____happy reading people_____
Kring
Kring
KringBunyi ponsel berdering membuat sang empuk Terbangun dari tidur lelapnya, mata coklatnya perlahan terbuka dan mengambil Ponselnya dinakas, ia mengucek matanya Bergantian dan melihat Siapa yang menghubunginya Pagi pagi begini.
Hanna is calling
Nama itu terpampang dilayar ponsel Bima, denga malas malasan bima pun menjawab telpon tersebut.
"Halo ada apa? Ini masih pagi" ucap bima dengan suara serak khas bangun tidur
"Bima lo kemana aja sih gak kabarin gw?"
"Sibuk di kampus" ucap bima acuh
"Lo bisakan temenin gw dirumah sendirian"
"Iya gw kesana" (tututut) Bima langsung Mematikan telponnya dan beranjak dari kasur king sizenya menuju Kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
******
Hanna duduk ditepi kasurnya sambil memandangi foto dirinya bersama bima saat ditaman bunga lalu. Senyum tulus terlukis diwajah cantiknya beberapa kali.
Tuk tuk tuk
Suara pintu utama mengalihkan perhatian Hanna dari Foto tersebut, ia langsung bergegas menuju Lantai bawah untuk membuka pintu karna bi imah sedang pulang kampung untuk beberapa hari kedepan.
Pintu terbuka, hanna Terkejut saat melihat bima sudah ada dihadapannya dengan Penampilan yang keren, tubuhnya dibaluti kaos putih dan celana jeans, Mata coklat melekat menatap wajah hanna dengan tatapan tajam khasnya, rahang yang tegas hidung yang berdiri tegak dan alis yang tebal membuat hanna diam mati kutu.
"Heii" ucap bima membuyarkan Pikiran hanna
"Eh hai, ayok masuk" ucap Hanna Dengan terkejut
Merekapun memasuki ruang Keluarga, hanna menyiapkan makanan ringan dan minuman segar untuknya dan Bima.
Mereka duduk dengan jarak yang Sedang, tidak jauh dan tidak dekat, dengan televisi yang sedang menyala menyiarkan siaran olahraga, keheningan membuat dua duanya Merasa gugup, mereka hanya saling tatap lalu berpaling lagi kearah televisi. Hanna pun mulai bicara untuk mencairkan Suasana yang monoton begini.
"Bima" lirih hanna
"Hem" gumam bima
"Lo akhir akhir ini gak pernah ngabarin gw, bahkan nemuin gw aja jarang" ucap Hanna dengan suara gemetar
"Kan gw bilang lagi sibuk di kampus ngejar Semester" ucap Bima sambil menarik tubuh hanna Dan membawa kedekapannya.
"Mm.. Oiyah Sebentar lagi lo Ulang tahun, apa lo gak ada rencana buat mau meriahin pesta ultah?" ucap Hanna sambil mendongak kearah bima
Bima diam sejenak, memang benar ulang tahunnya sebentar lagi. Dia akan resmi genap 21 tahun. Tapi belum ada niatan untuk memeriahkan pesta ulang tahunnya itu.
Bima menggeleng pelan "gak perlu dimeriahkan lah tiap tahun juga sering, tahun ini aja gausah" ucap bima asal
Hanna hanya manggut manggut tak karuan, dia pun tidak masalah jika tidak ada Pesta di ultah Bima. Lagipula bima benar tiap tahun ultah bima sering dirayain jadi apa salahnya buat tahun itu tak ada pesta.
Kring
Kring
KringDering telpon mengejutkan mereka berdua, Bima langsung mengambil ponselnya Dari saku celananya, dan melihat siapa yang menelponnya sekarang.
Tafhia is calling....
Nama itu tertera di ponsel bima, bima langsung beranjak dari duduknya untuk menjawab telpon itu.
"Sebentar Mau jawab telpon" ucap Bima sambil berjalan keluar
Hanna mengangguk pelan, hatinya penasaran siapa yang menelpon bima hingga bima harus menjauh darinya untuk menjawab telpon itu. Hanna mengikuti Bima dari belakang lalu menguping dari balik pintu.
"Iya sayang aku jemput sekarang" ucap Bima
"_"
"Ya udah see you" ucap bima yang langsung mematikan sambungan telponnya.
"Sayang?" batin hanna. Hanna benar benar terkejut saat mendengar Bima mengatakan sayang kepada si penelpon itu, siapa dia mana mungkin Bima bicara dengan laki laki memanggil sayang ah itu sudah jelas perempuan!
"Kok disini" ucap Bima saat melihat hanna diam dibalik pintu
"Eh enggak. Itu gw... Gw anu___
" yaudah lah gak penting, gw pergi dulu ya ada urusan soalnya" ucap Bima yang dibalas anggukan oleh hanna.
Bima mengecup kening hanna lalu beranjak menuju mobilnya. Sementara Hanna masih diam mematung menatap kepergian bima. Entah kenapa bibirnya sulit sekali menanyakan siapa yang menghubungi bima tadi.
******
Pagi harinya Hanna sudah Bersiap siap untuk berangkat ke kampus kesayangannya itu. Dia turun dari kamarnya menuju mobil yang terparkir didepan rumahnya.
Hanna melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang membelah jalanan kota tersebut.******
"Udah sembuh lo" ucap Adiva sambil memasukkan nasi goreng kemulutnya dengan rakus
"Udah" ucap Hanna sambil mengulum senyumnya melihat sahabat gila nya yang tengah kelaparan itu.
"Lapher ghuaa" ucapnya dengan mulut penuh nasi goreng itu
Hanna hanya menganggukkan kepalanya sambil tertawa kecil melihat Ekspresi adiva yang super menjijikan, jika romeo tau pasti dia juga bakalan ikut jijik liat adiva yag seperti itu.
"Div, kemarin bima kerumah gw, tapi setelah asik ngobrol hp nya bunyi dan bima menjawab telpon itu dan lu tau saat gw nguping bima manggil penelpon itu apa?" ucap Hanna memotong ucapannya
"Apaan?" ucap Adiva penasaran
"Sayang" lirih hanna
"HAH!!!!!!" Sentak Adiva dengan suara keras sehingga membuat seisi kantin memusatkan perhatiannya kearah mereka.
Hanna melotot dan langsung mencubit tangan adiva "lo kebiasaan ya!" ucap Hanna
"Aw sakit bego!" ringis Adiva "ya gw terkejut aja! Serius lo!" ucap Adiva sambil Menampakkan ekspresi seriusnya
Hanna hanya mengangguk pelan dengan mata berkaca kaca.
"Lo sih gak percaya sama Romeo! Kalo si bima itu punya hubungan sama si tafhia" ucap Adiva denga sewot
Hanna hanya diam, ia sebenarnya memang sudah curiga dengan mereka, namun Hanna ingin melihat bukti nyata yaitu ingin melihat dengan mara kepalanya sendiri agar dia benar benar percaya bahwa memang bima melakukan Penghianatan dibelakangnya.
"Udh jangan mikirin hal itu, kita kekelas aja yuk bentar lagi pak Arif masuk" ucap adiva sambil beranjak dari tempat duduknya.
Hanna mengangguk lalu mengikuti adiva dari belakang dan berjalan menuju kelas mereka.
Bersambung everybody
Jangan lupa terus support aku ya dengan cara voting and Koment, trus jangan lupa juga follow aku ya yang baek.
___see you beibeh____
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanna Ariestella [COMPLETED]
Historia CortaA tragic love life a girl named Hanna's Ariestella to cause herlself have an illness and end in death