22: Dua Wanita James

5.4K 572 51
                                    

Tok.. Tok.. Tok..

Klek..

"Happy birthday!"

Amelia yang tadinya masih bermuka bantal, lantaran baru bangun tidur langsung membuka lebar mulutnya. Api lilin menyala yang terpajang di atas kue berukuran sedang serta dipenuhi coklat membuat mata Amelia berbinar. Bukan. Bukan karena godaan coklat yang berpredikat makanan kesukannya, melainkan merasa terharu dengan kejutan kecil namun terasa manis ini.

Ulang tahun ke-8 adalah kali terakhir ia diberi kejutan tengah malam seperti ini. Kala itu, adalah tahun terakhir saat sang ayah masih di dunia. Setelah kepergian pria itu, tak ada lagi yang terasa hangat di keluarga ini. Semuanya mengubur kesedihan sendiri dengan menyibukkan diri. Mungkin mereka lupa, jika masih ada yang tersisa.

Dan kini? Memang semuanya terasa berubah akhir-akhir ini, tapi Amelia tak pernah berpikir jika keluarganya benar-benar akan kembali hangat layaknya dulu. Senyuman ibu dan sang kakak yang sudah sangat lama tak dapat dinikmati tercurah untuknya, detik ini Amelia kembali memperoleh itu semua.

Ini adalah ulang tahun terbaik yang pernah ada!

Diawali dengan dipejamkannya mata, Amelia mulai membuat keinginan dalam doa. Sebenarnya permintaan Amelia tak muluk-muluk. Yang gadis itu harapkan, hanyalah ingin keluarganya terus hangat seperti ini sampai kapanpun.

Disertai senyuman lebar yang masih setia mengambang, Amelia mulai mendekatkan diri dengan kue ulang tahun yang langsung dipegang sang ibu. Meniup lilin menyala berangka dua puluh dua tahun itu hingga padam. Hingga detik berikutnya, hanyalah gema tepuk tangan pertanda bahagia yang terus terdengar. Bagaimana Amelia harus menggambarkan kebahagian ini?

"Ibu..." matanya sudah berkaca-kaca.

Bela yang berdiri di samping Susan, mengambil alih kue ulang tahun dari tangan mertuanya itu. Memberi kebebasan pada Amelia yang sepertinya ingin menumpahkan perasaan suka cita pada sang ibu. Dan tepat saja, setelah tangan Susan terbebas dari kue, Amelia langsung menghamburkan diri dalam pelukan wanita yang melahirkannya. Merasakan kehangatan dari sang ibu yang sudah sangat lama tak ia dapatkan.

Susan membelai surai panjang Amelia dengan penuh kasih sayang. Uuh, ia rindu putri kecilnya ini.

"Selamat ulang tahun, sayang."

Terasa pergerakan Amelia yang tengah mengangguk antusias dalam pelukan Susan. Tak malu-malu, ia juga menumpahkan tangis bahagianya di sana.

"Sudah besar, mana boleh menangis." ledek William. Seperti biasa, ia memang suka mencari gara-gara dengan Amelia. Tapi gadis pirang itu tak terganggu sama sekali. Ia tetap merapatkan diri dengan sang ibu.

Selesai dengan Susan, Amelia melirik pada sang kakak. James sudah membentangkan tangan, guna memanti pelukan juga dari si adik. Dan tak perlu berpikir, Amelia langsung menghambur dalam pelukan James.

"Selamat ulang tahun.."

"Terima kasih, kak."

Setelah pelukannya terlepas, James menghadiahi kecupan panjang di dahi Amelia. Sudah lama sekali ia tak berbagi kehangatan dengan gadis yang paling ia jaga ini.

Ibu sudah, kakaknya juga sudah. Tentu Amelia tak lupa dengan dua orang lainnya, yang ia yakini mereka adalah otaknya dari rencana manis ini. Bersamaan senyuman yang makin mengambang, Amelia menghambur dalam pelukan Bela dan William secara bersamaan. Layaknya benar-benar bersahabat, mereka bertiga saling merangkul satu sama lain.

❅❅❅

Pesta kejutan kecil-kecilan untuk ulang tahun Amelia sudah berlalu sejak tiga puluh menit lalu. Para penghuni rumah, kembali ke tempatnya masing-masing. Berpesta sih boleh, hanya saja harus melihat waktu juga. Setelah potong kue dan membagi hadiah tadi, semua orang memutuskan untuk menyudahinya guna membawa diri beristirahat.

Second Wife (√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang