***
Saat kau melukai seseorang yang kau cintai
Mungkin tak akan ada artinya
Tapi saat orang yang kau lukai pergi
Saat itu lah kau akan merasakan
Sakitnya torehan luka yang dia terima
~Ryu~...Kau bisa menenangkanku, tapi tidak akan bisa menghentikanku”. Kata-kata itu selalu terngiang di dalam ingatan Arthur
Arthur tengah berjalan menyusuri jalanan malam yang mulai terlihat sepi. Hanya ada kendaraan yang berlalu lalang di sekitarnya. Angin malam berhembus kencang menembus pori-porinya memberi sensasi menusuk pada tulang-tulangnya. Arthur seperti kehilangan arah, tatapannya nanar dan langkahnya gontai.
Dia berhenti di sebuah taman yang sering ia singgahi dengan Vanisha yang membuatnya mengingatmemori indah yang ia lalui bersamanya.
“Kak Arthur aku takut”. Lirih Vanisha
“Aku bersamamu sayang, apa yang kamu takutkan hm?”. Arthur membawa gadisnya ke dalam pelukan hangatnya
“Aku malah semakin takut saat kita bersama-sama seperti sekarang ini, aku takut terbiasa hidup bersamamu”. Serak Vanisha menahan isakannya
“Kenapa?”. Bingung Arthur
“Aku takut suatu hari kamu ninggalin aku saat aku sudah terbiasa hidup denganmu, aku tidak bisa hiks... membayangkan hidup tanpamu hiks...aku hanya punya dirimu untuk kucintai hiks...hiks”. curhat Vanisha di sela-sela tangisnya
Arthur tidak menyangka kekasihnya akan berpikiran seperti itu tentu saja Arthur tidak akan pernah meninggalkannya. Bahkan membayangkannya saja Artur tk sanggup.
“Sssttt... kamu tidak perlu takut, aku tidak akan pernah meninggalkanmu sampai kapanpun, aku janji padamu aku akan membuatmu selalu bahagia bersamaku dan tak akan membiarkanmu terluka”. Arthur mempererat pelukannya pada Vanisha dan mengecupi puncak kepalanya
Mengingat itu semua membuat dada Arthur sesak, sangat sesak hingga Arthur merasakan sakit di dadanya.
“Arrrgghhhh....”. teriak Arthur
Tak terasa butiran kristal lembut meluruh dari mata indah lelaki itu. Ya Arthur menangis. Dia menangisi kebodohannya. Sekarang dia harus kehilangan seseorang dia yang sangat dia cintai.
“Maafin aku sayang, aku berjanji tidak akan membuatmu terluka, tapi aku malah menghacurkan hati dan hidupmu maaf”. Butiran bening itu bertambah deras meluruh dari mata indah Arthur
Tak apa bukan jika seorang laki-laki menangis?. Terkadang laki-laki menangis bukan karena mereka lemah, tapi itu bagian dari pengekspresian dari bagaimana ketulusan perasaan yang dia punya pada seseorang. Arthur tak peduli dengan pandangan orang yang melihatnya dan mengatakan oia lemah pun Arthur tak peduli. Dia hanya ingin meluapkan semua emosinya.
~Varasha POV~
Sementara Arthur tengah meluapkan emosinya dengan menangis menyesali perbuatannya. Lain hal nya dengan Varasha yang kini tengah duduk manis di dalam mobil sport hitam Alex dan menunggu aba-aba untuknya menancap pedal gas mobilnya.
“Baiklah semua siap... 1...2...3...GO....”. teriak serorang gadis memberi aba-aba dan menjatuhkan sapu tangan sebagai tanda
Varasha langsung menancap gila-gilaan pedal gasnya berusaha meluapkan segala emosinya lewat mobil yang tengah ia bawa. Varasaha menyeringai saat lawan balapannya akan mencuranginnya dengan menenggornya dari samping karena itulah dia tanpa aba-aba menginjak pedal remnya sehingga mobilnya berdecit berhenti dengan keras. Sementara lawan yang akan mencuranginya kini sudah terguling bersama mobilnya.
“Ckkk... kau salah memilih lawanmu dasar bodoh!”. Varasha menyeringai dan melajukan mobilnya lagi dengan santai
Saat sampai di garis finish semua orang bersorak dan menghampirinya
“Wowww...kamu begitu hebat”. Takjub Alex
“Cih... kau berlebihan”. Sinis Varasha
“Tidak aku tidak berlebihan”. Alex tetap mengelak
“Terserah... dimana hadiahku?”. Varasha menengadahkan tangannya meminta imbalan taruhan yang dibuat Alex dan lawannya
“Ah... aku hampir lupa”. Alex menyerahkan sebuah koper berisi koper
“Baiklah aku percaya kau tidak akan memberiku uang palsu melihat bagaimana kerennya mobilmu”. Santai Varasha lalu melenggang pergi dengan santainya
Namun barus beberapa langkah seseorang emncekal tangannya.
“Tungguh... biarkan aku mengantarmu”.
“Tidak perlu, aku bisa pulang sendiri”. Datar Varasha
“Ini sudah malam, bagaimana kalo ada preman-preman mengganggumu?”.
“Dengan senang hati aku akan menghabisinya”. Sinis Varisha
“Apa maksudmu?”.
“Aku sudah lama tidak menghilangkan nyawa seseorang, tanganku gatal”. Santai Varasha sambil memberrsihkan kuku dari debu kecil yang terselip di dalamnya
“B-baiklah jika itu maumu, ku harap kita bertemu lagi”. Ucap Alex penuh harap
“Kau tidak akan pernah bertemu denganku lagi”.
“Kenapa?”. Kecewa Alex mendengar penuturan Varasha
“Karena aku akan pergi ke tempat asalku”.
“Dimana itu? Aku akan menghampirimu, aku tidak peduli sejauh apapun itu”.
“Kau tak akan bisa, tempatku begitu kelam dan jauh kau tak akan mampu”. Senyum Varasha kali ini senyumannya begitu tulus dan manis yang membuat Alex tertegun
Selanjutnya Varasha melanjutkan langkahnya dengan menenteng koper ditangannya untuk pulang.Alex hanya mampu terpaku menyaksikan gadis yang telah mencuri hatinya itu berjalan menjauh dan perlahan tak terlihat tenggelam di gelapnya malam.
"Aku bahkan belum bilang bahwa aku menyukaimu Varasha...",
Ternyata seperti ini rasanya ditinggal pergi sebelum sempat memiliki...",
Hm... Lumayan menyakitkan untukku yang suka bermain perempuan". Alex tersenyum kecut melihat nasibnya sekarang
***
Author juga sama lex, sakit hati sebelum memiliki. :'v
Nanti mau bikin sinetron CHSA
#curhatan_hati_seorang_author :')
KAMU SEDANG MEMBACA
The Dark Side(END)
Teen Fictionketika dua kepribadian bertolak belakang melebur menjadi satu karena terlahir dari trauma masalalu. membentuk sebuah jati diri yang tangguh untuk menyelami kerasnya garis kehidupan yang harus dia jalani. wajah secerah mentari, tatapan seteduh mbun p...