Dila termenung di hadapan pintu kamar apartemen yang bertuliskan nomer 2828 dengan pintu yang begitu sangat mewah yang juga menandakan bahwa si sang pemilik apartemen itu bukan orang kaya biasa. Ia meremas kedua tangan nya yang sudah begitu dingin dengan begitu erat.
"Untuk apa sebenarnya aku datang kesini." Gumam dila pada dirinya sendiri.
Ia menatap pintu itu dengan gelisah dan memutar tubuhnya sehingga memunggunggi bukan lagi menghadapi pintu itu.
"Tidak. Lebih baik aku pulang saja." Bisik dila menggelenggkan kepalanya kuat dan melangkah kan satu kakinya untuk maju kedepan. Tapi ia langsung berhenti di tempatnya dan malah memutar kembali tubuhnya sehingga ia berdiri lagi di hadapan pintu seseorang yang malam ini telah membuat ia uring-uringan sendiri di dalam kamarnya.
Tapi demi tuhan. Ini sudah jam satu malam.
Dila mengigit bibirnya gelisah dan melayangkan satu tangan nya dengan sangat perlahan untuk memencet bell di samping pintu, tapi lagi-lagi ia menggelenggkan kepalanya kuat dan kembali lagi memutar tubuhnya sehingga membelakangi pintu besar itu lagi untuk yang kesekian kalinya dari satu jam yang lalu.
Dila meremas tas jinjing yang ia bawa dengan begitu erat dan memekik terkejut saat mendengar suara pintu yang terbuka dengan sangat kasar di belakang tubuhnya.
"DAVIN........" teriak dila kencang saat davin menggendong tubuhnya dengan paksa dan membawanya masuk kedalam apartemen pria itu.
Dila memukul punggung davin dengan kepalan tangan nya yang kecil dan menjambak rambut davin dengan sangat keras supaya davin menurunkan tubuhnya saat ini juga. Tapi seperti nya davin tidak terpengaruh sedikitpun dengan pukulan dan jambakan dila di tubuhnya yang bahkan tidak ia rasakan sama sekali sakitnya.
Davin gemas sendiri melihat tingkah dila yang sudah satu jam yang lalu berdiam diri dengan mondar mandir di hadapan pintu apartemennya dengan gelisah. Dari cctv yang ada di depan pintu apartemennya, davin bisa sangat leluasa melihat gerak gerik dila yang begitu komplikasi tidak karuan nya malam ini.
Awalnya ia pikir dila tidak akan datang dan akan tetap mengabaikan dirinya meskipun ia sudah mengancam perempuan itu ia akan pergi jauh meninggalkan dia jika dila tidak datang malam ini ke sini. Padahal itu hanya gertakan ayam, tapi tidak tau nya, dila malah benar-benar datang kemari.
Meskipun ia juga menunggu dengan gelisah kedatangan dila kemari.
"Davin lepasss....." teriak dila menyikut keras dada davin dengan sikunya yang berada tepat di sana.
Davin jelas saja langsung menurunkan tubuh dila di tengah-tengah tangga menuju kamarnya karna ia merasakan rasa nyeri di ulu hatinya saat dila menyikut dadanya barusan. Ia menatap dila tajam dengan alis menyatu dan menggosok-gosok dadanya dengan keras.
"Kalo aku mati karena sikutan kamu barusan bagimana? Kamu akan menjadi janda muda, bahkan sebelum kita menikah dila!" Seru davin kesal. Ia masih mengusap-usap dadanya karena masih perih.
Dila melebarkan kedua matanya mendengar ucapan davin barusan.
"Apa kamu bilang?" Sentak dila menggeram dan menatap sinis pada davin.
Davin berdecak ck menatap dila yang masih saja sok sinis padanya. Padahal perempuan itu jelas-jelas saja sangat takut akan kehilangan dirinya.
"Masih berpura-pura!" Tanya davin malas. Kemudian ia mengibaskan tangan nya saat dila akan menjawab pertanyaannya dengan garang.
''Sudahlah. Ikuti saja aku sekarang." Ucap davin mengabaikan tatapan tajam dari dila. Ia berjalan dahulu menaiki tangga menuju kamarnya.
Meskipun tatapan mata dila masih sangat tajam. Tapi saat melihat davin yang berjalan menuju kamar itu, dila jadi benar-benar gelisah dan gamang.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEKASIH KAKAKKU
Romance(21+) Dira tidak pernah menyangka dalam hidupnya akan terlibat dalam hubungan rumit bersama kekasih dari kakak kandungnya sendiri, hanya karena dirinya ingin kakaknya sembuh dari depresi akutnya, dira harus menyerahkan kesuciannya kepada rafael Keka...