8: Sadness

6.1K 715 56
                                    

Keluarga Liam melaksanakan rutinitas pagi mereka seperti biasa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keluarga Liam melaksanakan rutinitas pagi mereka seperti biasa. Ke empat penghuni rumah, tumbenan sekali hadir lengkap untuk sarapan. Biasanya hanya ada Susan, Amelia, dan Bela. Namun hari ini, James ikut serta dengan alasan, urusan di kantor sudah ia percayakan pada sekretarisnya. Ajaib, tak biasanya James percaya pada orang lain.

"Ibu, hari ini aku dan Bela akan keluar."

Susan langsung menatap tajam setelah putri bungsunya mengatakan itu, ia melirik ke arah Bela yang sudah ketara sedang gugup.

"Ke mana?" tanyanya yang berniat akan menginterogasi sang menantu.

Dengan kegugupan yang masih ada, Bela melirik. Baru akan buka suara, Amelia lebih dulu menimpali, "Ke kampus, bu. Dosen pembimbing Bela, kemarin berpesan padaku. Katanya, memiliki watu untuk Bela konsultasi mengenai penulisan skripsinya."

"Benar begitu?" selidik Susan lagi, ia sudah menatap tajam pada Bela.

Dengan sedikit menggigit bibir bawahnya, Bela mengangguk kecil.

"Jika kau macam-macam, tahu sendiri akibatnya apa?"

Bela mengangguk patuh, lagian ia tak punya pilihan. James dan Amelia ikut menyaksikan aura intimidasi ibu mereka pada gadis itu. Amelia meringis dalam hati, kasihan Bela. Sedangkan James menjadi sedikit kepikiran, sepertinya ada yang ia tak tahu di sini. Tapi sudahlah, ia tak peduli.

❅❅❅

"Bel!" Amelia melambaikan tangan, saat melihat Bela yang baru keluar dari ruangan pembimbingnya.

Dengan senyuman cerah, Bela melangkahkan kaki ke arah sahabatnya itu.

"Selesai?"

Bela mengangguk membenarkan, "Masih ada beberapa yang perlu direvisi di bab kedua, tapi tak banyak, aku pun sudah diberi pencerahan tadi."

Gantian Amelia yang mengangguk paham, "Ingin langsung pulang?"

"Tentu saja." sahut Bela, ia masih belum melupakan peringatan Susan tadi pagi.

"Bagaimana kalau mampir ke kafe dulu? Kita makan siang?" ajak Amelia yang ikut memperlihatkan waktu di arloji hitamnya. Sudah tengah hari.

"Tapi--"

"Ayolah, aku yang akan bicara dengan ibu. Lagian, kita hanya makan siang. Tenang, aku yang akan tanggung jawab." bak paham dengan keraguan Bela. Amelia berupaya meyakinkan.

Dengan tersenyum sedikit masam, Bela mengangguk kecil. Semoga saja, Susan tak mempermasalahkan ini.

❅❅❅

Second Wife (√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang