14. EKSEKUSI

1.9K 156 16
                                    

Kelas X-2 sudah nampak begitu sepi. Setelah pertandingan basket tadi memang tak ada lagi kegiatan belajar mengajar, jadi wajar saja semua siswa maupun siswi memilih pulang.

Tidak dengan Alice yang harus tertahan dulu di sekret basket, menemani yany tidak lain dan tidak bukan adalah kekasihnya Kenzie Arschacheris Carvajal. Apalagi setelah dipaksa pula dia juga harus ikut acara makan-makan anak basket.

Untuk ini, ia sudah menghubungi Tissa untuk menyusulnya nanti dirumah makan.

Sekarang ia ada didalam kelas yang sudah tak ada siapapun, memasukan beberapa alat tulis yang sempat berserakan diatas meja kedalam kotak pensilnya.

Ia nyaris terkejut setengah mati saat seseorang tiba-tiba membalikan badanya dengan paksa.

"lo, ikut gue sekarang".

*******************

"Ada badak lagi main medsos, jadi traktiran gak nih abang bos?". Errick melantunkan pantunnya dengan suka cita. Menaik turunkan alisnya, menatap dua kawannya yang kini berada didepannya menatap dirinya jengah.

Hampir belasan kali mereka mendengar Errick bertanya berulang-berulang, setelah kabar kemenangan sparring melawan SMAN 5 kemarin, Kenzie berjanji akan mentraktir seluruh anggota tim basket. Jadi wajar saja Errick begitu semangat empat lima mendengar kabar baik ini, baginya makanan adalah prioritasnya.

"lo nanya gitu lagi, gue bakar". Omel Deven.

"ck, kan gue cuma memastikan". Kata Errick,

"Kenzie nggak mungkin ingkar janji Rick". Jawab Deven,

Errick mengangguk sambil memegang dagunya. "iya juga sih ya".

"nunggu Alice dulu". Jawab Kenzie, ia mengambil ponselnya dalam saku. Hampir 30 menit ia menunggu Alice diparkiran bersama Deven dan Errick tapi tak muncul-muncul juga.

"telpon siapa lo Ken?". Tanya Errick memicing. Kenzie melirik sebentar sebelum menempelkan ponselnya ditelinga.

"ceweknya lah, pakek nanya lo". Bukan Kenzie yang menjawab, melainkan Deven.

"elah bos, takut ilang banget deh. Awas ntar jatuh cinta beneran". Ledek Errick membuat Kenzie tersedak ludahnya sendiri, sedangkan Deven menahan senyumnya sambil memalingkan wajahnya.

"perasaan gue kagak enak". Jawab Kenzie,

"lah, udah bawa-bawa perasaan nih. Beneran nih jangan-jangan". Goda Errick sekali lagi membuat Kenzie melotot

"lo bacot sekali lagi, gue suruh lo yang bayarin makan". Ancam Kenzie membuat Errick meringis dan mengangkat kedua jarinya, sedangkan Deven sudah terbahak-bahak karenanya.

Kenzie sedikit gelisah, tadi Alice hanya berpamitan mengambil tasnya dikelas, dan jarak kelasnya dengan parkiran tak terlalu jauh, jadi wajar saja Kenzie khawatir kenapa Alice lama sekali yang seharusnya bisa 5 menit kenapa ini lebih dari 30 menit.

Kenzie bergerak gelisah, Deven yang memperhatikan dari tadi merasa terganggu.

"samperin sana kalo takut Alice kenapa-napa". Putus Deven akhirnya,

Kenzie mengangguk, tapi tepat sebelum melangkahkan kakinya, notifikasi pesan masuk kedalam ponselnya.

Annabelle : Kak, sorry gue nggak bisa ikutan. Gue Ada urusan.

Melihat reaksi Kenzie, Deven memicingkan matanya., "kenapa Ken?".

"Alice nggak ikut, dia ada urusan katanya".

"Jiiaah, kenapa nggak ngomong daritadi coba. Cacing gue udah nunggu dari tadi juga". Omel Errick,

Deven menggeleng-gelengkan kepalanya, berbeda dengan Kenzie, menerawang dan berpikir seolah ada yang tidak beres disini. Entah ini, dirinya, Alice ataukah hatinya.

GAME OF TEENEGERSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang