empat belas

638 30 2
                                    

jangan lupa vote & komennya yaa
selamat membaca readers!!

jangan lupa vote & komennya yaaselamat membaca readers!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

- -

"Dan! Rel! Key!, gue mau pulang ya, Kak Gavin udah ngechat" ucap Reva berpamitan kepada sahabatnya sambil menggantung tas selempangnya di bahu.

"Lah? serius?, dianterin Kak Rafael gak?" tanya Dania.

"Gak" Reva menggelengkan kepala.

"Mau gue anterin gak, Rev?" tanya Angga.

"Gak usah Kak, gue pamit ya semuanya, Kak Sinta, Kak Fio"

"Gak mau tungguin Rafael selesai telepon aja Rev? lumayan kan ongkos gratis" tanya Ucup menaik-turunkan alisnya.

"Gak Cup udah deh" Reva langsung memakai sepatu sneakersnya di depan pintu keluar.

Sambil berjalan menuju ke jalan raya untuk mencari taxi, ia melihat-lihat ke arah pohon dan burung-burung yang berterbangan.

Srek, srek

"Apaan tuh?" gumam Reva sambil menengok ke samping kanannya.

Srek, srek

Kucing berwarna putih tiba-tiba keluar dari semak-semak di bawah pohon.

"Aaa lucu banget" Reva berjongkok untuk mengelus-elus bulu tubuh kucing tersebut.

"Rev" tiba-tiba suara bass laki-laki membuat Reva terkejut sampai tersungkur ke tanah.

"Astaghfirullah mama kunti!, lo buat kaget aja sih?!" Reva membersihkan celananya dan berdiri.

"Siapa yang suruh lo pulang sendiri?" tanya Rafael. Ya, orang yang membuatnya sampai tersungkur itu adalah Rafael.

"Gak ada, kenapa?" Reva melipat kedua tangannya di depan dada.

"Pulang sama gue" katanya.

"Gak mau" tolak Reva.

"Kenapa?" tanya Rafael dengan wajah yang terlihat suntuk.

"Apa?" balas Reva dengan bertanya balik.

"Kenapa gak mau?" Rafael memasukan kedua tangannya di saku celananya.

"Gak mau apa?" tanya Reva dengan polos.

"Bolot!" cibir Rafael.

RAFAELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang