Alice merapatkan selimutnya, jam sudah menunjukan pukul 5 pagi. Teriakan seorang dari luar kamar membuatnya terpaksa bangun dari tidurnya. Sekali lagi ia menaikan selimutnya hingga menutupi kepala, tatkala seorang wanita masuk kedalam kamarnya dan menyalakan lampu kamarnya. Di balik selimut, Alice berdecak malas, hari ini ingin sekali rasanya ia membolos, melupakan segala kejadian kemarin dengan sedikit hiburan.
"Alice, bangun. Sudah pagi, ayo Subuhan dulu". Alice menurunkan selimutnya sebatas dagu, mengintip seorang wanita berusia 60 tahun tengah menyibak tirai jendela kamarnya. Alice beringsut turun dari tempat tidurnya, segera masuk ke kamar mandi dan mengambil Wudhu, lalu melakukan kewajibannya.
Alice membuka pintunya sedikit, mengintip suasana rumahnya yang kelihatan sepi. Senyum smirk tercetak dibibir mungil-nya, dengan gontai ia turun kelantai satu, mendapati neneknya yang tengah sibuk menata sarapan dimeja makan dengan Mbak Mi, Asisten rumah tangganya.
"loh, Al. kok masih pakek baju tidur? nggak sekolah?". Alice tersenyum masam, lalu tak lama kemudia ia cengengesan membuat neneknya bingung.
"Kakek nggak ada kan Eyang?".
"Kakek sudah berangkat ke Barak". Devil dalam dirinya tengah ber euforia mendengar kakeknya sudah berada dibarak.
"sampek kapan Eyang?"
"ya kayak biasanya, besok baru pulang. kenapa sih?" tanya neneknya semakin bingung dengan perilaku cucunya yang tidak seperti biasanya.
"Eyang, hari ini Alice bolos ya?". Ah... nampaknya Eyangnya mulai mengerti kenapa cucunya dari tadi menanyakan dimana kakeknya. mana berani dia kalau ada kakeknya berterus terang seperti ini?. jelas saja, kakeknya sangat disiplin dan taat aturan, Mengingat didikan seorang Tentara bukan main-main.
"jadi ini alasan kamu nanya-nanya? Eyang nggak kasih Izin". Alice mengerucutkan bibirnya, ia tak akan menyerah semudah itu.
"satu kali ini aja Eyang, pliss ya Eyang?".
"sekali enggak tetep enggak". Alice berdecak,
"Eyang nggak asik ah..".
Eyangnya yang semula berdiri kini duduk tepat dihadapan Alice yang kini tengah memasang wajah kusut.
"memangnya kamu ngapain bolos segala? mau nyobain jadi anak berandalan ya?".
Alice membulatkan matanya mendengar kalimat itu keluar dari mulut neneknya. "Astaghfirullah, enggak eyang. Alice nggak kayak gitu tau, Ayolah Eyang". Kalau sudah memohon dengan mata membulat sempurna dengan binaran bening itu membuat Eyangnya mau tak mau luluh.
Eyangnya nampak menggeleng-gelengkan kepalanya,
"ya udah, iya".
"YEEEEE....... makasih Eyang, terbaik". Alice bersorak senang, memeluk Eyangnya dengan erat.
"ingat cuma satu hari ini aja". peringat Eyangnya pada Alice,
"Siap eyang, jangan bilang kakek ya Eyang".
Nampaknya Alice sangat senang hari ini, lihatlah saja. Tanpa niat ingin mandi, dia lebih memilih bermain ponsel dikamarnya. Ketukan pintu kamarnya mengalihkan perhatiannya, ia menengok lalu tersenyum lebar mendapati sahabat satu-satunya sudah berdiri dan menatap dirinya penuh tanda tanya.
"lo nggak masuk Al?". Tissa menyelonong tanpa meminta izin sang pemilik kamar,
"lo sendiri ngapain disini? udah mau jam 7 nih".
Tissa beringsut malas, ia ikut merebahkan tubuhnya disamping Alice. "gue lewat rumahlo, mobil lo masih dirumah. ya udah gue kesini, nggak takut dimarahin kakek lo apa?".
KAMU SEDANG MEMBACA
GAME OF TEENEGERS
Roman pour Adolescents"mau kakak apa sih sebenarnya?" "mau gue, lo jadi pacar gue". "tapi saya nggak mau jadi pacar kakak, saya nggak suka sama kakak". "lo pikir gue suka sama lo? ngarep banget lo". kalimat Kenzie berhasil membuat Alice diam, "tenang aja, gue juga nggak...