#12

1.5K 140 0
                                    

.

.

.

#Apartement Seokjin

"APA?! JUNGKOOK?! BAGAIMANA BISA?!" teriak Seokjin panik dan terkejut.

"eonnie, tenanglah" ucap Jeonghan dengan lembut.

"bagaimana bisa aku tenang jika penerus kerajaan Elf Matahari ada pada mereka?! Katakan!!!"

Suho menghela napas melihat Seokjin yang semakin panik sendiri.

"maafkan aku, putri" ucap Jisoo lirih. Bersamaan dengan sebuah musik terdengar lembut membuat Seokjin perlahan menjadi tenang dan tak sadarkan diri.

"sudah ku duga memberitahukan hal ini pada putri Seokjin akan sangat beresiko seperti sekarang" sahut Kihyun menatap prihatin calon penerus ras Elf Tumbuhan itu.

Suho, Jisoo, dan Daehwi ikut menatap Seokjin. Mereka tahu dan sangat mengerti keadaan Seokjin apalagi karena Seokjin sudah menganggap Jungkook seperti adiknya sendiri.

"selagi kita menunggu putri Seokjin sadar, sebaiknya kita mengumpulkan semua pasukan dan membicarakan tentang ini" usul Jeonghan meminta persetujuan dari Suho.

Suho mengangguk memberikan izin.

"tunggu dulu! Apa tidak apa-apa kita membicarakannya disini? Maksudku ini kan apartement Seokjin yang otomatis bisa diakses para manusia"

"astaga, Jisoo!! Kau ini pikun atau apa sih?! Setiap pertemuan penting sudah pasti diadakan di aula kerajaan. Mana mungkin kita lakukan disini?" omel Kihyun gemas. Jisoo hanya cengengesan sembari menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.

"sudahlah, Kihyun. Daehwi, sampaikan pada Jaebum dan Guanlinvagar mempersiapkan semua pasukan"

"baik, oppa" gadis bersurai jingga itu langsung menghilang.

"tak kusangka jika V senekat ini mengambil keputusan, padahal sudah tau resikonya sangat tinggi" ucap Jeonghan mengeluh.

"berhenti mengeluh, Jeonghan. Kau adalah salah satu petinggi angel, tak sepatutnya kau mengeluh. Dan lagi, aku peringatkan padamu agar jangan pernah lagi dekat dengan Seungcheol. Aku tahu kalian berdua sangat dekat akhir-akhir ini. Ku peringatkan agar keseimbangan dunia tetap terjaga"

"baik, oppa"

"dan semoga saja yang lain tidak mengalami takdir yang seperti ini" gumam Suho dalam hati sembari mendongak keatas, menatao langit-langit apartemen.

#Aula Pertemuan

"semua sudah hadir, leader-nim" kata Jaebum saat Suho telah tiba bersama Seokjin, Jeonghan, dan Jisoo.

"baiklah, terima kasih, Jaebum" Jaebum mengangguk lalu mundur menuju kursinya.

"mohon perhatiannya"

Semula ruangan yang ricuh kini hening setelah lontaran kata dari Jeonghan. "terima kasih. Leader-nim, silahkan"

"seperti yang kita semua ketahui, putri Jungkook yang merupakan peranan penting kebajikan sebagai pemegang permata kerendahan hati, telah berada di tangan penguasa kegelapan, V"

Seluruh makhluk yang ada di ruangan mengangguk dan membenarkan ucapan sang pimpinan guardian angel.

"dan menurut peraturan yang telah diatur oleh Sang Pencipta bahwa kebajikan dan kejahatan ditakdirkan tidak dapat bersatu. Jika dua kerajaan ini bersatu, alam semesta akan hancur"

Suho menjelaskan peristiwa yang dipaparkan oleh hologram yang yang pancarkan tepat di tengah ruangan itu.

"maka, untuk menghindari hal tersebut, Sang Pencipta menciptakan 2 sistem yaitu coactus dan pro

"dengan kata lain, para makhluk dari masing-masing yang ingin berpindah. Akan terjadi dua kemungkinan, yaitu mengkhianati salah satunya atas kemauannya sendiri atau hancur lebur karena di paksa berkhianat" Jaebum menyambung penjelasan Suho.

"untuk kasus Putri Jungkook ini, Putri berada pada sistem kedua__"

"belum" Jihoon langsung menyela ucapan Jeonghan dengan tegas. "Putri Jungkook belum berada di salah satu dari kedua sistem tersebut. Sebelum ingatannya terhapus, Putri sama sekali belum memilih untuk bagaimana"

"aku sependapat dengan Putri Jihoon" setuju Jinyoung.

"Putri Jungkook sangat berbeda dengan kakaknya, Putri Wonwoo. Aku sangat yakin jika putri Jungkook tidak akan mau melakukan ritual itu karena putri sangat patuh pada tradisi dan aturan ras Elf Matahari" lanjutnya.

"apa kau yakin, Jinyoung?" Kyungsoo menatap ragu juniornya itu.

"sebelum kejadian penghapusan ingatan terjadi, Putri Jungkook sudah jatuh pada pesona raja kegelapan itu. Seperti kata Kyungsoo eonnie, apa kau sangat yakin jika Putri Jungkook tidak akan berkhianat, Jinyoung eonnie?" tambah Kihyun yang sependapat dengan gadis bermata besar disampingnya.

Jinyoung terdiam, memikirkan ucapannya, ucapan Kyungsoo, dan juga ucapan Kihyun.

"ucapanmu tidak ada yang salah, Jinyoung. Tapi sekarang semua sudah berubah. Putri Jungkook yang kita kenal itu sudah banyak berubah" kata Yixing dengan nada yang lembut.

"tinggal menghitung bulan menuju bulan purnama. Kepada semua guardian angel dan elf penyerang agar bersiap untuk melakukan penyerangan. Kita akan merebut kembali Putri Jungkook. Angel, elf, dan fairy yang bertugas dalam penyembuhan juga harus bersiap, akan ada begitu banyak genangan darah dalam pertempuran nanti" kata Suho.

"Hyungwon dan Jisoo saat ini sedang mengawasi Putri di istana Kegelapan. Selama menunggu kabar dari mereka, kita bisa menyusun strategi awal"

"ini akan menjadi peperangan terbesar kedua setelah sekian jutaan abad yang lalu"

#Alam bawah sadar Jungkook

Dingin dan gelap.

Hanya aku sendirian di tempat ini, terbaring lemas tak berdaya.

Tunggu dulu, dimana aku sekarang? Apa dan kenapa aku disini? Siapa aku?

Dengan sisa kekuatanku yang ada, perlahan aku bangkit. Langkah tertatih, aku berjalan tak tentu arah.

Menyusuri kegelapan yang hening ini. Bagaimanapun juga aku harus segera keluar dari tempat ini.

Tapi untuk apa? Apa tujuanku keluar dari sini?

Cahaya apa itu? Cahaya itu terang sekali.

Langkahku memutar haluan dan menuju ke cahaya itu.

Langkah demi langkah ku lalui menuju cahaya itu dan senyumanku merekah seiring langkahku. Namun, apa daya kekuatanku berangsur melemah.

Tidak, ini tidak boleh terjadi!! Aku harus mencapai cahaya itu. Aku harus!!

Ayunan langkahku semakin melemah.

BRUK

Kembali ku terbaring tak berdaya ditengah kegelapan. Air mataku perlahan berlinang membasahi kedua pipiku.

Sekelebat pertanyaan tiba-tiba merasuki pikiranku.

Kenapa aku harus menggapai cahaya itu? Kenapa air mataku keluar? Kenapa disini begitu menyedihkan?

Perlahan namun pasti, mataku semakin memberat seiring dengan kesadaranku yang menipis.

.
.
.
.
.
.

TBC

✔✔Pain(t) of Memories: Blood, Sweat, and Tears✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang