16

10.9K 721 4
                                    

***
Aku akan melepasnya walaupun itu sebuah keindahan
Jika akhirnya itu akan menjadi luka
Sebaliknya... aku akan mempertahankan
Sesuatu yang menyakitkan
Jika akhirnya itu akan menjadi bahagia
~Ryu~

Sekarang Arthur dan Vanisha sudah berada di dalam ruangan Arsen. Mereka bertiga kini sedang menunggu Arsen yang masih belum kembali ke ruangannya karena harus mengecek pasien-pasiennya terlebih dahulu.

Ceklek...

“Kalian sudah menunggu lama?”.

“Mmmm... tidak”. Jawab Vanisha

“Apa kita akan melakukannya sekarang kak?”. Tanya Arthur

“Tentu jika Vanisha sudah siap”.
Sementara itu Vanisha mengangguk yakin, dia sudah mengumpulkan tekadnya.

“Kamu bisa menunggu di luar Thur”. Pintah Arsen yang di jawab anggukan oleh Arthur

“Aku menunggu di luar sayang”. Arthur mengecup kening Vanisha lembut sebelum melenggang pergi keluar dari ruangan Arthur

“Baiklah baby... sekarang ceritakan padaku apa yang terjadi di masalalu sampai menjadikanmu seperti sekarang”.

Vanisha mengambil nafas dan menghembuskannya perlahan dan mulai menceritakan masa lalunya

“Dasar perempuan rendahan!, belum cukupkah kamu menyakitiku selama ini hah?!”. Teriak seorang lelaki berperawakan tegap dan tampan di depan seorang wanita yang kini sedang berlutut di kakinya

“Maaf mas... aku minta maaf, aku salah. Sekarang aku menyesal melakukan semuanya”. Mohon wanita itu sambil terus memeluk kaki suaminya

“Aku sudah memberi kesempatan dan memaafkanmu Vania, bahkan aku menerima dan menyayangi Vanisha seperti putriku sendiri, aku sudah melupakan semuanya tapi sekarang kamu melakukan menjijikan seperti ini lagi VANIA... KAMU PIKIR KAMU SIAPA?!”. Murka lelaki itu yang tidak alin dan tidak bukan adalah ayah Vanisha Bima

“Mas maafin aku mas, aku akan lakuin apapun yang kamu mau”. Lirih Vania

“Kamu sudah sangat keterlaluan!, aku tidak ingin melihatmu lagi!”. Sarkas Bima sambil mendorong Vania hingga terjembab ke belakang

Setelah itu Bima pergi meninggalkan rumah dan tidak pulang selama 1 minggu.

Dan tanpa mereka sadari bahwa seorang gadis kecil berumur 10 tahun menyaksikan adegan yang tidak seharusnya dia lihat. Gadis itu Vanisha. Dia berlari menghampiri snag ibu yang tengah terisak pedih melihat kepergian sang suami.

“Mamah ngga papa kan mah? Mah ayah ko jahat sama mamah hiks”. Isak Vanisha kecil

“Ayah ngga jahat ko sayang, ayah sedang banyak masalah di kantor. Udah ah sekarang kita makan aja yu”. Ajak Vania pada buah hatinya
Vanisha mengangguk nurut

Sejak kejadian itu Bima menjadi berubah begitu dingin dan kejam kepada semua orang di sekitarnya, terutama kepada istri dan anaknya. Dulu saat pulang kerja Bima selalu  membawa Vanisha ke dalam gendongannya dan mengecup kening Vania lembut seolah menggambarkan mereka adalah keluarga yang bahagia.

Tapi sekarang hanya ada tatapan kebencian, amarrah dan makian yang Vania dan anaknya terima. Tidak ada lagi Bima yang sayang dan hangat kepada keluarga. Sikap hangatnya hilang tak berbekas bagai di telan bumi.

Teriakan, umpatan, serta makian menjadi siksan yang setiap hari Vania terima begitu juga dengan si kecil Vanisha yang tidak tahu apapun selama bertahun-tahun. Vania tidak tahan lagi dengan kehidupannya sekarang. Rasa bersalah yang terus berkoar dan juga perlakuan Bima padanya membuatnya depresi dan memutuskan untuh bunuh diri. Dia tidak memikirkan bagaimana nasib gadis kecil yang selalu memanggilnya dengan sebutan “mamah” itu sendirian di dunia yang kejam ini.

“Kau bisa menghentikannya jika itu terlalu menyakitkan baby girl”.

Pintah Arsen sembari memberikan sapu tangannya untuk menyeka air mata Vanisha

“Tidak kak, aku baik-baik saja”. Yakin Vanisha

“Jika itu menyakiti hatimu hentikan okey?”.

Vanisha pun mengangguk dan melanjutkan ceritanya.

Saat itu gadis cantik yang kini genap berusia 12 tahun hanya mampu memandang gundukan tanah yang masih terlihat basah. Air matanya terus meluruh tanpa henti seolah tengah membantu Vanisha untuk membasuh luka-lukanya yang semakin hari semakin menyiksa diri.

Sekarang dia hanya sendirian di dunia ini. Sudah tidak ada lagi wanita yang selalu memberinya cinta dan kasih sayang tulus yang selalu ia panggil “mamah”. Ayahnya? Vanisha tidak tahu mengapa lelaki itu berubah menjadi begitu kejam kepada Vanisha apalagi pada mendiang mamahnya. Bahkan saat mamahnya meninggal Bima tetap bersikap datar nan dingin seolah tidak merasa kehilangan sama sekali dengan kematian Vania sang mamah.

Satu persatu orang pergi meninggalkan makam Vania. Namun tidak dengan dengan Vanisha, dia hanya terduduk disamping makam sang ibu dengan tatapan kosong dan nanar. Hingga body guard dari ayahnya Bima menggendong paksa Vanisha untuk pulang.

Setelah kepergian ibunya, Vanisha tidak menyentuh makanan sama sekali. Dan itu semua membuat Bima murka apa lagi Vanisha terus menerus menangis memanggil wanita yang telah membuatnya berubah. Bima menyalurkan amarahnya dengan membakar foto-foto mendiang istrinya yang membuat Vanisha menangis histeris, namun itu semua tidak mampu menghentikan perbuatan Bima.

Vanisha sudah tidak sanggup lagi menerima perlakuan kasar dari ayahnya. Bertahun-tahun dia memendam rasa benci, amarah, dan dendam mendalam yang tidak pernah bisa ia keluarkan. Dan itu semua sangat menyyesakkan.

“Mah... Vanisha ngga kuat, Vanisha mau ikut mamah”. Lirih Vanisha

Dan...

Crassss......

Darah mulai mengalir mengubah warnah gaun tidur putih terbuat dari sutra gadis cantik itu menjadi merah darah. Rasa sakit dipergelangan tangan yang ia sayat menjamah setiap luka-luka lama Vanisha, menggerogoti dan menghilangkan kesadaran Vanisha perlahan-lahan. Dan saat mata Vanisha terpejam sempurna samar-samar Vanisha mendengar Bima sang ayah meneriakan namanya, dan ia merasa tubuhnya melayang seperti ada seseorang yang menggendongnya.
Dan saat Vanisha terbangun.......

“Arrggghhh.....”. Vanisha menggerma tertahan merasakan sesak dan sakit yang teramat dalam yang menyerang tubuhnya

“Vanisha...hey baby kau tak apa?”.

Arsen segera berjongkok di depan Vanisha untuk melihat keadaan Vanisha

“Sakittt”. Lirih Vanisha dan selanjutnya kehilang kesadaranya

“Van... hey bangun, bukankah sudah ku bilang jika ini menyakitimu lebih baik hentikan oh ya tuhan”. Arsen merasa bersalah

Melihat Vanisha yang tak sadarkan diri Arsen berdiri dan akan beranjak keluar untuk menemui Arthur di luar.
Namun sesuatu menahan lengan Arsen.

“Kau belum selesai mendengar ceritaku...”

***
Iya cerita author belum selesai.

The Dark Side(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang