Gembar gembor gemuruh terdengar begitu ramai di tribun Santana. Lagi-lagi Tim Basket Santana mengadakan Sparing Basket, kali ini musuhnya adalah SMA Negeri 5 Bogor. Sudah sejak pagi seluruh siswa maupun siswi sudah berbondong-bondong mengisi tribun berbekalkan snack atau minuman dingin. Bahkan para Korlap kelas 12 tak segan-segan turun tangan mengomando anggotanya untuk ber yel-yel bersama.
Alice sedang bercelingak-celinguk tak jelas dibawah tribun. Tepatnya dilapangan, melihat bagaimana hebohnya para pendukung antar SMA.
Setelah diculik Kenzie tadi pagi dari kelasnya yang membuat seluruh siswi menggigit jari, selebihnya ia hanya pasrah. Percuma saja ia mengoceh panjang lebar, Kenzie tak menerima penolakan.
Ia masih melihat suasana tribun yang semakin ramai. Sampai dua buah telapak tangan Kenzie memegang kedua pipinya, menyuruh Alice menoleh dengan paksa, membuat mulut Alice sedikit monyong.
Deg.....
Alice merasa jantungnya bergemuruh, perutnya terasa panas dan mendadak sesak nafas. Wajahnya dan Kenzie hanya berjarak beberapa cm saja, apalagi tatapan Kenzie yang begitu dalam seolah menusuk tepat di kedua kornea mata Alice.
"Alice, doain gue ya". Katanya
Alice seolah terhipnotis dan tanpa sadar ia mengangguk. Anggukan itu mendapatkan balasan senyum hangat dari Kenzie. Setelah Kenzie melepaskan kedua tangannya, ia berganti mengacak rambut Alice lalu melenggang ke tengah lapangan membuat Alice mengerjapkan matanya berkali-kali.
Tak tau juga, biasanya Alice akan ngamuk tapi kini ia justru salah tingkah.
Apaan nih maksudnya Kenzie? Apa ini bagian rencana lo? Sial, jantung gue.
Alice memegangi kedua pipinya yang mungkin saja bersemu merah. Melirik kiri kanan, berdoa semoga saja tak ada yang memperhatikan dirinya yang sedang salting. Bisa gawat, Alice yang terkenal berhati batu luluh di tangan seorang Kenzie Arschacheris Carvajal.
Ia memilih duduk bersamaan dengan para cadangan pemain basket. Pertandingan sebentar lagi dimulai, melihat Kenzie bersalaman dengan Kapten Basket dari SMAN 5 Bogor, tidak ada tatapan saling bermusuhan diantara mereka berdua. Karena ini adalah sparring, tanding persahabatan antar sekolah. Jadi Bagaimanapun hasilnya, mereka harus trima dengan sportif.
Peluit sudah berbunyi, Kenzie sebagai Center langsung melompat dan mengambil bolanya. Kenzie mendrible bolanya, beberapa lawan nampaknya mulai mengepung Kenzie. Dengan sigap, Kenzie berbalik mengadakan pivot dan mengopernya pada Deven.
Dengan cepat, Deven melemparkan bola basketnya ke dalam ring. Tapi sial, bolanya memantul.
Entah ini memang strategi atau bukan, Kenzie bergerak cepat, tepat saat bola memantul ia meloncat dengan tinggi dan memasukan bolanya ke dalam ring.
2 point untuk Santana.
Alice tersenyum bangga, begitu juga dengan para riuh penonton yang bersorak. Tak sedikit yang meneriaki nama Kenzie, dan mayoritas itu adalah siswi sambil membawa selembar papan nama bertuliskan KENZIE SEMANGAT atau KENZIE LOVE.
Alice menyengir geli, tak tau apa kalau disini ada pacarnya?.
Samar-samar Alice bisa mendengar beberapa siswa berbicara, yang duduknya tepat ditribun atasnya yang mungkin siswi SMAN 5 Bogor yang baru saja tiba.
"eh itu, ganteng banget kaptenya dari Santana". Kata salah seorang berkuncir satu bermodel Jinny itu. Sudah hampir diubun-ubun.
"iya, dari tadi gue juga salah fokus sama dia". Jawab seorang berjaket pink menyala.
"ganteng-ganteng pemainnya Santana, pantesan lo mau maksa ikut". Lanjut perempuan berjaket pink itu.
"iyalah, lo aja yang selalu nolak gue ajakin". Saut cewek berambut Jinny itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
GAME OF TEENEGERS
Teen Fiction"mau kakak apa sih sebenarnya?" "mau gue, lo jadi pacar gue". "tapi saya nggak mau jadi pacar kakak, saya nggak suka sama kakak". "lo pikir gue suka sama lo? ngarep banget lo". kalimat Kenzie berhasil membuat Alice diam, "tenang aja, gue juga nggak...