7

378 71 8
                                    

Terlalu memaksakan diri untuk bekerja, akhirnya membuat Jooheon tumbang.

Sepulangnya bekerja dari bar pada minggu subuh, Jooheon merasakan suhu tubuhnya meningkat.

Untungnya pada hari minggu ia tidak perlu mengantarkan koran dan susu dan juga dia libur bekerja di cafe.

Saat pulang, Jooheon tidak mendapati Changkyun berada di rumah tapi Jooheon sudah tidak peduli. Yang dia inginkan hanya beristirahat supaya besok keadaannya sudah membaik dan bisa bekerja lagi.

Lumayan lama Jooheon tertidur, dirinya terbangun karena rasa haus saat jam sudah menunjukkan pukul 2 siang. Bukannya membaik, tubuh Jooheon malah bertambah nyeri di seluruh sendinya, suhu tubuhnya makin meningkat tapi di sisi lain Jooheon juga menggigil kedinginan.

Memaksakan diri untuk ke dapur, akhirnya Jooheon sendiri tidak kuat menjaga kesadarannya dan pandangannya menggelap diikuti dengan tubuhnya yang jatuh ke lantai.

***

Changkyun membuka pintu rumah sambil bersiul senang. Setelah menghabiskan malam minggu di club dan juga hari ini pergi jalan-jalan dengan sahabatnya Hyungwon.

Uang?

Hah!

Tentu saja habis!

Changkyun meletakkan barang belanjaannya di ruang tamu dan beranjak ke dapur untuk mengambil minum.

"Astaga! Ya!" Pekik Changkyun saat melihat Jooheon tergeletak di dapur dengan wajah pucat dan kening yang dibanjiri keringat.

Changkyun berjongkok dan dengan panik mengguncang tubuh Jooheon.

"Ya! Bangunlah! Hey!"

Tidak ada jawaban, hanya lenguhan tidak nyaman yang keluar dari bibir Jooheon.

Changkyun kemudian memutuskan untuk menelpon ambulans.

Membawa Jooheon ke rumah sakit sepertinya keputusan yang paling baik.

***

Changkyun menggigiti kuku jarinya dengan gelisah saat menanti di ruang tunggu sedangkan Jooheon sudah dibawa masuk ke dalam UGD.

"Keluarga Lee Jooheon."

"Ah, ne."

Changkyun menghampiri dokter yang baru saja keluar dari UGD, dokter yang menangani Jooheon.

"Bagaimana keadaannya dokter?"

"Saudara Jooheon kelelahan, dehidrasi dan kekurangan nutrisi. Tidak ada masalah lain tapi akan tetap kami pantau. Dan sekarang sudah bisa dipindahkan ke kamar rawat."

"Ah, ne. Terima kasih dokter."

Setelah dokter yang menangani Jooheon pergi, seorang perawat menghampiri Changkyun.

"Permisi tuan, untuk administrasi pasien atas nama Lee Jooheon bisa diurus terlebih dahulu sebelum pasien dipindahkan ke kamar rawat."

"Ah, ne."

Baru saja Changkyun berjalan, langkahnya terhenti dan pemuda manis itu menepuk keningnya.

"Astaga! Mau bayar pakai apa?!" Gumam Changkyun yang baru ingat bahwa uang yang Jooheon berikan sudah habis untuk berfoya-foya.

"Aduh! Aku harus bagaimana ini??"

"Ah! Telpon ibu saja!"

sacrifice (Jookyun) ✔✔Where stories live. Discover now