15. JADIAN?

1.8K 142 10
                                    

Alice berbaring dikamarnya, tubuhnya terbalut selimut tebal. Suhu tubuhnya cukup tinggi, entah mungkin karena efek kecapean dan telat makan gara-gara kemarin. Mengingatnya saja membuat Alice pusing. Kemarin, Kenzie menceritakan semuanya pada Baret saat Baret menjemputnya di rumah Kenzie.

Baret Emosi, tapi untung saja Kenzie bisa mengendalikannya. Dan Alice juga sudah berpesan agar kakek dan eyangnya tak akan tau menau masalah ini. Ia cuma tak ingin berbuntut panjang, biarlah dia sendiri yang menyelesaikan urusannya. Sebenarnya, Kenzie dan Baret sempat tak setuju tapi memang dasarnya Alice ini kepalanya sudah lebih keras dari batu jadi ya tidak ada yang bisa membantahnya.

Suara pintu terbuka membuat Alice refleks terduduk. Eyangnya datang dengan nampan berisi bubur, obat, serta segelas air putih.

"obat lagi eyang?". Kata Alice dengan raut wajah cemberut.  Ia memang pembeci hal-hal yang berbau medis, apalagi obat-obatan. Dia pernah hampir muntah gara-gara meminum obat maag kala itu. Dan terlebih obat Tablet.

"kamu makan, biar eyang yang ancurin obatnya". Eyangnya memang sudah paling tau. Pengganti ibunya sejak ia kecil membuat apa saja yang tidak disukai Alice, eyangnya tau semuanya.

"makannya, jangan suka telat makan. Udah tau badan sebiji semangka masih suka telat makan". Omel eyangnya. Alice tersenyum miris ditengah makan buburnya, jika saja eyangnya tau yang sebenarnya, bisa-bisa pingsan ditempat.

"kakek sama abang kemana?".

"lagi keluar, mancing katanya". Ujar eyangnya,

Alice selesai makan, Eyangnya dengan cekatan menyuapkan obat yang sudah dihancurkan ditambah dengan sedikit air. Setelah Alice meminumnya ia sedikit meringis tak suka,

"pahit, uwek". Kata Alice seraya meminum air putihnya,

"makannya jangan sakit". Kata eyangnya,

"nggak ada yang pengen sakit eyang". Kata Alice tak mau kalah,

Eyangnya hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, diusianya yang hampir berkepala 7 ini masih terlihat cantik dan awet muda. Mungkin selain karena darah Koreanya, eyangnya ini juga memang cantik dari dulu. Pantas saja kakeknya tergila-gila.

"ya sudah istirahat sana, jangan main hp terus". Titah eyangnya, Alice berdecak kesal,

"capek eyang tidur terus". Kata Alice,

"udah nurut aja, sini. Hp nya eyang sita dulu". Ujar Eyangnya mengambil ponsel Alice yang ada diatas tempat tidur.

Alice hendak protes, tapi melihat pelototan dari Eyangnya membuat dia mengurungkan niatnya. Eyangnya sudah keluar dari kamar, dan ia memilih menyandarkan punggungnya.

Tiba-tiba saja ingatannya terlempar saat dimana Kenzie tiba-tiba mencium bibirnya. Spontan dia memegang bibirnya, lalu senyum terulas dibibirnya. Saat ia tersadar ia menggeleng-gelengkan kepalanya, lalu memegang dadanya yang berdegup tak normal.

"first kiss gue, sama kak Kenzie?". Alice bermonolog sendiri, ia memegang kedua pipinya. Mungkin saja sekarang pipinya sedang merona, ia memgambil salah satu bantalnya lalu menenggelamkan wajahnya disana.

"gila, masa iya gue jatuh cinta beneran sama Kak Kenzie? Ga boleh ga boleh, gue ga boleh kalah".

Alice kembali mengingat perjanjian mereka diawal, dimana mereka berdua sama-sama menantang dengan mengorbankan perasaan mereka masing-masing. Alice mengambil kalender kecil yang berada diatas meja, sudah hampir 2 bulan mereka menjalin hubungan permainan ini, itu artinya kurang lebih 1 bulan lagi. Tidak, ia tidak boleh kalah dengan perasaannya sendiri. Ia sudah berjanji, dan bersumpah akan membuat Kenzie bertekuk lutut kepadanya.

GAME OF TEENEGERSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang