Bel tanda istirahat sudah berbunyi hampir lima belas menit yang lalu, namun kantin dan Lorong tampak lenggang atau bahkan sepi. Karena..? Hampir semua Siswa di Santana, masih berkumpul di area lapangan basket, ada yang membentuk lingkaran atau berdiri memanjat dinding yang rendah di pinggir lapangan.
Di dalam pusat lingkaran itu , ada seorang pria yang tengah berlutut dihadapan seorang anak gadis yang menatapnya muak. setelah menarik perhatian dengan toa , yang digunakan menyatakan perasaannya dihadapan umum, ia membuat si gadis bertambah risih dengan berlutut dihadapannya.
Hampir seluruh siswi maupun siswa berteriak, meminta si gadis ini menerimanya, menambah kekesalan dalam diri si Gadis ini.
"terima aja lah Al, malu kalau nggak diterima. udah jadi tontonan gini masak lo tolak". Tissa. Satu-satunya sahabatnya yang kini berdiri disampingnya, berbisik ditelinga sang gadis. Mendengar kata-kata Tissa, Alice berdecih kesal.
ya salah sendirilah, nembak didepan umum, kalau nggak diterima ya tanggung sendiri lah. masak gue perlu kasihanin.
"nggak mau". Alice menjawab dengan tegas jawaban Tissa sekaligus pernyataan dari si cowok yang berlutut dihadapannya dan juga sorakan para siswa di area lapangan.
Disisi luar lingkaran, didekat ring basket terdiri tiga orang yang juga memperhatikan kerumunan itu. satu orang berdiri dipijakan tiang ring dengan melihat aksi dikerumunan itu dengan begitu antusias, seorang siswa lagi hanya melihat tanpa naik di pijakan ring, sedangkan siswa satunya lagi hanya menyandar di ring sambil sebelah tangannya bermain bola basket sambil sesekali melirik kerumunan tanpa minat.
"naik sini bego, mana keliatan kalo lo disitu". cowok yang berdiri tanpa naik pijakan ring itu mendengus.
"ngapain lo liat juga Rick, mau jadi biang lambe turahnya Santana?". tanya Deven, cowok yang dikata- Bego tadi.
"seru tau, Dev". sahutnya dengan pandangannya masih ke arah kerumunan.
"Cewek itu lagi?". kini si Cowok ring angkat bicara, telunjuknya memutar bola basket dan bertanya tanpa memandang kerumunan.
"Yaiyalah, mau siapa lagi". jawab Erick dengan lugas tak santai, Erick menggeleng-gelengkan kepalannya, "Gila ya, sadis asli itu cewek, ck ck ck".
"itu cowoknya yang bego, nggak belajar dari pengalaman sebelum-sebelumnya.". Deven bersuara, tapi tak pelak matanya ikut memperhatikan kerumunan.
Kejadian ini sudah terjadi 4 kali, dan ini yang ke-5 kali di sekolahnya, sejak gadis bernama Alice resmi menjadi siswa baru di Santana. Cewek yang katanya paling cantik diangkatannya, tapi memiliki sifat yang dikenal Angkuh dan hati yang dingin. sejak pertama kali menapakan kakinya di Santana, sudah menjadi sorotan di SMA Santana. Puncaknya saat si cewek ini tanpa kompromi menolak Amal-Ketua Osis dengan tegas setelah masa orientasi.
Ketiga cowok ini tak masalah dengan dengan kasus Amal, hanya bermodalkan tekat mereka memakluminya. Tapi kasus setelah Amal, termasuk Satria yang tengah berlutut dihadapan Alice yang juga teman sekelas Ketiga cowok itu tak belajar dari pengalaman. Bukan siswa biasa tentunya yang dengan beraninya menembak Alice, melihat sepak terjangnya yang berani menolak Ketua Osis dan juga Kapten Futsal.
"Bikin repot deh tuh cewek". si Cowok ring berjalan maju mendekati kerumunan, berdiri tepat di tengah lapangan, mendrible bola basket dengan matanya menatap ke arah ring diseberang, dimana dibawahnya tepat Alice dan Satria berada.
"Mau apa lo Ken?". teriak Erick meski tak keras tapi Kenzie masih mendengarnya, ia menyeringai tanpa menoleh pada Deven dan Erick yang memandangnya bingung.
Wuus........
Dalam waktu sepersekian detik hampi seluruh siswa dikerumunan berteriak dan segera menyingkir, melihat bola yang melesat diatas kepala masuk kedalam ring diatas mereka dan jatuh tepat dihadapan Alice dan Satria. jika di logika, Bola itu lumayan cepat karena tidak ada jaring yang melingkar disekeliling ring, sehingga bola yang dilempar Kenzie jatuh berdebum dan memantul dengan keras, membuat si Cewek Shock ditempat.
KAMU SEDANG MEMBACA
GAME OF TEENEGERS
Teen Fiction"mau kakak apa sih sebenarnya?" "mau gue, lo jadi pacar gue". "tapi saya nggak mau jadi pacar kakak, saya nggak suka sama kakak". "lo pikir gue suka sama lo? ngarep banget lo". kalimat Kenzie berhasil membuat Alice diam, "tenang aja, gue juga nggak...