17. Hai Alice

1.4K 118 15
                                    

Alice mendengus ditengah-tengah hujan yang menerjang saat dirinya ingin pulang dari minimarket malam. Sial sekali, tidak terbesit sama sekali di otaknya untuk membawa payung, bahkan ponselpun ia lupa bawa.

Alice menaruh belanjaanya yang berisi roti jepang dan susu kotak diatas meja, lali merapatkan jaketnya yang berwarna hitam. Bukan jaketnya sih sebenarnya, ini jaket Kenzie yang dipinjamkan dirinya kala pertemuan keluarga kala itu.

Alice belum sempat mengembalikan, dan Kenzie juga tak mempermasalahkannya.

Lagi-lagi ia mendengus, berdecak kesal. Sudah jam 8 malam dan hujan belum juga reda. Alice menundukan kepalanya melihat sandal jepit berwarna pinknya yang lebih menarik dari hujan.

Sempat terbesit diotaknya untuk menerobos hujan saja, tapi mungkin itu bukan ide yang baik kalau nanti jendral tau, dan bisa berakibat dia sakit pasti Jendralnya dan Eyangnya ngomel-ngomel sepanjang hari, dengan Baret yang Mentertawakan dirinya.

Oh iya, Baret. Kenapa juga dia tidak peka kalau adik sepupu kesayangannya ini lagi butuh jemputan. Astaga, dasar tidak peka.

Alice mengangkat kepalanya saat sebuah mobil berhenti didepannya dengan sorot lampu menyilaukan membuat Alice menyipitkan matanya.

Saat seseorang turun dari mobil itu pandangan Alice membulat dengan sempurna, seketika rasanya jantungnya jatuh ke perut. Spontan dia memalingkan wajahnya agar orang itu tidak menyadari keberadaan Alice.

Alice tak bisa berharap banyak, mungkin orang itu sudah menyadari adanya Alice disana.

Tanpa pikir panjang, Alice memilih untuk menerjang hujan lebat itu tanpa peduli nanti dia akan basah atau bahkan dimarahi oleh kakek dan eyangnya.

Yang ia pikirkan sekarang hanya satu, yaitu.

Dia Kembali

***********

"Bang, kamu nanti mau kuliah apa?",. Arsen yang tengah duduk bersama dengan anak-anaknya untuk sarapan pagi bertanya pada Kenzie.

Kenzie menenggak air putih yang ada digelasnya,. "Belum tau pa",. Jawab Kenzie

"Yakin nggak mau ngelanjutin perusahaan papa?",. Tanya Arsen,.

Kenzie sempat berpikir dua kali, sebenarnya Arsen tak memaksa dirinya untuk meneruskan bisnis dari perusahaan keluarganya yang sangat besar itu. Dia sadar diri kalau dirinya adalah anak pertama, yang seharusnya tanggung jawab sebagai penerus perusahaan papanya ads ditangannya. Tapi entah kenapa bidang dan minatnya seperti tidak disitu.

"Nanti Kenzie pikir-pikir lagi ya pa",. Kata Kenzie,.

Vanila yang asik bermain ponselnya itu menceletuk,. "Kata Mama, Abang Ken mau sekolah pilot aja",.

"Wiiih, beneran Bang? Kereen tuh",. Sambar Samudra, sedangkan Benua memilih mengulas senyum sebelah.

"Masih rencana dek, belum tau",. Kata Kenzie.

Arsen mengangguk-anggukan kepalanya,. "Pilot? Boleh juga, kalau kamu mau nggak papa Ken. Papa dukung",. Kata Arsen.

Entah kenapa Kenzie sedikit tidak enak hati mendengar Arsen menduukungnya,. "Masih Kenzie pikirin ulang kok pa",. Kata Kenzie,.

Seolah mengerti dengan kegundahan anaknya Arsen tersenyum lalu menepuk bahu Kenzie,. "Nggak papa Ken, papa nggak maksain kamu jadi penerusnya papa. Kejar cita-cita kamu, apa yang kamu inginkan, tapi janji kamu harus sungguh-sungguh",. Pesan Arsen pada Kenzie,.

Kenzie tersenyum lalu mengangguk,. "Iya pa",. Kata Kenzie.

"Nggak cuma Abang Kenzie aja, kalian juga harus belajar yang rajin, jangan main-main terus",. Pesan Arsen pada anak-anaknya.

GAME OF TEENEGERSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang