Alice baru saja turun dari bus sekolah yang ditumpanginya, ia berdecak kesal, mengumpati kesialannya karena Kakeknya tau tentang acara bolos membolosnya kemarin, siapa sangka ternyata kemarin saat Alice pulang dari Mall Kakeknya sudah nangkring didepan rumah. Bisa saja ia beralasan main setelah pulang sekolah, tapi mengingat jam masih sangat awal apabila main setelah pulang sekolah dengan pakian yang tidak memakai seragam, ditambah kantong plastik yang ia tenteng berisi penuh tiket-tiket kuning hasilnya bermain menghabiskan tabungannya, untung saja kemarin Tissa sudah ia antar pulang lebih dulu.
Akhirnya ya seperti ini, uang jajan dipotong, kunci mobil disita dan berakhir naik bus sekolah. Bukannya ia tidak mau naik bus sekolah, tapi ia terlalu malas berangkat pagi, mengingat bus sekolah yang datang lewat komplek rumahnya pukul 6 pagi, Gilaa. biasanya Alice jam segitu baru selesai mandi.
Alice berjalan gontai melewati parkiran, dengan sebelah tangannya memegang Ponsel berlogo buah yang sudah sedikit retak dibagian atas layarnya. Alice terkejut bukan main saat tiba-tiba ada orang yang menyambar Ponselnya dari belakang. Keterkejutannya berubah menjadi decakan kesal tatkala mengetahui siapa orang yang berani berurusan dengannya di pagi yang buruk ini.
"Kak Kenzie, ngapain sih. Balikin ngga!". Alice berusaha meraih ponselnya, tapi percuma. Tinggi badannya tertinggal jauh dibandingkan dengan tubuh Kenzie, dan lagi, dengan sedikit berjinjit Kenzie berhasil mengetikan sesuatu diponselnya. Ia kembalikan setelah ia rasa yang ia inginkan telah dia dapatkan.
"jangan telpon kecuali kangen". Alice mengambil ponselnya dengan kasar, wajahnya memberengut sebal, tapi tak pelak ia melihat Layar ponselnya.
Pacar Sayang
Cuiih, apa-apaan ini? sayang palanya peyang, sudi banget dia mau manggil begitu. Ingin rasanya ia mengetok kepala Kakak kelasnya ini, jika saja ini tidak disekolah habis dia sama Alice, dipikir Alice tak berani apa sama dia?
"perintah kedua". Kenzie mendekatkan wajahnya pada Alice, tapi Alice tak bergeming sama sekali justru menatap Kenzie tajam dengan dagu yang ia angkat tinggi-tinggi.
"tunjukin kesemua orang kalo lo pacar gue". Kenzie segera mengambil tangan Alice yang bersedekap didepan dada lalu menariknya, membuat Alice sedikit terkejut dan terhuyung kedepan, untung saja denga sigap Kenzie menangkapnya.
"nggak usah pegang-pegang,lepas". Alice berusaha melepaskan cekalan itu, memberontak tapi gagal, Kenzie begitu erat memeganya.
"lo lepas gue cium". Alice membulatkan matanya, tapi nampaknya ia tak peduli. ia terus memberontak,
"Gila, kak Kenzie lepas!".
Cup...
Alice membulatkan matanya ketika sesuatu yang hangat barusaja menyentuh pipinya, ia baru sadar akan keterkejutannya tatkala melihat Kenzie tengah menatapnya dengan wajah tanpa dosanya, berbeda dengan Alice yang menatapnya penuh permusuhan.
"ini baru permulaan, kalo lo nggak turutin perintah gue, gue bisa nglakuin hal yang lebih". Bisiknya lirih namun terdengar begitu tajam. Mimpi apa Alice semalam? pagi-pagi sudah berurusan dengan kakak kelas gila ini?
Senyum Alice terbit tatkala suatu rencana terbesit dalam otaknya, dengan penuh keyakinan akhirnya ia menggenggam tangan Kenzie dan tersenyum manis kepadanya membuat Kenzie menatapnya heran.
"Anterin aku ke kelas ya sayang".
Mereka berdua berjalan bergandengan tangan masuk kedalam Santana, bisikan-bisikan dan tatapan-tatapan aneh yang dilakukan oleh siswa maupun siswi dari Santana tak dipedulikan oleh Alice maupaun Kenzie, mereka berdua sibuk dengan pikiran masing-masing. Alice sibuk akan rencananya, Kenzie sibuk dengan pikiran. Apa rencana nih cewek?
KAMU SEDANG MEMBACA
GAME OF TEENEGERS
Teen Fiction"mau kakak apa sih sebenarnya?" "mau gue, lo jadi pacar gue". "tapi saya nggak mau jadi pacar kakak, saya nggak suka sama kakak". "lo pikir gue suka sama lo? ngarep banget lo". kalimat Kenzie berhasil membuat Alice diam, "tenang aja, gue juga nggak...