5

369 72 5
                                    

Jooheon mengerang lelah. Jam sudah menunjukkan pukul 3 saat shift nya menjadi bartender selesai dan sialnya, jam setengah 5, Jooheon sudah harus siap untuk mengantarkan koran dan susu.

Mengusap wajahnya dengan lelah, Jooheon memutuskan untuk tidak pulang karena akan memakan waktu lebih lama jika ia pulang terlebih dahulu.

Jooheon mampir ke minimarket 24 jam, membeli 2 bungkus roti dan juga segelas kopi hangat untuk mengisi perutnya dan juga tenaganya.

Jooheon tidak mau mengeluh karena dia sudah terbiasa dengan kehidupan seperti ini. Hanya saja, ia mulai berpikir kenapa dengan bodohnya mau saja menerima permintaan dari majikan ayahnya.

Terlalu lama melamun, Jooheon menyadari bahwa jam sudah menunjukkan pukul 4 dan ia harus bergegas jika tidak ingin terlambat.

"Ayo Jooheon, semangat! Kau bisa istirahat nanti setelah mengantar koran dan susu!" Ujar Jooheon memberi semangat pada dirinya sendiri.

***

Niatan Jooheon untuk beristirahat batal begitu saja saat mendapati rumahnya dalam keadaan berantakan.

Kapal pecah, korban angin topan.

Ya kira-kira seperti itulah keadaan rumah Jooheon saat ini.

Dan pelakunya tidak lain adalah Changkyun yang tanpa dosa sedang bergelung nyaman di balik selimutnya.

Jooheon memandangi ruang tamu yang sebagian besar lantainya tertutup oleh baju-baju bermerk milik Changkyun. Beralih ke dapur, seluruh persediaan panci milik Jooheon terpakai dengan setengah bagian panci yang gosong.

Jooheon menghembuskan nafasnya lelah. Beruntung saja hari ini ia libur bekerja di caffe jadi dia bisa beristirahat nanti.

Dengan dongkol, Jooheon mulai membereskan kekacauan yang Changkyun buat agar ia bisa beristirahat lebih cepat.

***

Jooheon merasa tidurnya terusik saat sebuah jari menusuk-nusuk pipinya dengan brutal.

Jooheon membuka matanya sebentar kemudian kembali memejamkannya.

"Apa?"

"Aku lapar!"

"Beli saja makanan di luar."

"Aku tidak punya uang."

Jooheon membuka matanya. "Tidak punya uang? Lalu uang yang kemarin?"

"Sudah habis."

"Astaga."

Jooheon ingin sekali membenturkan kepalanya ke dinding. Tabungannya selama 2 tahun bekerja keras dihabiskan hanya dalam waktu 2 hari.

Jooheon ingin sekali mengumpat jika ia tidak ingat perkataan ayahnya yang sudah merawat Changkyun sejak kecil bahwa istrinya itu memiliki riwayat penyakit lambung.

Dengan tubuh yang lelah dan pegal di sana sini, Jooheon menyudahi istirahatnya dan berjalan ke arah dapur dan tidak mendapati apa-apa di kulkas.

"Bukankah kemarin sudah kubilang untuk belanja keperluan dapur?"

Changkyun menggelengkan kepalanya. "Tidak sempat."

Tapi kau sempat menghabiskan uang dan waktu untuk berbelanja hal-hal tidak penting?! Dasar bedebah cilik!

Jooheon menghembuskan nafasnya, berusaha meredakan emosinya.

"Ganti bajumu, kita makan di luar."

sacrifice (Jookyun) ✔✔Where stories live. Discover now