23: I Can't

4.7K 586 78
                                    

"Aku tahu, istriku ada di dalam! Tolong jangan menyembunyikannya, Bibi! Aku punya hak untuk bertemu dengannya!"

Sudah sejak tadi, James merancau di depan rumah Jane. Ia sangat yakin, setelah mendapat informasi pagi ini, pasti Victoria ada di sini. Tapi Jane sepertinya masih kesal dengan hal kemarin, sehingga tak mengizinkan James bertemu dengan Victoria.

Jane tersenyum sinis dibalik pagar, ia masih setia berdiri dan mengamati James yang terus berteriak dari tadi. Memang ini maunya. "Jika kau ingin bertemu dengan Victoria lagi, ceraikan jalangmu itu."

James terdiam setelah Jane mengatakan hal tersebut. Separuh hatinya merasa sesak jika ia memikirkan itu, tapi separuhnya lagi terus memikirkan cara untuk bertemu dengan Victoria.

"A-aku tak bisa menceraikan Bela."

Rahang Jane mengetat. "Lalu untuk apa kau masih mengharapkan keponakanku, bodoh!"

Kedua kalinya James terdiam. Tanpa bisa ditapik, ini sudah menjadi perihal yang rumit di kepala James. Hatinya benar-benar tak dapat melepaskan salah satu. Ia benar-benar sudah jatuh cinta pada Bela, tapi ia juga tak bisa melepaskan Victoria.

Melihat James yang tak bergeming, membuat amarah Jane naik lagi. Dugaannya benar, si bodoh ini memang sudah menaruh hati pada si jalang sialan itu. Jika dibiarkan terus menerus begini, Jane yakin ini tak akan menguntungkan pihaknya. Sesegera mungkin, ia harus menekan James lebih kuat lagi.

"Ku beri kau pilihan, James Liam. Jika kau tak menceraikan jalangmu itu selama dua minggu ini, kau akan menerima gugatan perceraian dari Victoria."

Jane yakin, jika James masih sangat mencintai Victoria ketimbang jalangnya. Dua minggu adalah waktu yang tepat untuk membuat anak lelaki ini berpikir keras dan tak melibatkan perasaan lebih jauh lagi pada wanita pengganggu itu. James tak akan bisa meninggalkan Victoria. Jane sangat yakin akan hal itu.

❅❅❅

"Eumm.. enak sekali!"

Kalimat-kalimat pujian terus keluar dari bibir Bela sejak tadi. Akhirnya, apa yang ia idamkan tersampai juga. Terhitung, sudah dua porsi tiramisu ludes untuknya sendiri. Padahal William yang juga ikut menikmati, belum menghabiskan satu piring punyanya. Bukan karena tak berselera atau makanan ini tidak enak, namun kegiatan makan William tersendat karena dirinya terus memperhatikan ocehan Bela yang terdengar menggemaskan.

William tak sadar dirinya telah sering terkekeh sendiri saat Bela terus bersuara meski tengah mengunyah. Pipi wanita itu terlihat gembul dan sangat imut.

"Ingin pesan beberapa porsi lagi?"

Bela yang masih asik mengunyah menoleh ke arah William dengan bola mata yang berbinar, layaknya anak anjing yang akan diberi sereal. Anggukan membenarkanpun diusung. William tekekeh lagi.

"Emm, sebenarnya.." terdengar ragu-ragu. Namun di detik berikutnya, William melakukan sesuatu yang ada dalam pikirannya. Ia menyapu sudut kanan bibir Bela dengan tangan. Cream milik tiramisu yang dinikmati Bela, sedikit berantakan di sana.

Beberapa saat, pandangan mereka bertemu, membuat keduanya saling bungkam dalam tatapan. Tapi tak lama, Bela langsung menarik diri sedikit dan memutus kontak mata duluan. Ia menyapu sendiri sudut bibirnya dengan tangan. William menggeleng, untuk membuang pikiran tak tahu malunya.

"Terima kasih, Will. Aku terlalu menikmati sampai belepotan begini."

William membalas dengan anggukan canggung. Setelah itu kembali menikmati tiramisu miliknya.

❅❅❅

"Amelia, ayo.."

Dengan gelagat penuh pertimbangan Amelia melirik June yang sudah mengulurkan tangan. Ia sungguh ragu akan melakukan ini. Tapi saat mendapati senyuman manis lelaki itu, hati Amelia tak bisa menolak. Ia balas tersenyum, lalu menerima uluran tangan June.

Second Wife (√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang