32

9.8K 663 4
                                    

Selamat malam minggu wahai para readerskuw... :*
Author memutuskan up cerita untuk menyenangkan para readers biar malam minggu ini menjadi jomblo yang berguna. :"

***
Kau tahu bahwa sebuah ucapan
sama dengan sebuah peluru?
Mereka sama-sama dapat melukai seseorang yang menerimanya
Meluncur dengan cepat menembus dada
Mengoyak jiwa dan raga
Dan berakhir dengan meregang nyawa
~Ryu~


Darrrrrrrr....crasssss.....

“Arrrrrgggghhhh....”. Teriakan semua tamu undangan yang ada disana menggema ke segala penjuru ruangan
“Kev... bawa lari Arthur sekarang keluar dari koridor belakang, biar gue yang bawa om Nichollas dan tante Natasha sekarang!”. Perintah Aldo yang langsung di angguki oleh Kevin

“Thur ayo pergi dari sini, nyawa lo dan om Nichollas dalam bahaya”. Ajak Kevin sambil menarik paksa tangan Arthur yang kini masih sibuk tertegun melihat seorang pelayan yang tergeletak di hadapannya dengan sebuah lubang di kepala

Kevin yang sudah terbiasa melihat hal-hal seperti ini hanya bersikap biasa dan memilih langsung menarik keras tangan Arthur agar pergi darisana sebelum aba-aba Varasha keluar untuk meluluh lantahkan pesta. Kevin dan Aldo memanfaatkan kelengahan Danish yang sibuk mencari siapa pelaku penembakan anak buahnya untuk berlari keluar mengamankan Arthur dan orang tuanya.

Dan benar saja baru selangkah mereka keluar dari ruang pesta suara rentetan tembakan saling bersahutan dengan diiringi teriakan-teriakan histeris para tamu undangan yang berhamburan keluar menyelamatkan diri.

“Kev apa yang terjadi sebenarnya?”. Tanya Arthur bingung

“Ini belum saatnya lo tahu semuanya, sekarang masuk ke dalam mobil bersama om Nicho dan tante Natasha. akan ada beberapa mobil dan body guard yang akan ngelindingi lo dari belakang buat jaga”. Jelas Kevin yang mendorong Arthur masuk ke sebuah mobilyang sudah terdapat orang tua Arthur di dalamnya

Setelah mobil yang di tumpangi Arthur berjalan keluar diikuti beberapa mobil orangnya Kevin dan Aldo memilih untuk masuk untuk membantu tim mereka melawan anak buah Danish yang yang lumayan banyak dan terlatih disana.


~Varasha POV~

Sebuah panggilan terhubung di alat komunikasi yang sudah terpasang rapih di telinga Varasha yang memunculkan suara Kevin yang melaporkan sesuatu yang membuat Varasha menyeringai senang

“Var... ada anak buah Danish yang menyamar menjadi seorang pelayan, dia membawa racun injeksi yang akan diarahkan untuk Arthur”. Kevin berbicara penuh kehati-hatian agar tidak ada yang mencurigainya

“Bagus, akhirnya lelaki brengsek itu memulai sendiri permainannya. Bawa Lola pergi dari sana setelah itu pastikan kalian berada tepat di samping Arthur dan orang tuanya. Aku akan melubangi kepala pelayan sialan itu”.

“Apa kita tidak langsung mengamankan mereka saja?”.

“Tidak, dan bawa mereka bertiga saat Danish tengah lenga mencari siapa penembaknya. Jika kalian berdua tidak hati-hati melakukannya, maka rencanaku yang lainnya akan hancur semua”. Dingin Varasha

“Ok gue ngerti”.

Setelah memutuskan sambungannya dengan Kevin, Varasha merenggangkan otot-otot lengan dan juga lehernya lalu bersiap di posisinya untuk mengarahkan snipernya pada target yang sekarang tengah diincarnya.

“Berikan aku kordinat yang pas untuk melubangi kepalanya”. Seru Varasha pada Alexa yang sibuk mengatur lensa teropongnya

“Gue dapat, dia bergerak ke arah jam 12.00 tepat, dan kekuatan angin disini mengarah kuat ke arah barat, kau lihat meja berhias kain putih bernomor putih dengan nomor 15 itu?”.

“Aku melihatnya”.

“Arahkan bidikan lo kesana dahulu karena kupastikan dia akan berhenti tepat di antara Arthur dan meja yang tadi kusebutkan”.

