Prolog+Introducing

20K 949 67
                                    

Prolog:

Kisah Cinderella si anak tiri yang dibenci oleh ibu dan kakak tirinya, namun mendapat hidup bahagia setelah bertemu dengan pangeran di pesta dansa. Kisah Bella dalam Beauty and the Beast yang berhasil melunakkan hati si buruk rupa yang kejam, dengan kebribadian dan kesabarannya. Kisah Ariel si putri duyung kecil yang mengorbankan ekor demi sepasang kaki untuk bersatu dengan cintanya.

Dari kisah mereka Bela belajar, bahwa tak ada kebahagiaan yang diperoleh secara instan tanpa adanya perngorbanan, kesabaran, dan keyakinan.

Dibesarkan oleh keluarga sederhana, tak membuat Bela berkecil hati. Gadis muda yang baru saja berulang tahun ke-21 itu terkenal sebagai pribadi ceria, murah senyum, dan baik hati. Meski bukan dari kalangan keluarga kaya-raya, namun Bela tak pernah dikucilkan apalagi sampai mendapat perlakuan bullying.

Kepribadiannya yang ceria dan dikenal baik kepada siapa saja, membuat semua orang menyukai gadis itu. Bela yang juga terkenal cerdas di kampusnya, menjadi poin plus tersendiri untuk semua orang senang padanya. Mereka mau berteman dengan Bela tanpa melirik status sosial. Bela bersyukur untuk itu.

"Bel, kau yakin tak ingin pulang bersamaku? Serius, aku akan menunggu jika kau mau."

"Tidak perlu, Lia. Aku rasa pertemuannya akan lama. Aku ingin mendengar setiap komentar tentang judulku sehingga lebih mudah direvisi. Kau pulang saja duluan, aku sungguh tak apa."

Gadis cantik berambut pirang dan bertubuh langsing itu menghela napas. Rasanya ia tak enak jika terus-terusan memaksa.

"Tapi, kelihatannya sebentar lagi turun hujan." namanya Amelia, ia kembali beragumen dengan mengadah ke atas. Gumpalan awan hitam itu pasti akan menumpahkan emosinya tak lama lagi.

"Astaga, Lia... kau tahu, aku bukan garam yang akan mencair hanya karena terkena hujan." kekeh Bela. "serius, kau duluan saja. Akan ku kabari saat sampai."

Gadis cantik itu menghela napas lagi, "Baiklah... baiklah..." gelengnya berlagak frustrasi, sungguh tak mudah berdebat dengan seorang Isabela Wilson.

***

"Astaga, hujannya benar-benar turun."

Bela baru saja selesai dengan tugasnya menemui dosen untuk mendiskusikan judul. Langkahnya terhenti saat hendak menuju gerbang kampus. Ia menatap rintik-rintik hujan yang turun di koridor. Cukup besar dan dijamin akan membuat basah kuyup bila saja nekat menerjang menuju halte.

"Untung saja aku membawa payung."

Dari tas punggung yang ia gendong, dikeluarkannya sebuah payung lipat berwarna bening, dan dibukanya payung itu untuk segera pergi dari sini agar tetap kering.

Bela berjalan menuju halte terdekat dari kampus. Ia sesekali membiarkan sepatunya terkena rintikan hujan dengan mejulurkan sebelah ke depan. Hal sederhana semacam ini saja mampu membuat seorang Isabela tersenyum. Ia memang terkenal sederhana untuk apapun termasuk hal yang membuatnya bahagia.

Langkah riang tersebut terus diajak mengacau genangan air yang menumpuk di beberapa tempat. Saat melewati sebuah butik, ia melihat seorang perempuan tengah berdiri misuh-misuh di sana. Sepertinya perempuan itu terjebak hujan juga.

Second Wife (√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang