"Jadi... kau melanjutkan kuliah?"
Keduanya saat ini tengah berbaring berhadapan di atas kasur Jooheon dan berbincang, tentunya setelah Jooheon menghabiskan bubur buatan Changkyun dan meminum obatnya.
"Ya... Aku mengajukan beasiswa dan beruntungnya diterima."
Changkyun menatap lelaki di hadapannya dengan mata berbinar membuat Jooheon merasa sedikit aneh.
"Kenapa menatapku seperti itu?"
"Karena kau sangat keren."
"Benarkah?"
"Eum! Buktinya kau bisa kuliah dengan mengandalkan beasiswa! Bukankah itu keren?"
Jooheon tersenyum kecil. "Biasa saja."
Changkyun menggeleng tidak setuju. "Itu keren! Aku juga dulu ingin mengajukan beasiswa tapi sayang sekali otak ku ini tidak sepintar itu." Changkyun mengerucutkan bibirnya saat mengingat pengajuan beasiswanya ditolak karena nilai semasa SMA nya tidak begitu bagus.
"Kau belajar memasak?" Tanya Jooheon menciba mencari topik pembicaraan yang lain.
"Eung! Apakah enak??"
Jooheon menatap Changkyun dengan tatapan bersalah. "Maaf, tapi tadi terasa hambar. Kau tahu sendiri kan jika sedang sakit, makanan seenak apapun akan terasa hambar atau pahit."
"Heum.... Kalau begitu aku akan memasak lagi untukmu nanti ketika kau sembuh!"
"Kau... sudah tidak marah lagi padaku?" Tanya Jooheon ragu.
"Hey, kalau aku masih marah, aku tidak akan ada disini."
Changkyun kemudian meletakkan tangannya di atas pipi Jooheon, mengusap pipi tirus itu dengan ibu jarinya.
"Ngomong-ngomong... hadiah untukku bulan ini mana?"
"Ah... itu... maaf aku belum sem- tunggu! K-kau tahu??" Jooheon membulatkan matanya menyadari perkataan Changkyun. Lelaki manis itu tersenyum geli melihat ekpresi wajah Jooheon.
"Aku sudah tahu semuanya. Orang yang mengirimkan hadiah-hadiah untukku tiap bulannya adalah kau. Ibu mengatakannya padaku."
"A-ah, begitu ya..." Jooheon berdeham. "M-maaf."
"Untuk?"
"Kurasa setelah tahu bahwa aku adalah pengirimnya, semua hadiah itu menjadi beban untukmu."
"Siapa yang bilang begitu? Kalau kau bilang seperti itu, maka sia-sia aku membeli lemari khusus untuk memajang semua hadiah pemberianmu itu."
Jooheon terdiam, namun matanya mencari ke arah jemari Changkyun.
Tidak ada...
Ah... mungkin ia tidak sudi memakainya...
"Terima kasih."
Ucapan Changkyun membuyarkan lamunan Jooheon.
"Huh? Untuk?"
"Kebahagiaan kecil yang kau berikan setiap bulannya dan juga..."
Changkyun mengeluarkan sesuatu yang tersembunyi di balik bajunya.
Kalung.
Dengan sebuah cincin sebagai liontinnya.
"Terima kasih untuk ini."
"Kau... menyimpannya?"
"Tentu. Harganya mahal, sayang kalau dibuang."
"O-oh."
Changkyun tertawa dalam hati melihat ekspresi kecewa Jooheon.
"Lagipula, seseorang yang kucintai memberikan ini padaku. Bagaimana bisa aku membuangnya?"
Ada apa ini? Apa karena sedang sakit menjadikan kerja otak Jooheon melambat?
"M-maksudmu?"
"Bodoh."
Changkyun tidak menjawab lebih lanjut namun langsung memeluk Jooheon, menyandarkan kepalanya di dada lelaki itu.
"Aku... mencintai lelaki yang memberikan cincin ini padaku." Bisik Changkyun dan terkekeh pelan saat ia mendegar debaran jantung Jooheon yang makin tidak karuan.
Jooheon sendiri masih terdiam mencerna kalimat demi kalimat yang diucapkan oleh Changkyun.
"C-changkyun?"
Lelaki manis itu mendongak dan menatap Jooheon. "Kenapa?"
"K-kau..." Ah, sial. Kenapa Jooheon mendadak gugup?
Changkyun tersenyum manis kemudian dengan cepat mengecup sekilas bibir pucat Jooheon dan menatap ke dalam mata Jooheon dengan penuh ketulusan.
"Aku mencintaimu, Lee Jooheon."
***
Jooheon menatap Changkyun yang telah tertidur di dalam dekapannya, menyusuri wajah damai itu dengan telunjuknya.
Lelaki itu masih tidak percaya akan pernyataan Changkyun, tapi ini semua memang kenyataannya.
Jooheon lega, perasaannya terbalaskan, namun di satu sisi, Jooheon masih merasa belum menjadi sosok yang pantas untuk mendampingi Changkyun.
"Tunggulah sebentar lagi..." gumam Jooheon. "Aku... akan secepatnya menyelesaikan studiku, mencari pekerjaan yang layak dan menjadi seseorang yang pantas untuk bersanding denganmu."
"Dan sampai saat itu tiba... Kuharap kau masih memiliki perasaan yang sama untukku. Aku... mencintaimu."
Jooheon mengecup lembut kening Changkyun sebelum akhirnya mengeratkan pelukannya dan menyusul Changkyun ke alam mimpi.
YOU ARE READING
sacrifice (Jookyun) ✔✔
Fanfic"apa yang bisa kau banggakan dari uang yang bahkan tidak bisa membelikan baju untukku?!" "kau sungguh ingin bertemu dengan temanku? dengan penampilanmu itu?" "kau pikir aku tahan hidup susah seperti ini?!" "baiklah, pergilah jika itu membuatmu bahag...