PROLOGUE

108K 5.2K 400
                                    

Malam di Abel Wood masih selalu sama, angin yang mengigit berembus di sepanjang jalan sepi , lampu-lampu berbentuk lingkaran dengan tiang besi berwarna hitam, membantu memberikan kehangatan selain fungsi utama sebagai penerang. Masih butuh waktu lama sampai butiran-butiran putih dari langit turun dan menyelimuti jalanan, tetapi hawa dingin ketika malam tidak pernah hilang dari Abel Wood. Bahkan ketika musim panas dengan terik yang menguji emosi dan terlalu malas untuk beraktivitas, malam di Abel Wood tetap akan menjadi sejuk dengan embusan angin yang memainkan rambut. Bisa dibilang ketika musim panas datang, kau akan sangat beruntung jika berada di Abel Wood. Lain lagi jika di musim lainnya, semi, gugur atau bahkan musim dingin, kemungkinan besar akan meliburkan diri kalau bisa.

Alasan mengapa ketika malam jarang sekali ada orang berlalu-lalang di Abel Wood adalah karena hawa dinginnya. Sebagian lebih memilih di dalam rumah sambil meminum segelas jahe hangat dan menonton acara-acara yang menghibur, atau info yang mengisi pengetahuan. Sebagiannya lagi terpaksa harus berada di luar karena memang memiliki jadwal pekerjaan yang membuatnya harus menetap sampai pagi, atau memang baru saja pulang dari kantor yang cukup jauh karena sekarang jam sudah menunjukan pukul sebelas malam. Satu jam lagi maka jam besar yang berada di dekat kantor walikota Abel Wood akan berbunyi. Bunyinya tidak nyaring sampai membuat kuping pengang atau mengganggu tidur. Jamnya sudah tua, gesekannya tidak terlalu hebat jadi bunyinya kadang hanya berdecit atau hanya bergema pelan mengingat Abel Wood memiliki banyak lahan kosong yang menjadi taman atau jalanan dengan jarak antara rumah ke rumah lainnya tidak dekat.

Jalanan di kota Abel Wood semuanya sudah beraspal kecuali tempat-tempat tertentu yang memang dirancang tidak seperti itu, contohnya taman. Trotoar untuk pejalan kaki disediakan mengingat banyak yang memakai kendaraan umum untuk mengurangi polusi sekaligus mempercepat waktu dan menghemat keuangan mengingat harga kendaraan dan pajak yang melunjak di Korea Selatan. Trotoar Abel Wood cukup nyaman karena memang disediakan agar tidak saling mengganggu dengan kendaraan dengan jalanan yang dipastikan tidak licin sampai membuat terjatuh karena teksturnya memiliki batu-batu yang disemen sekaligus. Tetapi bukan berarti pukul sebelas malam banyak yang akan berlalu lalang, bahkan jarang sekali, namun Kim Taeri sedang menyusuri malam di Kota Abel Wood sambil menapak kaki dan terjatuh berkali-kali. Nyatanya jalanan kota Abel Wood tidak dapat mencegah dirinya ambruk dan berusaha kembali bangun sampai tidak jarang harus merangkak, mencari-cari pegangan untuk kembali bangkit.

Jika orang melihat Taeri tengah malam seperti ini dengan pakaian tipis akan berpikir dia gadis bodoh, hantu penunggu atau mungkin jalang yang baru saja dipakai sampai puas lalu dibuang begitu saja. Tipikal jalang murahan yang suka menjadi korban kekerasan tetapi tidak dapat berbuat apa-apa karena begitu membutuhkan uang. Namun Kim Taeri sama sekali bukan tiga kualifikasi di atas, dia memiliki uang dan hidupnya tercukupi sekalipun tidak terlalu mewah. Dia juga memiliki rumah yang biasanya menjadi tempat dia berlindung. Sialnya tentang dia menjadi korban kekerasan adalah kebenaran yang pahit. Tidak ada masalah dengan otak belakangnya yang menjaga keseimbangan, satu-satunya masalah adalah kakinya yang memar kebiruan, beberapa menghitam hampir pudar, sebagiannya baru saja didapatkan. Sebelah kakinya berjalan terseok-seok (perlu diseret) untuk berpindah tempat. Belum lagi bekas luka karena dia perlu jatuh berkali-kali dari usahanya melarikan diri.

Napasnya terengah dengan rambut berantakan yang kering dan kusut-tidak karuan. Bagian tulang pipinya adah darah mengering bekas pecahan kaca yang sebelumnya sempat menancap bekas botol minuman keras yang lumayan mahal. Ujung bibirnya masih ada darah segar yang bahkan Taeri sendiri lupa karena apa, mungkin bekas pukulan karena adapula memar di sana. Kalau saja dia ditelanjangi saat ini, akan ada banyak bekas-bekas kekerasan yang lebih mengenaskan.

Kim Taeri mungkin sampai saat ini masih hidup, tetapi jiwanya sudah lama mati bersama dengan hatinya yang hancur lebur berkali-kali. Satu-satunya yang membuatnya bertahan ada perasaan lelah mati berkali-kali dan hanya ingin pergi dari setan yang merenggut kehidupannya. Atau kalau tidak, mungkin dia akan berubah menjadi setan itu sendiri dengan pecahan kaca yang dia pegang setelah menusuk tunangannya sendiri.

"K-kau baik-baik saja? Butuh bantuan?" tanya seorang pria yang entah sejak kapan sudah berdiri di depannya.

Taeri yang sedari tadi merangkak untuk pergi sejauh mungkin agar tidak ditemukan sang tunangan, mendongak menatap pria yang mungkin akan menjadi penyelamatnya atau mungkin iblis lainnya. Sekalipun angka kriminalitas di sini tak sebanyak beberapa negara lainnya, tetapi masih banyak pria bajingan yang tidak dapat memakai otaknya melainkan selangkangan yang selalu meminta kepuasan sendiri. Tetapi ketika mengamati lebih jelas pria yang sedang di depannya dengan sisa-sisa tenaga, Taeri merasa memiliki peluang untuk merubah semuanya. Saat ini juga dia harus mempertaruhkan segala yang dia miliki.

Tangannya merah celana bahan berwarna hitam dengan bahan yang begitu lembut. Harganya pasti bisa untuk makan dirinya berbulan-bulan. Bahkan beberapa celana yang sedang pria itu kenakan dapat ditukar dengan rumah yang sedang dia tempati bersama tunangannya yang sialan itu. Uang dan kekuasaan, Taeri dapat menggunakan apa yang dimiliki pria yang sedang menawarkan bantuan ini. Otaknya harus bekerja bahkan saat-saat nyawanya seperti meregang, menyedihkan.

Baiklah, Kim Taeri, mari bertaruh pada semuanya, kau mati sekarang atau bangkit sekalipun terjebak pada pelik.

"T-tolong nikahi aku, Ryu-ssi."

Ryu Jungkook, pengusaha muda yang namanya mengaung di seluruh antero Korea, baru saja bertemu dengan wanita gila babak belur yang kemungkinan besar sedang berusaha menjebaknya. Bahkan dia belum selesai dengan masalah di rumah di mana sang istri melempar surat perceraian ke wajahnya hingga dia harus mencari udara segar sambil menyetir tengah malam dengan mobil sportnya. []

Mungkin Kim Taeri sudah kehilangan akal untuk keluar dalam nerakanya. Dia mempertaruhkan segalanya ketika lelah untuk mati berkali-kali. Berusaha mengakali Ryu Jungkook, pengusaha muda kaya raya yang sedang menjalani perceraian dengan istrinya. Taeri hanya ingin lepas dari tunangannya yang sakit jiwa, tapi tidak sadar bahwa dia jatuh ke dalam pelukan bahaya lainnya.

© a-noona

+++

Mohon jangan pernah menyamakan atau membandingkan satu cerita ke cerita apapun.

MALACHAI ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang