16

379 68 9
                                    

Changkyun memang kembali ke rumah lamanya, namun lelaki manis itu mengurung diri di kamar tanpa mau menemui siapapun, membuat orang tuanya cemas begitu juga dengan Jooheon.

Lelaki Lee itu tetap mengawasi Changkyun meskipun dari jarak jauh dan ia selalu meminta kabar Changkyun dari para pekerja di mansion keluarga Im. Terkadang Jooheon akan duduk di depan pintu kamar Changkyun dan terjaga sepanjang malam, takut-takut jika lelaki manis itu membutuhkan sesuatu.

Dan hari ini pun, Jooheon melakukannya lagi. Setelah mendqpat ijin dari kedua orang tua Changkyun, Jooheon kembali duduk di depan kamar Changkyun.

Jooheon kembali merutuki kebodohannya. Dari awal, dia memang menyukai Changkyun. Maka ketika tawaran itu datang, Jooheon tidak berpikir dua kali untuk menerimanya.

Ya, kedua orang tua Changkyun sudah lepas tangan terhadap sifat nakal sang putra hingga meminta bantuan pada Lee Jooheon, putra dari pegawai kepercayaan tuan Im untuk menjalankan rencananya. Yaitu menikahkan putranya yang manja dengan Jooheon, membuat Changkyun merasakan hidup sulit agar bisa menjadi lebih mandiri dan merubah sikap jeleknya itu.

Pernikahan keduanya pun hanya pura-pura semata dan sama sekali tidak tercatat di mata hukum.

Jooheon sama sekali tidak memikirkan konsekuensi nya di awal dan sekarang ia harus menerima akibatnya.

Dibenci oleh seseorang yang ia cintai...

Jooheon menatap sendu ke arah pintu yang tertutup rapat di depannya kemudian menghela nafas pelan dan memejamkan matanya saat kepalanya berdenyut nyeri. Beberapa hari ini Jooheon memang kurang tidur karena terlalu mengkhawatirkan Changkyun.

"Kau baik nak?"

Jooheon segera membuka matanya dan bangkit berdiri ketika melihat nyonya Im di depannya.

"Saya baik-baik saja nyonya." Jawab Jooheon dengan suara seraknya.

Nyonya Im tersenyum kecil. "Kau tidak makan? Kudengar dari bibi Jang, kau menolak untuk makan malam."

"Saya... tidak bisa makan jika Chang- ah, maksud saya tuan muda juga tidak makan, nyonya."

"Maaf ya nak."

Jooheon menggeleng. "Ini sepenuhnya salah saya, nyonya."

Nyonya Im kemudian mengulurkan tangannya dan mengusap rambut Jooheon dengan lembut. "Kau... mencintai putra kami?"

Jooheon terdiam. Dia cukup sadar diri akan perbedaan status sosial antara dirinta dan Changkyun dan Jooheon merasa tidak pantas untuk Changkyun.

"Maafkan saya, nyonya." Jooheon menundukkan kepalanya, merasa begitu bersalah kepada wanita paruh baya yang telah sangat baik kepadanya ini.

"Jangan meminta maaf nak. Justru kami, aku dan suamiku, sangat berterima kasih karena kau mencintai putra kami dengan tulus. Kami benar-benar menghargai itu."

"Tapi nyonya... saya benar-benar merasa tidak pantas... Secepatnya... saya akan berusaha menghilangkan perasaan saya terhadap tuan muda."

Nyonya Im kembali tersenyum lembut.

"Pantas atau tidaknya kalian bersama bukan dilihat dari status sosial nak, tapi dari perjuanganmu untuk mempertahankan suatu hubungan, meskipun banyak sekali rintangan. Aku dan suamiku sama sekali tidak peduli mengenai status sosial. Yang kami inginkan adalah seseorang yang benar-benar mencintai putra kami apa adanya."

"N-nyonya..."

"Mulai sekarang jangan panggil nyonya lagi. Panggil saja ibu. Atau jika kau merasa tidak nyaman, kau bisa memanggil bibi."

"B-baiklah nyo- ah, maksud saya, bibi..."

"Jja... sekarang kau istirahatlah di kamar tamu."

"Bolehkah saya menunggu Changkyun saja disini?"

Nyonya Im kembali tersenyum. "Baiklah, tapi jika kau lelah, kau bisa beristirahat di kamar tamu."

"Terima kasih banyak, bibi."

"Bibi yang seharusnya berterima kasih padamu. Terima kasih karena telah mencintai putra kami dengan tulus."

sacrifice (Jookyun) ✔✔Where stories live. Discover now