dua puluh

543 27 4
                                    

jangan lupa vote + comment yaa
selamat membaca readers!!

jangan lupa vote + comment yaaselamat membaca readers!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

- -

"Kamu buat ulah apa lagi sih?!, Mama capek punya anak kayak kamu, kerjanya berantem mulu, balapan mulu!, pulang bonyok gini, kamu gedenya mau jadi apa hah?! mau jadi penggulat WWE?! iya?!" Amel menatap intens, lebih tepatnya emosi pada anaknya yang sedang makan di hadapannya.

Kemarin malam, Rafael habis bertengkar dengan anak Taruna Bakti, sekaligus berbalapan. Dan begitu ia pulang, lagi-lagi ia pulang dengan wajah yang memar, dan luka di tangannya.

"Kemarin-kemarin di sekolah juga kamu buat ulah lagi kan?! Mama tuh udah nyekolahin kamu, nitip ke Tante Septi, tapi kamu tetap aja kayak anak bandel, apa jangan-jangan kamu juga ngeganja?!, Mama tuh gak pernah ngajarin kamu buat ngelakuin buruk-buruk yang kayak gitu Rafael! mau kamu Mama pindahin ke asrama?!"

"Bawel banget sih Ma, kayak Ibu Kos aja" ucap Rafael sambil menyuapkan sebuah roti bakar ke dalam mulutnya.

Zara, adik perempuan Rafael yang mendengarnya menahan tawa.

"Kamu tuh ya! mau diomelin berapa kali sih?!" teriak Amel.

"Mama..udah lah" Reza, ayah dari Rafael mencoba menenangkan istrinya yang sedang emosi.

"Sekarang kamu jujur sama Mama, kamu ngeganja kan?!" tanya Amel naik darah.

"Ya ampun ngeganja dong Ma, hahaha" Zara tidak bisa menahan tawanya.

"Zara diam kamu!" tegur Amel.

"Iya maaf"

"Nggak lah Ma, astaghfirullah" jawab Rafael dengan ketus.

"Baguslah" Amel meminum teh tawar buatannya.

"Rafael, nanti Papa mau bicara sama kamu" Rafael membalasnya dengan dehaman.

Ddrtt!, Ddrtt!!, handphone Rafael yang ada di atas meja makan bergetar.

Rafael langsung mengambil handphonennya dan pergi ke lantai atas, lebih tepatnya ke kamarnya.

Tumben Dimas nelpon?, batin Rafael.

"Kenapa?" Rafael menempelkan handphonenya di telinga sambil ia pegangi.

"Dimana lo?" tanya Dimas.

"Rumah"

"Kesini cepetan"

"Kemana bodat?" tanya Rafael.

"Markas, tolong bawain obat luka ya"

"Hah?, obat luka buat apaan?, lo pada abis main kucing garong?" tanya Rafael.

"Bawa aja sih elah, cepetan!"

"Bawa apaan?"

"Udah bawa aja semua yang lo punya di rumah"

"Iya, iya"

"Thanks man" sambungan teleponnya terputus, segera Rafael mengambil jaket jeansnya, dan beranjak turun dari kamarnya.

RAFAELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang