19

395 72 12
                                    

Semenjak mengetahui fakta bahwa Jooheon melakukan semuanya bukan karena imbalan uang yang ditawarkan oleh kedua orang tuanya, namun karena lelaki itu mencintai Changkyun dengan tulus, lelaki manis itu berusaha mencari Jooheon, bahkan mendatangi rumah kecil yang pernah mereka tempati.

Namun lelaki manis itu dikejutkan dengan fakta bahwa rumah kecil itu telah ditinggali oleh orang lain dan Jooheon pergi entah kemana. Mencoba menghubungi ponselnya pun percuma karena nomor milik Jooheon sudah tidak aktif.

Malam ini, Changkyun menatap langit malam yang terlihat mendung dari jendela kamarnya. Menghembuskan nafas pelan, tatapannya beralih pada cincin yang melingkar di jari manisnya.

Cincin pemberian Jooheon.

Diusapnya dengan lembut permukaan cincin itu dan tanpa sadar setetes air mata terjatuh mengenai cincin tersebut bersamaan dengan hujan yang turun dengan derasnya.

"Aku merindukanmu..."





***





6 bulan berlalu tanpa disadari, bukannya melupakan, Changkyun malah semakin merindukan sosok Jooheon.

Lelaki manis itu bahkan membeli kembali rumah kecil yang dulu pernah mereka tinggali dan memutuskan untuk tinggal disana seorang diri.

Meskipun berat, kedua orang tuanya pun mengijinkan dengan syarat bahwa setiap akhir minggu lelaki manis itu harus pulang ke mansion dan menginap semalam.

Dan dalam 6 bulan ini pun, Changkyun telah banyak berubah. Sifatnya yang manja sudah hilang entah kemana digantikan dengan sifat mandirinya. Lelaki manis itu bahkan mulai bekerja di kantor sang ayah dengan jabatan staff biasa.

Perubahan yang paling signifikan adalah sekarang lelaki manis itu mahir memasak.

Sabtu pagi itu adalah jadwal Changkyun untuk kembali ke mansion dan lelaki manis itu sudah sibuk berkutat di dapur bahkan sebelum matahari menampakkan dirinya. Changkyun berencana untuk tiba di mansion pada waktu sarapan agar ia bisa makan bersama kedua orang tuanya.

Tersenyum puas, Changkyun kemudian membersihkan diri dan bersiap untuk kembali ke mansionnya.





***





"Ayah, ibu!"

Changkyun melangkah dengan semangat ke arah orang tuanya yang telah menunggu di ruang makan.

"Kyun bawakan sarapan hari ini! Tadaaaa!" 

Changkyun kemudian membuka semua kotak bekal yang ia bawa, mengambilkan potongan kimbab pertama untuk sang ayah kemudian potongan kedua untuk sang ibu.

Tuan dan nyonya Im tersenyum bangga melihat putranya yang telah banyak berubah itu.

"Jja. Ayo sarapan."

"Oh iya sayang, kemarin kau mendapat kiriman lagi."

"Lagi?"

Nyonya Im mengangguk. "Ibu sudah meletakkannya di kamarmu."

"Baiklah, akan Kyun lihat nanti. Terima kasih ibu."







***







Changkyun membolak-balikkan kotak berukuran sedang di hadapannya.

Lagi-lagi tidak ada nama pengirimnya dan ini sudah berlangsung selama 6 bulan belakangan.

Tiap bulannya, Changkyun akan menerima 1 paket yang berisikan hadiah. Memang harganya mungkin tidak seberapa, tapi Changkyun sudah tidak peduli. Changkyun lebih mementingkan siapa pengirim hadiah-hadiah itu.

Dengan penasaran, Changkyun membuka paket tersebut dan memekik senang saat melihat sebuah kotak musik berbentuk ferris wheel berwarna biru muda tergolek manis di dalam kotak tersebut. Dengan hati-hati, dikeluarkannya kotak musik itu dan diletakkannya di atas meja. 

"Cantiknya!" Changkyun menatap kagum pada kotak musik tersebut, matanya berbinar bahagia.

Changkyun kemudian menoleh ke arah lemari yang khusus ia buat untuk menyimpan hadiah-hadiah tanpa nama pengirim itu kemudian tersenyum semakin lebar. Matanya bergulir menatap hadiah-hadiah di sana, ada 3 buah snow globe, pajangan kecil berbentuk ayunan dimana ada sepasang kekasih di atasnya, dan juga patung sepasang kekasih.

Dengan semangat, Changkyun meletakkan kotak musik yang baru didapatnya itu di dalam lemari bersama pajangan-pajangan yang lainnya. Dan benar saja, lemarinya itu terlihat bertambah cantik dengan adanya kotak musik berbentuk ferris wheel itu.

"Woahhhh~"

Sementara itu...

"Dia sudah menerimanya."

"Terima kasih banyak, bi... Maaf selalu merepotkan bibi."

"Tidak nak, ini sama sekali tidak merepotkan."

"Kalau begitu-"

"Tapi mau sampai kapan kalian akan seperti ini?"

Pertanyaan tersebut membuat sosok di sebrang sana terdiam.

"Apa kalian akan terus seperti ini? Changkyun merindukan mu nak."

"Saya tahu bi... Tapi... Saya belum menjadi seseorang yang layak untuk Changkyun dan hanya ini yang bisa lakukan, setidaknya sampai nanti saatnya tiba dan saya sudah bisa menjadi seseorang yang layak untuk bersanding dengan Changkyun."

sacrifice (Jookyun) ✔✔Where stories live. Discover now