Jooheon yang baru saja masuk ke dalam kamar, mengerutkan keningnya heran saat melihat Changkyun sudah berdandan rapi di jam yang sudah menunjukkan angka 9.
"Mau kemana?"
"Ke club."
"Tidak boleh."
Changkyun menatap Jooheon dengan tajam. "Apa hakmu melarangku?"
"Aku suamimu dan aku berhak melarangmu."
"Mau melarang seperti apapun aku tetap akan pergi!"
Changkyun mendorong tubuh Jooheon agar bergeser dari depan pintu.
"Pergilah, tapi jangan harap bisa masuk ke dalam rumah nanti."
Changkyun tersenyum miring. "Memangnya siapa yang bilang aku akan pulang?!"
BLAM!
Jooheon menghela nafas gusar kemudian memijat pelipisnya yang mendadak berdenyut.
Baru saja ia memuji Changkyun, tapi anak itu sekarang berulah lagi.
Dan apa-apaan itu tadi? Ke club??
Sudahlah, Jooheon terlalu lelah untuk mengurusi bocah yang sialnya berstatus istrinya itu.
***
Jooheon baru pulang sekitar pukul setengah 6 pagi setelah menyelesaikan pekerjaannya untuk mengantarkan koran dan susu saat ia melihat sosok istrinya itu tertidur di depan rumah.
Jooheon menghela nafas dan menutuskan untuk menggendong Changkyun ke dalam rumah. Dibaringkannya Changkyun di atas kasur dan Jooheon mengerutkan kening saat menghirup aroma alkohol dari nafas teratur Changkyun.
Jooheon kemudian berjalan ke arah dapur dan memutuskan untuk memasakkan sup kecambah karena hanya itu yang ia punya di dalam kulkas.
"Sepertinya aku harus belanja lagi." Gumam Jooheon sebelum memulai acara memasaknya.
Diliriknya jam yang menempel di dinding setelah ia selesai memasak. Jooheon mengambil secarik kertas dan menuliskan beberapa kalimat di sana sebelum memutuskan untuk mandi dan bersiap untuk bekerja di tempat selanjutnya.
***
Changkyun baru bangun sekitar pukul 11 siang dan mendapati dirinya sudah bergelung nyaman di balik selimut tebal.
Tersenyum miring, Changkyun yakin bahwa Jooheon menggendongnya.
Dengan kepala yang masih berdenyut, Changkyun pergi ke dapur dan mendapati sup kecambah di atas meja makan dan juga kertas yang sengaja Jooheon selipkan di bawah mangkuknya.
"Semalam kau mabuk jadi habiskan sup-nya.
Kau bisa menghangatkannya sebentar jika supnya dingin.
Ah, dan bisakah kau pergi belanja untuk mengisi kulkas?
Pakai saja kartu ATM-ku.
Pinnya adalah tanggal lahirmu."Senyuman Changkyun semakin miring saat melihat kartu debit yang diletakkan di bawah kertas itu.
"Well, tidak hanya kulkas mu yang akan terisi tapi lemari pakaianku juga akan terisi!"
YOU ARE READING
sacrifice (Jookyun) ✔✔
Fanfiction"apa yang bisa kau banggakan dari uang yang bahkan tidak bisa membelikan baju untukku?!" "kau sungguh ingin bertemu dengan temanku? dengan penampilanmu itu?" "kau pikir aku tahan hidup susah seperti ini?!" "baiklah, pergilah jika itu membuatmu bahag...