11. Engelberg

2.2K 341 54
                                    

Bismillah.

***

Indahnya panorama Swiss seolah tiada habis. Sungguh sebuah maha karya dari Sang Pencipta. Kalimat thayyibah tak henti mengalir dari bibir mungil Mariam. Anna mengikuti, mencoba membiasakan diri pada hal-hal baik dari agama yang kini diyakini.

Dari Zurich mereka menuju Engelberg, sebuah kota kecil yang terletak di kaki gunung Titlis, salah satu dari gugusan pegunungan Alpen yang mendunia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dari Zurich mereka menuju Engelberg, sebuah kota kecil yang terletak di kaki gunung Titlis, salah satu dari gugusan pegunungan Alpen yang mendunia. Salju abadi yang konon tak pernah mencair terserak di sepanjang puncaknya. Hari itu, mereka akan menjejakkan kaki di sana, di puncak gunung Titlis.

Jangan dibayangkan mereka akan mendaki dengan berjalan kaki, bisa dipastikan Mariam yang tak tahan dingin sudah sejak awal melambai ke kamera. Tapi ada cable car yang bisa dimuati enam orang siap membawa mereka naik turun hingga ke stasiun tempat rotair berada. Lalu mereka akan menuju puncak Titlis dengan rotair, gondola udara yang bisa berputar 360 derajat sehingga pemandangan di sekeliling bisa dinikmati dari balik kaca rotair yang bening.

 Lalu mereka akan menuju puncak Titlis dengan rotair, gondola udara yang bisa berputar 360 derajat sehingga pemandangan di sekeliling bisa dinikmati dari balik kaca rotair yang bening

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Adakah yang bisa kubantu? Kulihat kau dari tadi gelisah mencari sesuatu?" tanya Ahmar. Sedari tadi ia mengamati tingkah Mariam yang terlihat gelisah, berkali merogoh slingbag yang menyilang sepanjang bahu kanan ke pinggang kiri.

"Dia baik-baik saja kok. Paling mau cari permen, atau koin, atau tiket," sahut Anna. Suara Ahmar yang di terdengar penuh perhatian pada Mariam membuatnya mencebik. Jealous.

"Oh, baiklah. Kalau kau perlu bantuan, jangan sungkan untuk menyampaikan padaku." Ahmar beranjak pergi. Mariam salah tingkah, merasa tak enak hati. Ia tahu, Anna didera cemburu.

Anna menyeret tangan Mariam menuju ke teman-teman yang lain, bergabung dalam keseruan di atas salju abadi yang putihnya membentang sejauh mata memandang.

"Kau kelihatan pucat. Apa kau baik-baik saja?" Ahmar bertanya lagi. Entah sengaja atau tidak, kali ini ia melakukannya saat Anna sedang berada cukup jauh dari mereka.

"Ak-aku baik-baik saja, in-insya Allah," suara Mariam bergetar. Dia menggigil, dan Ahmar tahu itu.

"Tapi kau menggigil, Mariam. Sebaiknya kau tak usah dulu main salju, anginnya juga kencang. Ayo kuantarkan kau ke dalam ruangan," tawar Ahmar, lebih terdengar seperti paksaan.

Selepas Hidayah [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang