16. HALU

1.6K 120 11
                                    

Hari ini, seorang gadis berparas cantik ini baru saja menyelesaikan ritual mandinya. Lekas ia memakai seragam sekolah dan duduk didepan cermin. Ingatannya terlempar kembali tentang pesan yang ia terima tadi malam, ia memejamkan matanya mendadak ia sedikit sesak dan tangannya bergetar, sampai ia tak sengaja menyenggol vas yang berada diatas meja.

Suara pecahan vas itu membuat baret masuk kedalam kamar Alice tanpa mengetuk pintu.,

"Kenapa kamu dek?". Tanya Baret saat mendapati Alice juga masih terkejut dengan vas yang jatuh dilantai.

Alice spontan menoleh, lalu menggeleng-gelengkan kepalanya sambil meringis., "Nggak papa, tadi nggak sengaja kesenggol pas aku sisiran"., seloroh Alice beralasan,

Baret mendengus,. "Ya udah, cepet turun nanti biar dibersihin sama bibi".,

Alice belum menjawab dan Baret lebih dulu menutup pintunya. Ia menghela nafasnya, menghilangkan rasa panik dan takutnya, bayang-bayang orang itu membuat Alice tak bisa tidur dengan nyenyak tadi malam atau bahkan berpikir jernih.

Alice memilih keluar kamarnya dengan membawa ranselnya yang berwarna coklat muda. Ia meneguk ludahnya kasar, menuruni tangga dengan langkah lunglai membuat eyangnya yang melihatnya tampak bingung.

Sambil menyusun piring diatas meja, Wanita berusia hampir berkepala 7 itu bertanya,. "Kamu kenapa Alice?"., Tanya Eyangnya khawatir,

Untuk sekedar informasi, Kakek dan Eyangnya tidak ada yang tau menau masalah Alice diculik. Hanyalah Baret yang tau dan itu Kenzie yang bercerita. Disana Kenzie berjanji akan terus menjaga Alice, dan ia juga memastikan tak akan adalagi yang kedua kalinya.

Melihat kesungguhan Kenzie, Baret percaya, tapi tak pelak ia juga tetap memantau bagaimana Alice dan apa yang terjadi.

Alice menaruh tasnya di sofa dekat ruang makan, lalu ia duduk di kursi makan,. "Nggak papa eyang, cuma lagi nggak enak badan aja"., Jawab Alice.

Eyangnya mendekat, lalu memegang dahi Alice bertepatan dengan kakeknya yang baru saja datang., "Alice sakit?"., Tanya Kakeknya saat beliau dudui di kursi makan.

"Nggak panas kok tapi"., Kata eyangnya, Alice memegang tangan eyangnya yang masih di dahi dan menyingkirkannya dengan halus.

"Alice nggak papa eyang".

Kakeknya melirik Alice sambil mengambil ayam goreng diatas meja., "Perlu diantar ke sekolah?"., Tawar kakeknya, dan Alice menggeleng singkat.

"Nggak usah kek"., tolaknya.

Kakeknya manggut-manggut., "Dijemput pacar kamu ya pasti?"., Spontan Alice berdehem, ia tak menjawab dan kakeknya mengartikan itu 'iya' sebagai jawaban.

"Besok ajakin kesini lagi, kakek mau ketemu sama pacar kamu".

Spontan Alice menoleh, lalu mendelik pada kakekya., "Alice nggak mau ya kalau kayak kemarin"., Sungut Alice mengingat bagaimana Kakeknya membawa Kenzie di posko tentara dan Alice melihat dengan mata kepalanya sendiri saat Kenzie bergulat dengan salah satu tentara disana.

"Ceileh takut amat ayang bebnya kenapa-kenapa"., Ledek Baret saat dia baru saja datang dan mendengar Alice mengatakan itu.

Spontan Alice menoleh pada Baret dan mendelik tajam., "Apasih Bang, Ngeldek mulu"., Sungutnya. Sejenak Alice melupakan masalahnya, mungkin dengan cara mengalihkan perhatiannya, itu bisa membuat dirinya lupa.

Kakeknya tertawa,. "Nggak Alice, kakek nggak ngajakin pacarmu ke posko lagi, kakek mau ajakin main catur dirumah. Abangmu nggak bisa main, kalah terus, kakek bosen menang terus".

Baret mencibir, sambil menyendok sup dan menaruhnya diatas piring. Sedangkan Alice memilih mengerucutkan mulutnya.

"Non, temannya sudah didepan"., Asisten rumah tangganya datang ke ruang makan dengan tergopoh-gopoh. Alice segera meneguk susunya.

GAME OF TEENEGERSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang