Seperti apa yang sudah Kenzie katakan di UKS kemarin, bahwa hari ini ia akan Basket melawan SMA Antar Bangsa. Dan seperti apa yang Kenzie perintahkan, kini seorang gadis sudah duduk dipinggir lapangan, tepat dimana anak-anak basket berada. Hampir seluruh pasang mata yang berada di tribun bergiliran memandangi Alice secara bergantian membuatnya tak nyaman. Bukannya apa-apa, pasalnya selain ia cantik ia juga cewek sendiri yang berada disana selain anak cheerleader. Hari ini seharusnya ia juga ikut serta menjadi Cheerleader mewakili sekolahnya, tapi karena ia masih anak baru jadi belum di Izinkan turun lapangan.
Alice berdecak kesal, kalau enggak dijemput Kenzie pagi-pagi sekali tadi, Alice masih nyaman dengan kasur dan selimutnya. Oh iya, hampir saja ia lupa. Sekarang kakek dan neneknya sudah tau kalau Kenzie adalah pacarnya. Oke ditunggu saja kapan Alice mendapatkan sidang paripurna dari jendral yang berdehem hampir ribuan kali kala melihat Kenzie dan Alice bersama tadi.
Dan juga, Alice akan pastikan Baret tidak akan bisa bebas hidupnya. Tentu saja, siapa lagi yang membocorkan hubungan mereka berdua kalau bukan Baret.
"siapa nih Ken?". Salah seorang siswa Antar Bangsa menyambangi anak Santana berada.
Kenzie yang sedang berbicara dengan anak basket lainnya menoleh. Ia melirik Alice sebentar.
"Oh, adek kelas". Jawaban Kenzie membuat Alice menoleh dengan cepat. Sorot matanya meng- Elang. Bukan, bukannya ia tak trima. Tapi bukankah Kenzie sendiri yang memintanya untuk membuktikan ke semua orang kalau kini mereka berdua pacaran tapi kenapa dia sendiri begitu, awas saja, Alice ikuti permainannya.
Alice masih memandang Kenzie dengan tajam. Berbanding terbalik dengan Kenzie yang kini menaik turunkan alisnya sambil tersenyum simpul. Alice menyeringai sinis, bertepatan saat Kenzie datang menghampirinya, lalu melingkarkan handuknya berwarna putih di leher Alice.
"jangan cemberut, tambah jelek ntar". Goda Kenzie, menoyor kening Alice ringan membuat Alice tambah jengkel setengah mati.
Alice berdecak malas kala Kenzie secara terang-terangan tersenyum dan melambaikan tangannya pada para cabe-cabean di pinggir tribun yang tengah meneriaki namanya, tak peduli disitu ada Alice yang dikenal satu Santana adalah Kekasih Kenzie.
"dasar playboy cap anjing ya gini". Sumpah serapah Alice sambil melirik Kenzie.
"lo ngomong apa barusan?". Kenzie yang memang berdiri didepannya jadi mungkin sedikit mendengar gumaman Alice baru saja. Alice sendiri memilih tersenyum semanis mungkin sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"nggak kok, sana gih kelapangan udah ditungguin tuh".
Kenzie menaikan sebelah alisnya heran, kesambet apaan Alice hari ini berubah jadi lemah lembut begini?.
Pertandingan dimulai, Kenzie sebagai Center langsung merebut bola kala wasit melemparkan bola basketnya keatas, mengoper secara cepat kepada Deven. Deven sendiri mendrible nya dengan konstan, menengok ke kanan kekiri, mencari celah agar ia bisa mengoper bolanya pada siapa saja.
"Dev". Dengan gerakan cepat, Deven melemparkan bolanya pada Erick yang sudah berada dibawah ring.
Dan
Happp
Lawan terkecoh, ternyata yang mengambilnya adalah Risky, anak basket Santana bernomor punggung 12. Sesui strategi Risky mengoper bolanya pada Kenzie yang berdiri diluar lingkaran.
Kini bola sudah ada di tangan Kenzie, dengan cepat Kenzir melemparkan bolanya dan tepat.
Threepoint
"yess! ". Alicee meninju tangannya keudara, pandangannya bertemu dengan Kenzie yang baru saja membalikan badanya. Kenzi mengedipkan sebelah matanya pada Alice sambil tersenyum menggoda. Bukannya tersipu Alice justru meringis jijik.
KAMU SEDANG MEMBACA
GAME OF TEENEGERS
Teen Fiction"mau kakak apa sih sebenarnya?" "mau gue, lo jadi pacar gue". "tapi saya nggak mau jadi pacar kakak, saya nggak suka sama kakak". "lo pikir gue suka sama lo? ngarep banget lo". kalimat Kenzie berhasil membuat Alice diam, "tenang aja, gue juga nggak...