidak membuat keluarga Bramasta melupakan kejadian dimana pria asing mengantarkan Sky yang tidaksadarkan diri.

'Sudahlah. Lagipula sekarang aku selamat' itulah kalimat yang dikatakan oleh Sky saat Papanya bertanya.

Theo sendiri benar-benar tidak tau mengapa adiknya tidak menceritakannya, dan pagi ini dia akan mencoba memancing adiknya untuk bercerita.

Sky sedang menyantap nasi goreng ala Indonesia yang menjadi sarapannya. Theo sendiri sedang menikmati roti selai dengan susu hangat. Di balik korannya Sean melirik pelan ke arah Theo, Theo meminum sedikit susu hangatnya.

"Kamu, kakak antar?" tanya Theo membuat Sky mengalihkan pandangannya dari ponsel.

"Aku pergi sama Alvin, lagipula dia tidak pantas dicurigai seperti yang Papa dan kakak pikirkan" jawab Sky dengan mengangkat ponselnya menunjukkan bukti chatting mereka.

"Oiya!. Ma, bekal nasi gorengnya banyakin ya. Aku mau tunjukin ke Alvin kalau makanan luar negara ini juga sangat enak" pintanya pada Raynaa yang sedang menyiapkan bekal di dapur.

"Kenapa kamu berpikir kalau Alvin tidak pantas dicurigai Kay?" pancing Theo.

"Kejadian semalam itu, dia yang bantuin aku. Aku tidak menjelaskan apapun padanya, alasan mengapa orang-orang berjas itu mencariku dan hanya memintanya untuk bersembunyi. Aku bersembunyi di gudang belakang, dan dia juga ikut bersembunyi walaupun tidak tau apa-apa. Sangat payah bukan?"

Jawab Sky membuat Sean meletakkan korannya dan memperhatikan pembicaraan Sky lebih seksama.

"Aku sempat pingsan. Dan saat sadar, aku sudah berada disebuah panthouse".

'Panthouse?' tanya Theo dalam hatinya.

"Aku pikir Alvin tidak bersamaku saat itu. Tetapi, saat aku mencoba berbicara dengan seorang pria di balik bayangan hitam, Alvin muncul dari pintu dan langsung menanyaiku. Kami berdua waspada pada pria itu, dia mengangkat sebelah tangannya dan seketika Alvin tidaksadarkan diri. Aku mencoba untuk menyadarkan Alvin, tapi aku malah pingsan akibat pukulan di belakangku dari pria itu. Dan saat sadar kembali aku sudha berada di kamar, bersama kalian"

Sky menjelaskan dengan tangan yang tetap bekerja untuk mengaduk-aduk sarapannya.

"Astaga! Kak Theo!. Kakak mancing aku untuk cerita ya?!" amuk Sky pada Theo saat tersadar akan niatan kakaknya. Sedangkan Theo hanya tersenyum dengan mengangkat kedua alis dan juga bahunya.

"Alvin sudah di depan gerbang" lirihnya dan bangkit dari kursi. Mamanya memberikan satu kotak bekal pada Sky dan satunya lagi akan di berikan pada Alvin.

Mereka semua menyusul Sky yang sedang di jemput oleh Alvin. Melihat Sky memberikan kotak bekal teruntuk Alvin dan membuat Alvin tersenyum ke arah mereka dengan sedikit membungkuk.

Alvin dan Sky akhirnya pergi dari pandangan mereka. Kedua anak sekolah itu pergi ke tempat pemberhentian bus. Alvin yang menjemputnya di Mansion dengan berjalan kaki, membuat Sky tidak enak untuk menolak ajakan dari Alvin. Itu sebabnya mereka pergi ke sekolah bersama-sama.

Di dalam perjalanan ke pemberhentian bus. Sky sendiri melihat bahwa Alvin bercucuran keringat, dan membuatnya semakin tidak tega.

"Jika kau menjemputku seperti ini lagi, bisa-bisa saat sampai di sekolah kau terlihat seperti tidak mandi Al" gurau Sky membuat Alvin sendiri tertawa.

"Tidak masalah untukku. Rasanya sangat menyenangkan jika pergi bersama-sama dan bercerita seperti ini" jawabnya membuat Sky tertawa.

Seakan teringat sesuatu, Alvin menghentikan langkahnya membuat Sky juga berhenti.

"Apa aku harus membeli sebuah motor?" tanyanya. Sky yg mendengar pertanyaan itu mengkerutkan alisnya heran.

"Tabunganku saat di desa sudah cukup untuk membeli motor, dan rumah yg disana juga sudah ku jual untuk menyewa sebuah apartment kecil disini" jawab Alvin menjelaskan maksudnya.

Sky menganggukkan kepalanya mengerti maksud dari Alvin.

"Kau masuk ke nereka itu karna beasiswa. Iyakan?" tanya Sky dan dijawab dengan anggukan serta tawa kecil oleh Alvin.

Dia tau kenapa Sky menyebut sekolah itu sebagai neraka. Karna bagi Sky, jika ada tempat yang mengganggu tidurnya sudah pasti itu seperti neraka. Aneh memang.

Mereka melanjutkan jalannya dan berhenti kembali di pemberhentian bus. Menunggu bus datang dan juga sedikit merapikan pakaian kembali.

"Sebaiknya kau memiliki pekerjaan dulu sebagai pemasukanmu nanti, baru kau bisa mengambil sebuah motor. Jika kau tidak memiliki pemasukan di kota seperti ini, dan hanya mengandalkan beasiswa. Itu tidak akan cukup, menurutku begitu"

Sky memberikan sarannya pada Alvin, sedangkan Alvin menatapnya tak berhenti membuat Sky memukul pelan kepalanya.

"Itu busnya" ucap Sky dan berdiri di depan pintu bus yang akan terbuka. Alvin segera menyusulnya saat Sky sudah memasuki bus.

***
Huhuhu, maafin aku udah jarang upload. Pesan aku cuman satu, tetap jaga kesehatan kalian yaaa!
Semangat untuk menuntut ilmu, bagi yg sudah memulai sekolah. Walaupun daring harus tetap semangat dan sabar yaa, wkwkwk. Karna aku tau tugas menumpuk.

12.31a.m
Raynxelll

DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang