Part 22

33.7K 992 147
                                    

Jam sudah menunjukan pukul 01.35 WIB saat jason datang dengan kecepatan tinggi membawa mobilnya. Jonathan yang duduk di samping jason pun langsung keluar dari dalam mobil dan langsung membukakan pintu penumpang untuk bossnya dengan cepat.

Rafael yang memang sudah menunggu di basement perusahaan, langsung masuk kedalam mobil dengan dira yang berada di dalam gendongannya.

"Kerumah sakit sekarang jas." Sentak rafael keras setelah ia duduk di dalam mobil.

Dira yang menahan rasa sakit di perutnya mengelus dada rafael dengan lembut.

"Jangan membentak jason el, kebiasaan kamu kalo sedang kalut selalu memarahi orang lain yang tidak bersalah. Tenang saja, aku tidak apa-apa el." Ucap dira serak.

Ia tersenyum manis meskipun dengan ringisan tertahan dari bibirnya saat tangan rafael yang tidak pernah berhenti mengerakan tangannya diatas perutnya yang kian mengeras. Rafael begitu lembut mengelus-eluskan tangan nya di sana.

"Bagaimana mungkin aku bisa tenang saat Ketuban kamu sudah pecah sayang." Erang rafael begitu frustasi.

Dira mengulum senyum tipis sembari tetap mengelus jambang rafael. "Aku baik-baik saja el. Percayalah.!"

Rafael menghela nafas kasar kemudian menatap dira dengan pandangan hawatir. Ia menaruh kepala dira di dadanya."Aku tidak bisa melihat kamu kesakitan sayang. Maafkan aku." Gumam rafael lirih di atas pucuk kepala dira. "Kamu harus baik-baik saja." Lanjut rafael memaksa seperti anak kecil. Jika dira sedang tidak dalam kondisi mulas karena kontraksi, mungkin ia akan terbahak dengan begitu kencang.

Kemana perginya rafael datar dan juga sombong. Berbeda sekali dengan rafael yang sudah menjadi suaminya saat ini. Batin dira menggeleng dengan gemas di dalam hatinya.

Dira mengangguk sembari tersenyum dengan lembut. Ia sedikit menahan nafas nya karna pergerakan anaknya yang kian menguat. "Tentu saja el, aku akan baik-baik saja demi kalian."

Rafael mengangguk singkat dan terlihat begitu cemas lagi saat dira kembali meringis dengan setengah berteriak.

----------------------------

Rina langsung menutup pintu kamarnya  dengan kencang dan setengah berlari menuju pintu luar. Ia barusan saja mendapatkan panggilan dari rafael yang mengatakan bahwa dira sudah berada di rumah sakit dan sudah siap untuk melahirkan hari ini juga. Di jadwalkan persalinan dira akan di lakukan jam lima pagi nanti. Jadi rina harus buru-buru segera sampai ke rumah sakit dengan cepat.

"Mah...?"

Tangan yang siap membuka pintu luar langsung terhenti di udara saat rina mendengar seruan anaknya dila dari arah belakang tubuhnya.

Kapan dila pulang? Bukan nya tadi sore anaknya itu bilang mau menginap di rumah temennya. Kenapa ia sampai tidak tahu kalo dila sudah pulang. Astaga. Pah, coba kamu pulang saat ini juga. Erang rina frustasi di dalam kepalanya.

"Mamah mau kemana? Kenapa buru-buru!" Tanya dila memincingkan kedua matanya dengan terang-terangan kepada punggung mamahnya dengan tajam.

Rina menelan ludahnya dengan gugup. Ia membalikan badannya dan tersenyum dengan lembut menatap dila.

"Tadi mamah ada kabar dari temen mamah. Katanya anak nya baru saja melahirkan sayang. Jadi mamah mau menjenguknya ke rumah sakit sekarang."

Dila terdiam sebentar menatap dengan intens kepada mamahnya. Setelah beberapa saat, akhirnya dila pun menganggukan kepalanya dengan datar.

Rina pun bernafas dengan lega.

"Kalo begitu mamah pergi dulu ya sayang. Kamu hati-hati dirumah sendiri." Setelah mendapatkan anggukan kecil lagi dari dila. Rina langsung berjalan cepat keluar dari rumahnya dan masuk kedalam mobil dengan segera.

Satu hal yang rina lupakan. Bahwa ini masih pagi buta, jauh dari kata jam layak untuk berkunjung ke rumah sakit kecuali dari keluarga nya sendiri. Bahkan jam baru menunjukan angka 03.55 jika ibunya memang benar akan menjenguk anak dari teman nya itu.

Dila terdiam dengan tangan yang terkepal dengan keras. Matanya sudah memanas saat melihat ibunya yang sudah pergi meninggalkan rumah dengan mobilnya begitu terburu-buru.

"Mau sampai kapan kalian membohongiku." Desis dila tajam tapi terdengar sangat lirih menyayat hati.

Setitik air mata lolos begitu saja dari pelupuk matanya. Bahkan Tidak membutuhkan waktu lama sekalipun setitik air mata itu kini malah sudah mengalir begitu deras dari matanya.

"Kenapa! Kenapa kalian membohongiku."






************************

Maaf pendek yee....

Kelamaan nggk aku up nya.






Enibahri
11-12-19

KEKASIH KAKAKKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang