***
Entah aku harus mengatakan
Selamat tinggal
Atau sampai jumpa lagi
Yang jelas sekarang aku harus pergi
Entah itu sementara, atau selamanya
~Ryu~
Sekarang Varasha tengah melajukan mobilnya menuju ke suatu tempat yang biasa ia kunjungi jika sedang lelah. Disinilah Varasha sekarang di atas atap bangunan kosong bekas pusat perbelanjaan yang sudah tak terpakai. Varasha menatap sinar jingga yang sayup-sayup mulai meredup yang biasa orang sebut senja.
Varasha mendudukan dirinya di tepi atap bangunan dengan kakinya yang menjulang kebawah dan menggantung indah. Varasha memejamkan matanya membiarkan angin sore membelai lembut helaian rambutnya. Varasha hanya ingin menikmati hari terakhirnya berada pada tubuh Vanisha hingga sebuah suara memaksanya berhenti untuk menikmati sisa waktunya.
“Varasha”. Panggilnya
“Apa yang kau lakukan disini? Dan dari mana kau tahu aku ada disini?”. Tanya Varasha kaget dan bingung bagaimana bisa Arthur tahu keberadaanya
“Itu tidak penting, yang terpenting sekarang aku belum terlambat untuk menemuimu”. Lirih Arthur dan berjalan mendekati Varasha
“Jangan mendekat! Berhenti disitu!”. Sergah Varasha
Arthur terkejut dengan ucapan Varasha, namun Arthur tetap melangkah mendekati Varasha melihat iris mata Varasha yang sudah kembali normal membuktikan bahwa Varasha sudah tidak dalam mode iblisnya.
“Jangan mendekatiku lagi, sudah cukup kau menyakitiku Arthur, walaupun aku mencintaimu kau tak berhak menyakitiku lebih jauh”. Kini tatapan Varasha berubah nanar
“Aku tidak ingin menyakitimu percayalah, aku ingin meminta maaf untuk semua yang sudah aku lakukan padamu”. Arthur berlutut di hadapan Varasha
“Bisakah kau membiarkanku menikmati sisa-sisa waktuku?”. Lirih Varasha
“Ngga akan!!! Aku ngga akan pernah membiarkanmu pergi kemana-mana Varasha, aku akan mewujudkan semua keinginanmu, aku akan memperlakukanmu seperti aku memperlakukan Vanisha aku mohon, lihat sekarang aku berbicara padamu sama seperti saat aku berbicara dengan Vanisha”. Arthur menggenggam tangan Varasha lembut
“Tidak, walaupun kau merubah cara bicara dan perlakuanmu padaku itu tidak akan pernah merubah apapun, jangan menempatkanku diposisi yang sulit seperti ini”. Sebulir kristal bening meluruh dari mata indah Varasha
“Ngga, kamu bilang kamu mencintaiku? Kamu bohong! Kalo kamu benar-benar cinta sama aku kamu ngga akan pergi ninggalin aku”.
“Aku mencintaimu dengan caraku sendiri Arthur, cara mencintaiku dengan Vanisha berbeda. Vanisha mencintaimu dengan cara selalu di sampingmu, tapi aku mencintaimu dengan cara harus pergi darimu”.
"Apa yang membuatmu tetap ingin pergi seperti ini hah?". Arthur frustasi melihat Varasha yang keras kepala
"Bukankah ini yang kau inginkan? Aku pergi secepatnya dari dunia ini? Sekarang aku mewujudkannya, lalu mengapa sekarang kau melarangku pergi saat aku sudah memantapkan tekadku? Aku sudah lelah dengan kejamnya dunia ini". Tetesan kristal bening Varasha kini berubah deras mengalir lembut di pipi Varasha
"Maaf... ". Arthur menarik tubuh Varisha kedalam pelukannya
Sementara Varasha kini tengah meraung menangisi kisah hidupnya yang penuh dengan rasa sakit tanpa ada sedikitpun kebahagiaan.
"Kenapa takdir ini sekejam ini padaku hiks... Jiwaku yang berada pada tubuh orang lain hiks... Alasan aku ada yang hanya hiks...untum menerima rasa sakit dan kebencian hiks... Dan sekarang seseorang yang kucintaipun tak pernah menginginkanku ada di dunia ini Hiks... Hiks... Hiks...".
Sementara Arthur yang mendengar tangis pilu Varasha yang sangat menyayat hatinya itu mempererat pelukannya pada gadis yang terlihat keras dan mengerikan, namun sebenarnya sangat rapuh dan rentan. Arthur merutuki semua yang telah ia lakukan pada Varasha.
"Arthur apa permintaanku sangat sulit? Aku hanya ingin sebuah kebahagiaan dan cinta di dalam hidupku walaupun itu yang terakhir untukku". Gadis itu tersenyum kecut dengan air mata yang semakin deras mengalir di pipinya
"Aku akan memberikannya, aku akan memberi cinta dan kebahagiaan asalkan kau tidak pergi dan tetap disisiku bersana Vanisha selamanya". Arthur menangkup lembut wajah Varasha dan menatap manik Varasha serius yang membuat hati Varasha bertambah sesak
Varasha mengulurkan tangannya untuk mengusap rahang kokoh Arthur lembut.
"Aku harus pergi, tempatku bukan disini. Aku harus meninggalkanmu agar kau bisa memulai hidup yang baru. Kau tak mungkin mau hidup bersama gadis separuh monster sepertiku".
Arthur meneteskan air matanya mendengar pernyataan bahwa Varasha akan tetap pergi meninggalkannya. Arthur menangis dalam diam, tidak ada lagi yang bisa Arthur lakukan. Ini semua sudah keputusan Varasha yang mau tidak mau harus Arthur terima.
"Arthur kau bilang ingin mewujudkan keinginku kan?". Tanya Varasha sambil tersenyum lembut lalu mengusap air matanya kasar dan menatap mata Arthur lembut
Arthur hanya bisa bisa menganggukkan kepalanya pelan.
"Aku ingin memelukmu sekali lagi". Lirih Varasha
Tanpa aba-aba Arthur langsung menubruk tubuh mungil Varasha dan mendekapnya erat. Menghirup aroma yang berbeda dari Vanisha gadisnya namun sama-sama memabukkan dan menenangkan dari keduanya. Arthur merasakan bahwa dadanya basah oleh air mata Varasha. Begitu juga sebaliknya, bahu Varasha yang basah oleh air mata Arthur.
Hingga akhirnya Varasha melepaskan pelukan mereka dan menangkup wajah Arthur lembut.
"Aku memang akan pergi darimu, tapi percayalah cintaku tak pernah meninggalkanmu.
Aku memang akan menghilang dari pandanganmu, tapi percayalah bayanganku selalu ada untuk selalu menjaga disisimu.
Aku memang tak pernah bisa memilikimu, tapi setidaknya aku bisa membuatmu bahagia dengan kepergianku.
Jangan pernah merasa dirimu sendirian dan tak berarti apa-apa, karena ada seseorang yang ingin bertahan hidup hanya untuk melihatmu bahagia.
Aku mencintaimu, aku tak perlu jawabanmu.
Aku menyanyangimu, aku tak perlu balasanmu.
Aku tidak tahu harus mengatakan selamat tinggal, ataupun sampai bertemu lagi.
Karena mungkin aku hanya pergi sementara atau tidak akan kembali".Setelah mengungkapkan isi hatinya Varasha berjinjit dan mengecup pelan pipi Arthur.
"Jaga dirimu baik-baik kasih". Varasha melepaskan genggaman lembut Arthur dan berjalan meninggalkannya sendirian di temaramnya malam.
***
Akhirnya End juga ya allah... :')Akhir yang mengharukan bukan? :"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Dark Side(END)
Teen Fictionketika dua kepribadian bertolak belakang melebur menjadi satu karena terlahir dari trauma masalalu. membentuk sebuah jati diri yang tangguh untuk menyelami kerasnya garis kehidupan yang harus dia jalani. wajah secerah mentari, tatapan seteduh mbun p...