24

461 71 12
                                    

Jooheon pikir hidupnya akan menjadi lebih mudah sekarang. Memiliki lelaki manis itu sebagai penyemangat untuk menyelesaikan studinya harusnya membuat Jooheon merasa senang.

Namun nyatanya hidupnya menjadi sedikit lebih sulit.

Bukan, bukan masalah yang terlalu besar sebenarnya, hanya saja sifat posesif Changkyun sedikit kesulitan dalam menjalankan studinya.

Buktinya sekarang, Changkyun memaksa untuk mengikuti kelas Jooheon karena pernah kedapatan membaca chat di ponsel Jooheon, dari seorang gadis di kelasnya yang mengajak Jooheon 'berkencan' dengan dalih mengerjakan tugas.

"Ayolah~ ayolah~ ya, ya, ya?? Aku tidak akan macam-macam!" Kecuali jika mereka mulai mencari masalah duluan! Lanjut Changkyun dalam hati.

Jooheon menghela nafas pelan. "Kau yakin? Profesor yang mengajar hari ini sangat galak Kyun."

"Eum! Aku yakin tidak akan ada apa-apa!" Jawab Changkyun yakin karena dulu dia juga pernah menyusup ke kelas temannya yang berbeda fakultas dan sama sekali tidak ketahuan.

"Kau benar-benar yakin?" Masalahnya Jooheon tidak akan tega melihat Changkyun dibentak nantinya jika ketahuan.

"Seratus persen yakin!"

Akhirnya Jooheon mengalah. Tersenyum kecil, tangannya terulur mengusap puncak kepala Changkyun.

"Ya sudah kalau begitu, ayo. Kelas akan dimulai 20 menit lagi."










***












Nyatanya, semua tidak berjalan sesuai harapan.

"Im Changkyun?"

Yang dipanggil hanya memasang cengirannya. Ternyata profesor galak yang dimaksud Jooheon itu adalah teman baik ayahnya.

"Paman Song."

"Sedang apa kau kesini?" Tuan Song mengerutkan keningnya heran sedangkan Jooheon berusaha keras menahan tawanya.

"Hehehe, aku ingin menemani kekasihku kuliah, paman." Jawab Changkyun jujur, toh memang begitu kenyataannya kan.

Tuan Song menatap Jooheon dan Changkyun bergantian kemudian tertawa pelan.

"Dasar anak muda jaman sekarang. Ya sudah, ayo masuk, asal kau tidak membuat keributan selama kelasku ya."

"Ne~ terima kasih paman!" Kemudian Changkyun menoleh ke arah Jooheon dengan wajah bangganya membuat Jooheon terkekeh pelan.








***







Seisi fakultas, kebanyakan para gadis dan uke lebih tepatnya, mendesah kecewa saat melihat Changkyun yang terus saja bisa bermanja bebas pada Jooheon dan semakin kecewa saat lelaki manis itu berkata bahwa mereka bertunangan dan akan segera menikah dalam waktu dekat, tidak lupa menunjukkan cincin pemberian Jooheon yang sekarang melingkar manis di jari manisnya.

Sebenarnya mereka berharap bahwa ucapan Changkyun hanyalah bualan, namun melihat anggukan yang Jooheon berikan, mereka pun menyerah. Beberapa beranggapan bahwa Jooheon dan Changkyun cocok, beberapa ada yang masih tidak terima namun hanya bisa pasrah.

"Kau senang?" Tanya Jooheon yang sedari tadi melihat Changkyun tidak pernah melunturkan senyumannya. Lelaki manis itu mengangguk kuat, puas karena setelah ini pasti para gadis dan uke haus belaian itu tidak akan berani menggoda Jooheon lagi.

"Sekarang aku lapar!"

"Kau mau makan apa?"

"Makan masakanku ya??" Tawar Changkyun dengan mata berbinar.

"Boleh saja. Kemarin bubur buatanmu terasa hambar karena aku sedang sakit. Sekarang aku ingin benar-benar mencicipi masakanmu."

"Siap-siap saja jatuh cinta padaku lebih dalam karena masakanku! Aku sudah belajar banyak selama ini dan kau tidak akan kecewa!"

Jooheon tersenyum kecil kemudian mengusap puncak kepala Changkyun.

"Terima kasih."

"Huh?" Changkyun mengerutkan keningnya. "Untuk apa?"

"Karena sudah hidup dengan bahagia selama aku tidak berada di sampingmu." Jooheon kemudian mengambil tangan Changkyun dan menggenggamnya lembut. "Mulai sekarang, aku akan selalu membuatmu bahagia Kyun."

Changkyun menggeleng pelan. "Kau ada di sisiku saja sudah membuatku menjadi manusia yang paling bahagia di muka bumi."

"Kau sekarang pintar menggombal ya?" Goda Jooheon yang mendapat protesan dari Changkyun.

"Aku hanya berusaha agar kau tetap disisiku. Jadi..." Changkyun menyandarkan dagunya di dada Jooheon dan menatap wajah tampan kekasihnya itu. "Jangan tinggalkan aku lagi ya?"

CUP!

Jooheon mengecup ujung hidung Changkyun kemudian tersenyum. "Aku tidak akan bisa meninggalkanmu, sayang."

Keduanya terkekeh kemudian saling memeluk, tidak mempedulikan tatapan iri yang dilayangkan mahasiswa yang berlalu lalang.

Tanpa menyadari ada sepasang mata yang menatap tidak suka ke arah mereka.

sacrifice (Jookyun) ✔✔Where stories live. Discover now