43: Who is Him?!

3.5K 455 134
                                    

Dedaunan kering yang masih melekat layu di ranting pohon, mulai menggugurkan satu persatu daunnya yang tersisa. Membiarkan batang pepohonan sendirian seolah menguji kekuatan akan datangnya terjangan salju yang rutin datang setelah si pohon kehilangan dedaunan. Hari bertukar hari, menorehkan kisah berbeda di kanvas putih yang selalu berganti di setiap paginya.

Terhitung sudah dua bulan kepergian Victoria yang memberi efek tinta gurita yang kelabu. Namun, berlarut-larut dalam kedukaan bukanlah solusi yang benar untuk menyambung kehidupan. Bersyukurlah, mungkin wanita yang begitu baik hatinya tersebut dapat tersenyum bahagia saat melihat orang-orang tersayang yang terpaksa ia tinggalkan, mampu melewati keterpurukan dan melanjutkan roda kehidupan sebagaimana mestinya. Victoria adalah wanita yang baik. Ia berhak bahagia di dunia, maupun alam barunya sekarang.

Drtt.. Drtt.. Drtt...

"Ck. Mengganggu saja!" kesekian kalinya wajah bahagia James tampak terusik setelah panggilan kesekian pula, yang sempat ia abaikan sebelumnya, kembali menggema.

"Angkat saja dulu. Siapa tahu penting." Bela dengan sabar menggerakkan tangannya yang ada di paha James dengan gerakan mengusap.

Jika tidak diberi nasehat begitu, ditambah raut menyejukkan dari senyuman Bela, James tak akan mau mengindahkan. Bayangkan saja, sekarang adalah hari Minggu. Sudah saatnya ia mendapatkan waktu senggang untuk dihabiskan bersama keluarga terlebih sang istri yang sekarang benar-benar membutuhkan sosoknya.

Kehamilan Bela kini mengginjak usia tujuh bulan. Wanita itu sudah tampak repot melakukan apapun seorang diri. Sialnya, di saat yang sama, entah mengapa seluruh urusan seakan membludak tak pernah usai, seolah menguji ketahanan James. Selalu datang panggilan untuk rapat ini rapat itu, hingga yang paling parahnya, suatu ketika, kala keadaan benar-benar genting, membuat James terpaksa meninggalkan Bela selama dua minggu.

Beberapa hari ini James baru merasakan angin kebebasan. Dahi yang awalnya suram, sudah diganti dengan kerutan indah di bibir, kala mampu merasakan kebersamaan dengan istri dan komunikasi satu arah dengan kedua calon bayinya. Namun, seperti tak membiarkan kelegaan itu bersarang lama, sekarang sudah ada tanda-tanda, jika kewajiban sialan itu akan menyita waktunya lagi. Aneh memang, padahal dulu James begitu menekuni pekerjaannya dengan sepenuh hati, tapi sekarang lihatlah. Itu semua seakan tak ada arti apa-apa lagi ketimbang ketekunan untuk keluarganya. The power of love. Jangan pernah meremehkan kekuatan yang satu itu.

Bernafas setengah mendengus, James membalas senyuman sang istri dengan raut serupa, meski masih tertinggal jejak kekesalah di beberapa tempat. "Aku akan menerima telfon dulu. Masuklah duluan jika sudah dipanggil. Jangan pergi kemanapun. Jangan buat aku khawatir. Oke?" bertambahnya beban yang terlihat pada istrinya tersebut, bertambah pula usaha untuk melindungi yang kadang terasa agak berlebihan nan James lalukan. Lelaki itu tak pernah berubah.

Tidak akan baik rasanya untuk mengomel di samping Bela. Terlebih, James juga tak dapat menjamin jika ia tak akan mengumpat pada sosok pengganggu di sebrang sana lantaran sudah membuatnya begitu kesal. Ketimbang Bela melihat sisi seramnya, jadi James memutuskan untuk beranjak saja.

"Nona Bela?"

Diiringi senyuman mengambang, Bela berjalan menuju pintu geser tempat seorang suster memanggilnya. Ia sempat menolehkan pandangan ke belakang, guna melihat keberadaan James. Saat melihat tak ada tanda-tanda dari suaminya tersebut, sesuai titah, ia pun masuk duluan.

Melihat Bela yang masuk sendiri, suster yang tadi memanggil, membantu wanita itu untuk naik ke atas brankar, sebelum kembali ke ruangannya di sebelah untuk menyerahkan obat-obatan. Bela tak luput berterima kasih.

"Nona Isabela?" laki-laki berjas putih, yang bertugas sebagai dokter, menyerukan namanya sembari membawa langkah mendekat.

Bela tersenyum dan mengangguk, namun tak berselang lama, saat netranya menatap lebih jelas ke arah dokter muda yang akan memeriksa hari ini menggantikan Dokter Hendery, Bela agak mengerjap karena sosok itu bukanlah orang asing baginya.

Second Wife (√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang