9: Perasaan Bela

5.9K 692 46
                                    

"Vi.."

"Kenapa kau pergi, huh?"

"Kau sudah tak mencintaiku?"

Kalimat itu meluncur jelas dari bibir James. Meski matanya masih terpejam sempurna, namun bibirnya terus berceloteh dan mengigau. Entah mimpi buruk apa yang mengusik ketenangan tidur pria itu.

"Victoria... aku sungguh mencintaimu. Jangan sama-sama menyiksa diri dengan begini..."

"Sayang, kembalilah.."

Bela mencoba untuk mendengarkan itu lebih seksama. James terus saja merintih dalam tidurnya, buliran keringat sudah membasahi wajah tampan itu. Bela jadi sedikit khawatir sekarang.

"Victoria..."

Diberanikannya untuk menyentuh dahi sang suami. Seperkian detik berikutnya, Bela terdiam melotot. Benda itu sangat panas. Suaminya ini tengah demam tinggi.

"James..?" disapunya buliran keringat di dahi hingga di pipi suaminya. Bela betulan kalut, ia cemas jika James begini.

"Ja-- eh.."

Tubuh mereka sudah merapat, James menarik Bela dalam pelukannya. Mengikis seluruh spasi hingga kini sudah berjarak 0 cm. Lelaki itu menyembunyikan kepala Bela di antara dada bidang dan dagunya. Ia mengapit kepala gadis itu, juga memblokir semua akses untuk Bela keluar.

"J-James..?"

Tak ada sahutan apapun lagi dari James. Ia bahkan tak mengigau lagi dalam tidur. Sepertinya ia mendapat kenyamanan dan kehangatan yang diidamkan.

Bela tak ingin mengambil kesempatan. Ia masih terngiang kalimat James semalam untuk tak melibatkan apapun dalam hubungan ini. Jika nanti James bangun dengan posisi begini, sudah pasti lelaki itu akan mengamuk.

Dengan pelan, Bela coba menyingkirkan tangan James yang mengikat, dengan hati-hati mencoba meloloskan diri.

Greb!

Bukannya lepas, pelukan itu malah makin erat. Bahkan James sudah leluasa melingkarkan kaki di atas tubuh Bela. Pelukan yang diberikan kali ini juga jauh lebih erat dari yang pertama.

Oke! Bela menyerah kali ini. Ia membiarkan James memeluknya, meski Bela tahu, mungkin saja ia akan kembali menyesal setelah ini. Tapi lupakan konsekuensi itu untuk sekarang. Toh, Bela tak punya pilihan lain. Ia bahkan tak mampu bergerak banyak dalam rangkulan suaminya. Lagipun, James sedang sakit, jadi tak ada salahnya memberi sedikit kehangatan dan kenyamanan kan? Dan yang paling penting, diri Bela sendiri senang dengan mereka yang begini. Makanya ia tak sanggup pergi.

❅❅❅

"Eugh.."

Pergerakan mulai terlihat dari sudut ranjang. Dua anak manusia tadinya masih berpelukan dalam tidurnya di tengah sana.

James duluan yang meleguh, perlahan ia membuka mata. Saat kesadarannya kian timbul, ia meringis. Kepalanya berkunang-kunang hebat dan berat.

"Ahh!"

Mendengar umpatan kesakitan dari James. Bela yang masih nyenyak menyambung tidur, kian bergerak pula.

"Aah!" James kembali merintih dengan masih memegangi kepala.

Bela buru-buru menarik diri dari baringan, ia posisikan diri untuk menatap James lebih intens, "James, kau baik-baik saja?"

James tak membalas ia masih sibuk memegang kepalanya yang serasa akan pecah. Semua pikiran buruk kian menambah onggokan di dalam otaknya. Dan itu benar-benar mengganggu.

Second Wife (√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang