30

554 63 23
                                    

"Hyung... gadis itu... dia..."

Wooseok terlihat menghela nafas kemudian menundukkan kepalanya.

"Dia... Kim Sohye... kakak tiriku."

"Apa?"

Wooseok mengangguk pelan. "Dia kakak tiriku. Orang yang ingin menghancurkan hubungan kalian adalah kakak tiriku."

Changkyun hanya diam, membiarkan Wooseok melanjutkan ceritanya.

"Semuanya berawal dari saat Jooheon hyung sekelas dengan kami pada semester pertama perkuliahan. Sohye noona langsung jatuh hati pada Jooheon hyung. Noona bahkan sudah menggunakan berbagai cara untuk mendekati Jooheon hyung tapi sama sekali tidak ada hasil."

"Sampai saat itu, tiba-tiba kau datang ke kampus dan diperkenalkan sebagai tunangan Jooheon hyung."

"Noona marah besar kemudian dia mulai menyusun rencana untuk menghancurkan hubungan kalian."

"Noona meminta ayah untuk menerima Jooheon hyung bekerja di perusahaan kemudian menyuruhku untuk mendekati Jooheon hyung dan menghancurkan hubungan kalian perlahan-lahan."

"Dan kau mau melakukannya?"

Wooseok menggeleng. "Awalnya aku tidak mau hyung, sampai noona mengancamku bahwa dia... akan melukai kekasihku."

"Kau memiliki kekasih?"

Wooseok mengangguk. "Kupikir noona hanya sekedar mengancam, tapi dia benar-benar melakukannya. Noona menyuruh bodyguard ayah untuk memukuli Wei hyung sampai harus dilarikan ke rumah sakit kemudian mengancam akan memecat Wei hyung dari perusahaan."

Changkyun terdiam mencoba mencerna perkataan Wooseok.

"Hyung... marah padaku?"

Changkyun menghela nafas pelan. "Tadinya aku hampir saja marah padamu."

"M-maaf... Aku sungguh-sungguh terpaksa melakukannya, apalagi hyung orang yang sangat baik. Maafkan aku hyung..."

Changkyun tersenyum kemudian menepuk puncak kepala Wooseok. "Noona-mu yang salah, kenapa kau yang minta maaf?"

"Tetap saja hyung. Bagaimanapun juga dia noona-ku."

"Heum... lalu sekarang, kau dan Wei itu masih bersama?"

Wooseok mengangguk dengan pipi merona. "D-dia ada di depan hyung."

"Benarkah?? Ajaklah masuk! Ayo kita mengobrol bertiga!"

"Tidak apa hyung?"

"Tentu saja! Lebih ramai lebih asyik kan??"




***



"Dasar anak tidak berguna! Kim Wooseok sialan! Tidak becus!"

"Kenapa dengan Kim Wooseok?"

Gadis itu, Kim Sohye menolebh dan membulatkan matanya terkejut.

"J-jooheon oppa."

"Aku tanya, kenapa dengan Kim Wooseok?"

Sohye menggeleng takut karena Jooheon menatapnya dengan datar padahal biasanya Jooheon akan selali ramah dan memasang senyumannya.

"Masih tidak mau menjawab rupanya." Gumam Jooheon mengangguk-anggukan kepalanya. "Kalau begitu... apa perlu kukatakan semuanya dengan jelas sekarang?"

"T-tentang apa?"

"Kau pikir aku tidak tahu rencana busukmu?"

Lagi, Sohye membulatkan matanya. "K-kau-"

"Ya, aku tahu semuanya. Tentang penerimaanku di perusahaan ayahmu dan tentang rencanamu menghancurkan hubunganku dengan Changkyun melalui Wooseok. Kau bahkan dengan sengaja menciumku waktu itu karena kau tahu ada Changkyun di sana."

"B-bagaimana..."

"Mudah saja. Semuanya sudah terlihat dengan jelas." Jooheon mengedikan bahunya. "Aku bahkan tahu bahwa kau berniat untuk merengek pada ayahmu agar menjodohkanmu denganku, menggunakan alasan hutang budi dan sebagainya. Benar kan?"

Sohye mengepalkan tangannya. Apa Wooseok membocorkan rencananya?? Bajingan kecil itu--

"Wooseok tidak tahu apa-apa jadi jangan menyalahkannya."

Jooheon menyeringai kemudian mendekatkan bibirnya di telinga Sohye.

"Berhentilah sebelum kau menyesal nantinya. Aku bahkan bisa bersikap lebih kejam daripada iblis jika kau berani bermain-main denganku dan orang-orang di sekelilingku."

Jooheon memundurkan tubuhnya kemudian memasang senyuman manisnya.

"Jangan bilang jika aku tidak memperingatkanmu, nona Kim Sohye."







***







Jooheon mengerutkan keningnya saat mendengar suara tawa dari dalam kamar Changkyun. Jooheon mengetuk pintu kemudian masuk ke dalam kamar.

"Oh? Wooseok kau masih disini? Ada Jinhyuk juga?"

"Kau kenal dengan Jinhyuk?"

Jooheon mengangguk kemudian duduk di samping Changkyun. "Aku pernah bertemu dengannya di kantor. Bagaimana keadaanmu?"

Changkyun tersenyum lebar saat Jooheon menempelkan punggung tangannya pada kening Changkyun. "Sudah jauh lebih baik."

"Syukurlah. Ah... kalian sudah makan malam?" Tanya Jooheon yang mendapat gelengan dari tiga orang yang lain.

"Kalian mau makan apa?"

Jinhyuk dan Wooseok menggeleng pelan. "Kami sudah berjanji akan makan malam dengan ibuku hyung." Jawab Jinhyuk.

"Uh... sayang sekali. Padahal aku masih ingin mengobrol dengan kalian." Ucap Changkyun mengerucutkan bibirnya.

"Lain kali kita pergi bersama saja. Double date? Hyung mau kan?"

Mendengar usulan Wooseok, wajah Changkyun kembali bersemangat.

"Mau! Mau!"

"Baiklah, nanti kita atur jadwal ya hyung."

Akhirnya setelah Wooseok dan Jinhyuk berpamitan, hanya tersisa Jooheon dan Changkyun di dalam kamar.

"Apa kau masih marah?"

Jooheon menoleh dan menatap Changkyun kemudian menggeleng. "Aku minta maaf."

"Untuk?"

"Mengabaikanmu."

"Hng... justru aku yang harusnya minta maaf karena pergi berduaan dengan Hanbin hingga akhirnya kau marah." Changkyun kemudian memeluk Jooheon dan mengusakkan wajahnya di dada Jooheon. "Jangan marah lagi ya."

"Hmm... aku tidak akan melakukannya lagi."

Changkyun menyandarkan dagunya di dada Jooheon dan menatap wajah kekasihnya itu. Jooheon sendiri makin lama makin mendekatkan wajahnya pada Changkyun hingga akhirnya bibir mereka saling menempel selama beberapa detik.

"Aku mencintaimu."

"Eum, aku juga mencintaimu."

sacrifice (Jookyun) ✔✔Where stories live. Discover now