part 10

37.1K 929 6
                                    

Dira bangun dari tidurnya dan langsung duduk di atas kasur setengah mengantuk. ia melihat jam sudah jam 11 malam.

Apa El sudah pulang. Pikirnya. tapi ranjang di sebelah nya masih kosong.

Dira menyibakkan selimut dan turun dari ranjang. ia menyepol rambutnya asal dan turun ke lantai bawah dengan sedikit kesusahaan. kandungan nya sudah memasuki bulan delapan dan ia sudah mulai engap saat berjalan jauh. dari kamar ke lantai bawah biasanya membutuh waktu lima menit, tapi karena ia berjalan pelan-pelan lima menit itu terasa menjadi lima belas menit.

Dira membuka pintu ruang kerja rafael di lantai bawah, tapi ia tidak menemukan sipapun di sana. dira menutup kembali ruang kerja rafael dan berjalan ke ruang tengah.

"Kemana dia. Apa belum pulang?? "Gumam dira mengerutkan keningnya, kemudian ia duduk di sofa ruang tengah.

Dira menyalakan tv dan mengabaikan jam yang tiap detik tiap menit semakin mendekati jam tengah malam. ia duduk dengan gelisah memikirkan kemana perginya rafael.

"Apa El pergi ke club lagi. atau jangan-jangan El selingkuh.." Gumam dira lirih dan meneteskan airmatanya.

Rafael selalu pulang malam akhir-akhir ini. bahkan rafael selalu berangkat pagi-pagi sekali tanpa membangunkan nya terlebih dahulu . tidak seperti dulu yang selalu menunggunya untuk bangun tidur baru dia akan berangkat ke kantor.

Tapi sekarang rafael berbeda, pergi pagi, pulang tidak tahu kapan. Dan selalu seperti itu setiap hari akhir-akhir ini. pulang malam saat ia sudah tidur dan berangkat pagi sekali saat ia belum bangun. apa rafael sengaja menghindarinya.

Apa rafael sudah bosan padanya karena dira jelek dengan tubuh mengembang seperti sekarang. apa rafael mendapatkan perempuan yang lebih cantik dan sexy dari dia sekarang.

Dira terisak kencang dan menutup kedua matanya. ia mematikan tv dan berjalan ke kamar tamu dengan menghapus air matanya yang masih mengalir.  ia akan tidur si sana malam ini.

Jika El benar sudah mendapatkan perempuan lain. maka dira akan kembali saja ke amerika dan tidak akan pernah lagi menemui rafael hingga anaknya lahir.

Dira menutup pintu kamar tamu dengan kencang dan juga menguncinya dari dalam . dira menutup seluruh tubuh nya dengan selimut dan kembali memikirkan rafael yang mungkin tidak akan pulang malam ini. ia terisak tertahan dengan tubuh yang bergetar.

------------------------------

Rafael turun dari mobil dan langsung masuk kedalam rumah. lagi-lagi ia pulang saat pagi hampir menjelang. tubuhnya bahkan terasa hancur semua karena ia begadang setiap malam tanpa nonstop.

Ia membuka pintu kamar dan mengerutkan keningnya melihat lampu kamar yang menyala dan tak mendapati dira tidur di atas kasurnya.

"Dira..." Panggilnya setelah melepaskan jas dan menaruh tas laptop nya di atas meja. ia membuka pintu kamar mandi.

"Dira...." Panggil nya sekali lagi sedikit lebih keras karena kamar mandi kosong. ia membuka pintu tempat terhubungnya kamar bayi mereka tapi tetap kosong ia berjalan cepat ke arah ruangan lemari tempat pakaian. kosong juga.

Rafael mengambil ponselnya di saku celana nya dan menghubungi nomer ponsel dira. tapi ponsel dira berbunyi di dalam kamar dan ada di nakas samping tempat tidur. rafael mematikan sambungan nya dan kembali menghubungi seseorang.

"Jas. Di mana istri saya... Apa dia keluar rumah?" Tanya nya langsung tidak sabaran.

"......"

"Dia tidak ada didalam kamar. Cari dia di seluruh penjuru rumah. jika istri saya sampai tidak ada di dalam rumah. kamu tanggung sendiri akibatnya." Bentak nya pada anak buah nya di seberang telepon.

".....".

Rafael mematikan sambungan nya dan membuang ponsel nya ke atas kasur. Ia menghela nafas nya kasar dan memijat keningnya yang terasa pusing.

Tok...tok...tok....

Rafael berjalan cepat untuk membuka pintu kamar .

"Maaf Sir. Nyonya berada di kamar tamu di lantai bawah. "

Rafael mengerutkan keningnya. tapi kemudian ia menganggukan kepalanya ."Thanks jas. kamu bisa kembali berjaga di depan."

"Baik sir."

Rafael menuruni tangga dan berjalan dengan cepat ke kamar tamu. ia langsung membuka pintu kamar tamu, tapi ia mengerutkan keningnya semakin dalam saat pintu kamar terkunci dari dalam.

Untuk apa dira mengunci pintunya dari dalam.

"Dira...Buka pintunya...?" Ucap Rafael mengetuk pintu.

"Ra..Aku tahu kamu di dalam dan belum tidur. buka pintunya Ra...?" Ucap rafael sedikit lebih keras dan mengetuk pintu tidak sabaran.

Dira memeluk lututnya sendiri dalam diam. Ia memejamkan matanya sebentar dan memandang langit malam dalam diam.

Rafael memejamkan matanya lelah dan menghela nafasnya kasar. "Ra. Apa aku salah sesuatu sama kamu.! jika aku melakukan kesalahan . tolong katakan padaku. ! aku tidak mengerti dengan kamu sekarang. buka pintunya dira.."

Dira bangun dari duduknya dan berjalan ke arah ranjang. ia tidur di atas kasur dan menenggelamkan dirinya di dalam selimut. dira memejamkan matanya dan membiarkan kegelapan menghampirinya untuk melupakan rasa gundah dan rasa sakit di dalam hatinya.

Rafael terdiam di depan pintu kamar tamu dengan menggusar rambutnya kebelakang. ia menggelengkan kepalanya dan berjalan ke arah ruang tamu kemudian duduk di atas sofa selonjoran dan menyandarkan tubuhnya disana.

"Maaf tuan saya mengganggu anda..?"

Rafael membuka matanya dan melihat pembantunya berdiri di sampingnya.

"Kenapa bik..!" Tanya nya setelah menegakkan tubuhnya kembali.

"Anu tuan. Nyonya sebelum masuk kedalam kamar tamu saya melihat nyonya menangis di sini tuan. sudah tiga hari ini nyonya juga sering menangis dan jarang makan siang dan makan malam karena menunggu anda pulang. mungkin nyonya ada sedikit salah paham sama tuan. maklum perempuan hamil sangat sensitiv tuan."

Rafael tertegun. ia tidak terpikirkan sampai sejauh itu. apa dira mengganggap dirinya sudah tidak peduli lagi pada istrinya itu.

"Terimakasih bik. bibik bisa kembali istirahat.!"

"Baik tuan. saya permisi " Rafael mengangguk.

Rafael bangun dari duduknya dan berjalan ke arah lemari di bawah tangga. ia mengambil kunci cadangan kamar tamu di sana dan mengambil nya kemudian kembali berjalan ke kamar tamu dan memasukan kunci itu.

Rafael membuka pintu kamar tamu pelan-pelan dan menutup kembali pintu kamar saat ia sudah berada di dalam. ia berjalan mendekati ranjang dan naik ke atas kasur setelah melepaskan kemeja dan sepatunya.

"Maafkan aku Ra.. Aku bukan nya tidak peduli padamu. tapi aku melakukan ini untuk secepatnya bisa mengambil seseorang untuk menggantikan ku di perusahaan. supaya kita bisa menjaga anak kita bersama. maaf. jika secara tidak langsung dan sengaja aku malah menyakitimu.."

Rafael memeluk tubuh dira dan mencium kening nya lembut . kemudian ia mengelus perut buncit istrinya dan mencium nya lembut juga di sana. "Maaf kan papah nak. papah sayang kamu dan ibumu." bisiknya pelan di samping perut buncit dira dan mengelusnya sebentar.

Rafael merebahkan kembali tubuhnya di atas kasur dan memeluk tubuh dira dari belakang. "Maafkan aku dira...".





**************






enibahri
30-10-19.

KEKASIH KAKAKKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang