Ini mimpi buruk kedua setelah dihantui oleh kasus kematian Om Setia. Kedatangan Jenny membuatnya kalang kabut tak tahu harus mengusir gadis itu dengan cara apa. tiba-tiba saja Jenny datang dan memeluknya erat tanpa mau melepaskan. Ditambah pula seonggok koper yang dibawa gadis itu.
"Sayang, kamu tahu nggak, aku tadi sampai tersesat loh. Aduh, ini desa tempatnya pelosok banget sih. Udah kayak mencari ketombe di rambut aku yang pasti nggak akan pernah ketemu." Jenny tersenyum ceria.
"Jen─Jenny," Josha berusaha melepaskan pelukan Jenny. Di belakang sana, Hanum pasti melihat adegan mereka. "Kamu ngapain ke sini?" tanya Josha setelah berhasil mencekal kedua pergelangan Jenny supaya tidak lagi memeluknya.
"Aku kan udah bilang, Josh, aku cinta kamu. Makanya aku susul kamu kemari. Aku akan bantuin apa aja yang kamu butuh. Jadi aku akan tinggal di sini juga bareng kamu."
"Hah? Jangan bercanda, Jen. Mending kamu pulang deh." Josha melirik ke belakang dan melihat Hanum masih menatap mereka.
Jenny mengikuti lirikan Josha dan baru menyadari bahwa ada orang lain di rumah ini. dengan gaya santai tanpa canggung sedikitpun, Jenny berjalan cepat menghampiri Hanum.
"Halo, aku Jenny, pacarnya Josha. Kamu pembantu ya? Uh, zaman sekarang ya, pembantu dandannya nggak mau kalah sama majikan. Kamu udah kece kok. Kece badai," kemudian gadis itu tertawa.
Josha menarik lengan Jenny lalu menghentakkannya. "Jaga omongan kamu. Dia namanya Hanum, tuan rumah di sini."
Membulat mata Jenny mendengarnya. Tuan rumah?
"Yang bener, Josh?" tanya Jenny dengan raut wajah tak percaya.
Josha memutar bola mata. "Mending kamu minta maaf pada Hanum. Kamu harus bersikap sopan pada orang yang punya rumah kalau ingin menumpang di sini."
"Siapa bilang aku mengizinkannya menumpang di sini?" Hanum yang sedari tadi diam tanpa ekspresi, mulai bersuara. Josha dan Jenny menatapnya bingung campur kaget.
"Em, Han, untuk malam ini saja, aku minta tolong biar Jenny menginap di sini. Besok dia pasti pulang."
"Tidak ada kamar untuk dia," ucap Hanum tanpa perasaan. Jenny langsung benci melihat sikap arogan gadis yang bernama Hanum itu.
Josha tampak berpikir sebentar. Sebenarnya sesama perempuan, Jenny bisa saja tidur di kamar Hanum. Tapi sudah jelas Hanum akan menolaknya. Tidur dengan nenek juga tidak mungkin. Di ruang kecil sebelah dapur, biasanya juga digunakan Bu Minah untuk tidur siang. Josha tak tega jika Jenny harus tidur di sana. Meskipun dia sudah tak ada rasa pada Jenny, tetap saja dia tak ingin gadia itu kesusahan saat berada di kota lain. Akhirnya hanya ada satu jawaban.
"Kalau begitu biar Jenny tidur di kamarku. Aku tidur di sini." Josha menunjuk sofa di depan televisi.
"Josh, kenapa kita tidak sekamar aja?" pertanyaan Jenny mendapat pelototan dari Josha. Gadis itu tidak mengerti mengapa pembagian kamar dipermasalahkan. Bahkan semalam dia baru saja memadu kasih dengan Josha. Jadi apa salahnya jika malam ini terulang lagi.
"Han, aku akan tidur di sini. Aku janji."
"Memang seharusnya begitu. Aku nggak akan membiarkan kalian berbuat mesum di rumah ini. Kalau sampai aku tahu kalian bermain di belakangku, aku pastikan akan menggiring kalian ke rumah Pak RW. Saat itu terjadi, berdoa saja supaya warga tidak menelanjangi kalian." Hanum segera pergi setelah menuntaskan ceramahnya. Tentu saja itu hanya karangannya saja. Warga di tempatnya tinggal tidak suka main hukum sendiri. Mereka pasti menyerahkan kepada pihak yang berwajib. Dia hanya ingin menakut-nakuti dan menggertak saja. Dan melihat wajah kedua orang itu tercengang, sepertinya gertakannya berhasil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perkara Bang Josh (End✅)
General Fiction"Wasiat sialan!" Umpatan itu yang diucapkan Josha saat tahu papanya yang baru saja meninggal memberinya empat wasiat yang harus diselesaikan. Jika Josha menolak wasiat itu, maka bisa dipastikan dia tak akan mendapatkan harta warisan papanya sepeserp...