Dan benar saja pelayan itu berhenti tepat di tempat yang Alexa beritahukan kepada Varasha. Varasha menyeringai kejam dengan tatapan yang tidak beralih sedikitpun dari snipernya. Dan saat pelayan itu mulai mengangkat tangannya dan bersiap untuk menusukkan racun injeksi yang ia bawa pada tubuh Arthur Varasha segera mengunci target dan menarik menarik pelatuk senjatanya dan...

Darrrrr.....crasss.....

“Arghhhhh....”. teriakan seluruh penghuni acara membuat Varasha tertawa iblis melihatnya apa lagi saat melihat target utamanya kini tengah terkejut dan mengedarkan pandangannya mencari siapa pelaku penembak anak buahnya

“Tembakan yang sempurna”. Kekeh Alexa sambil mengacungkan jempolnya pada Varasha sebelum kembali menatap setia dan mengatur lensa teropongnya guna menikmati kekacauan yang Varasha buat di seberang sana

“Apa mereka sudah berhasil membawa Arthur dan orang tuanya pergi keluar?”. Tanya Varasha

“Sepertinya mereka baru saja keluar dari pintu koridor belakang pesta”. Jawab Alexa sambil memperjelas pandangan pada teropongnya untuk memastikan apa ang ia katakan pada Varasha

“Bagus”. Varasha tertawa lebar dan menekan tombol pada alat yang terpasang di telinganya

“Bereskan sekarang”. Perintah Varasha pada seseorang di seberang sana

Dan tepat setelah Varasha memberikan perintah terdengar bunyi rentetan senjata tajam yang menguar hingga terdengar ke luar gedung. Varasha kembali pada senjatanya dan mengarahkan bidikkannya pada target utama dengan arahan Alexa, namun benar yang di katakan ayahnya bahwa Danish tidak mudah untuk dia bunuh. Buktinya sekarang Varasha tengah menggeram kesal karena Danish berhasil lolos dri sana.

“SIALLL!!! Aku bersumpah akan melubangi setiap lekuk tubuhmu dasar brengsek sialan!”. Kesal Varasha

Drrtt...drrrtttt....

Roger is calling....

“Halo”.

“Nona gawat”.

“Ada apa? Bisakah kau mengatakannya dengan jelas hah?!!”. Amuk Varasha yang bertambah kesal

“Anak buah Danish menyandra tuan Bima, mereka mendatangi rumah dan menyerang kami semua, sementara nona tahu jika sebagian besar dari kami di kerahkan tuan Bima untuk melindungi anda”. Jelas Roger

Sementara Varasha yang mendengar semuanya terdiam dengan tangan yang mengepal kuat hingga kuku-kuk tajamnya masuk menghujam ke dalam kulitnya.

Alexa yang sedari tadi berdiri santai mengamati Varasha kini seluruh tubuhnya gemetar hebat bahkan kakinya sudah seperti tak bertulang hingga ambruk terduduk melihat perubahan Varasha.

Varasha yang biasa saja sudah terlihat menyeramkan di mata Alexa dan sekarang ia terlihat berkali-kali lipat menyeramkan sekaligus mengerikan. Iris mata gadis itu kembali memerah bercampur hitam yang begitu kelam, pandangannya tajam siap menghujam siap untuk menerkam, seringai lebar di wajah pokernya membuat siapaiap untuk mnerkam, seringai lebar di wajah pokernya membuat siapapun enggan memandang wajah cantiknya dan jangan lupakan tetesan darah segar yang mengalir dari telapakan tangan bekas hujaman kuku-kuku nya yang begitu tajam.

“Cukup bermain-main denganku bastard, sekarang giliran aku yang akan bermain-main denganmu, kau kira dapat mengalahkanku? Hahahaha... aku akan mencabik-cabik tubuhmu”. Varasha tertawa iblis lalu menyambar kunci mobilnya dan berjalan meninggalkan atap gedung meninggalkan Alexa yang masih setia terduduk dengan badan gemetaran dan wajah pucat pasih karena ketakutannya.

“Simpan sniper itu untukmu, bukankah kau sangat ingin memilikinya? Anggap saja itu kenang-kenangan dariku sebelum aku meghilang”. Ucap Varasha pada Alexa sebelum benar-benar menghilang di pintu rooftop

The Dark Side(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang