tujuh

678 37 1
                                    

vote and comment!

vote and comment!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

- -

"Ini siapa?" heran Reva, sambil memikirkan nama teman-teman sekelasnya.

"Gak tau ah" Reva memencet tombol untuk mematikan handphonennya.

🌻🌻🌻

Hari Kamis pun tiba, seperti biasa Reva memakai baju batik sekolahnya dan menyantap sarapan pagi bersama keluarganya.

"Ma" panggil Reva tiba-tiba sambil memasukan sesuap rotinya.

"Iya dek?" sahut Kiara.

"Reva..kangen Papa deh" ucap Reva sambil menatap kursi di samping kanannya yang dulu biasa Papanya pakai.

"Sabar ya sayang, Papa kan juga kerja di Belanda sana" balas Kiara ikut sedih.

"Eeh!, dek!, ayo cepetan udah mau telat nih!, gue ada piket" Gavin berusaha mencari topik agar mengubah suasana yang tidak enak itu.

"Yaudah, aku berangkat dulu ya Ma" Reva mencium punggung tangan Kiara dan langsung naik ke jok motor milik Gavin.

"Hati-hati ya Gavin bawa motornya!" teriak Kiara dari depan pagar rumahnya.

"Iya Ma" Gavin menutup kaca helmetnya dan menancap gas motornya begitu mesinnya sudah panas ia langsung berangkat.

"Dek" Gavin memanggil Reva yang sedang merapihkan rambutnya.

"Hm?" sahut Reva.

"Udah dong...jangan lesu gitu, Papa lagi kerja keras loh buat kita, dah ya, kamu belajar yang bener" Gavin mengacak-acak puncak kepala Reva dan mencium pelan kening Reva.

"Iya Kak, adek tau, tapi ini rambut aku baru dirapihin" Reva merapihkan rambutnya yang berantakan lagi karena Gavin mengacak-acak rambutnya.

"Hehe, udah sana masuk gih, gue gak jemput ya, inget loh!" ucap Gavin kemudian langsung pergi dari hadapan Reva.

"Sayang banget sih sama kakak gue satu ini" Reva memutar balikan badannya.

"Astaghfirullah!" Reva memegang dadanya yang terkejut akibat Rafael yang tiba-tiba sudah di belakangnya.

"Ngapain sih?!, bikin orang kaget aja!" setelah menetralkan jantungnya, ia melangkahkan kakinya untuk pergi dari situ.

"Siapa suruh pergi?" Rafael menahan pergelangan tangan Reva. Murid-murid di sekitarnya sontak melihat ke arah mereka berdua.

RAFAELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang