Changkyun menyuapkan nasi ke dalam mulutnya sambil melirik ke arah Jooheon. Lelaki manis itu masih merutuki dirinya sendiri karena menuruti perkataan Hyungwon dan keduanya sekarang terlihat canggung.
"Bagaimana pekerjaanmu?" Tanya Jooheon.
"U-uh? Oh... baik-baik saja. Hanya menghitung uang kan."
Jooheon tersenyum kecil. Senyum yang mampu membuat pipi Changkyun kembali merona.
"Berhati-hatilah. Meskipun sudah menggunakan mesin kasir, kau tetap harus teliti."
"E-eum." Changkyun mengangguk pelan kemudian kembali melanjutkan kegiatan makan malamnya ketika sebuah telapak tangan yang hangat mendarat di puncak kepalanya dan memberikan usapan lembut di sana.
"Kau sudah melakukan yang terbaik. Aku bangga padamu."
Sialan! Apa yang telah kau lakukan pada jantungku, Lee Jooheon??
***
Hari itu, salah satu penjaga kasir shift malam berhalangan hadir dan Changkyun ditawari tambahan jam kerja dengan bonus yang lumayan besar. Lelaki manis itu langsung mengiyakan dan sialnya ia lupa mengabari Jooheon.
Jooheon yang hari itu mendapat ijin untuk pulang lebih pagi pun kelimpungan saat tidak mendapati istrinya di rumah dan Jooheon makin panik saat ponsel Changkyun ternyata tidak aktif.
Saat jam menunjukkan pukul 12 malam, Jooheon hampir saja pergi ke minimarket tempat Changkyun bekerja namun telah mendapati istrinya itu berjalan ke arah rumah kecil mereka sambil bersenandung pelan.
Dan Changkyun hanya bisa mematung sembari melebarkan matanya saat merasakan pelukan yang amat erat dan hangat secara tiba-tiba.
"J-jooheon?"
"Astaga Kyun!" Jooheon memundurkan tubuhnya kemudian memeriksa tubuh Changkyun. "Kau baik-baik saja?? Apa ada yang terluka??"
"E-eh... aku baik-baik saja. Memangnya kenapa?"
Jooheon menghela nafas gusar. "Ini sudah tengah malam Kyun dan kau sama sekali tidak memberiku kabar! Kupikir terjadi sesuatu padamu."
Changkyun mengerutkan keningnya. "Aku- astaga! Aku lupa memberitahumu kalau aku menambah jam kerjaku karena temanku berhalangan hadir." Changkyun menepuk keningnya.
"Lalu kenapa ponselmu tidak aktif?"
"Sepertinya kehabisan daya. Maaf... maafkan aku."
Akhirnya Jooheon bisa bernafas lega. Kembali ditariknya tubuh mungil Changkyun ke dalam dekapannya.
"Aku khawatir sekali Kyun." Gumam Jooheon yang mampu membuat hati Changkyun menghangat.
"Hmm... aku tahu. Maafkan aku ya?" Ucap Changkyun sambil membalas pelukan Jooheon.
"Asal jangan diulangi lagi."
"Heum... aku janji."
***
Hari senin, Changkyun mendapatkan libur. Suaminya telah pergi bekerja dan ia sangat bosan di rumah.
Jika dipikir-pikir, dulu Changkyun akan selalu menghabiskan waktunya di mall, cafe dan club, menghambur-hamburkan uang untuk barang-barang yang bahkan tidak pernah ia gunakan.
Sekarang, Changkyun akan berpikir dua kali bahkan hanya untuk sekedar membeli camilan.
"Hahh~ apa yang harus kulakukan ya?"
Changkyun melihat ke sekeliling rumah dan mengerucutkan bibirnya.
"Kenapa rumah ini bersih sekali sih? Aku jadi tidak ada kerjaan kan!" Gerutunya.
"Oh!" Changkyun melompat-lompat kecil sata mendapatkan sebuah ide.
"Aku ke kantor ayah saja!"
***
"Selamat siang!"
"H-hah? E-eh... Selamat siang tuan muda."
Seluruh pegawai di kantor ayahnya terkejut saat Changkyun, tuan muda yang terkenal arogan itu, menyapa semua pegawai ayahnya yang ia lihat dengan ceria.
Padahal dulu Changkyun akan berjalan dengan dagu terangkat tinggi tanpa mempedulikan mereka.
"Sekretaris Cha! Apa ayah ada di ruangannya??"
"Benar tuan muda."
"Baiklah! Terima kasih!"
Changkyun melanjutkan langkahnya ke ruangan sang ayah dan hendak mengetuk pintu namun terhenti saat dilihatnya pintu ruangan ayahnya tidak tertutup rapat.
"Ckckck... ayah benar-benar ceroboh!" Gumam Changkyun.
"Maaf tuan... tapi saya sungguh tidak bisa menerima ini."
Changkyun terdiam saat mendengar suara yang tidak asing baginya.
"J-jooheon?"
YOU ARE READING
sacrifice (Jookyun) ✔✔
أدب الهواة"apa yang bisa kau banggakan dari uang yang bahkan tidak bisa membelikan baju untukku?!" "kau sungguh ingin bertemu dengan temanku? dengan penampilanmu itu?" "kau pikir aku tahan hidup susah seperti ini?!" "baiklah, pergilah jika itu membuatmu bahag...