Memuaskan jiwa di klub malam. Di Tasikmalaya nanti dia akan sangat jarang pergi ke sini. Jadi apa salahnya menikmati malam-malam terakhir di Jakarta dengan bersenang-senang? Kalau Jenny tidak mau ikut dengannya, tidak masalah. Tapi jangan harap Jenny bisa memonopolinya malam ini.
Seperti sorot cemburu yang sekarang dilihatnya dalam mata Jenny, saat dia berkenalan dengan gadis yang baru dikenalnya beberapa menit yang lalu. Gadis yang tidak pernah dilihatnya sebelumnya datang bersama Jenny. Gadis yang terlihat cool, tidak banyak bicara namun mata yang memandang menguasai. Josha ingin sekali menaklukkannya malam ini.
Tidak butuh lama untuk menggaet Virny, nama gadis itu. Dia memang terkenal hebat meluluhkan hati wanita. Selain karena wajah tampan dan fisik yang tercetak sempurna dari balik kemeja ketatnya, kata rayuannya memang sangat jitu menarik lawan jenis.
Josha tidak mau menunggu waktu lebih lama lagi untuk menyeret Virny ke kamar hotel. Sudah lama kenikmatan itu tidak direguknya sejak mamanya mengabarkan surat wasiat yang membuatnya stres dan hampir gila. Kini dia tidak mau pikirannya direcoki oleh hal-hal tak masuk akal itu.
"Mau ke mana, Josh?" Jenny menghadang langkah mereka. Wajahnya mendongak sempurna menunjukkan keangkuhan. Menyesal dia mengajak Virny dan mengenalkan pada Josha. Tidak mengira kalau Josha akan tertarik pada gadis dengan mulut tertutup itu.
"Mau bersenang-senang," jawab Josha santai. "Aku punya teman gadis baru. Terima kasih ya sudah mengenalkan kami."
Jenny melotot dan menggenggam erat tangannya sendiri. Dia melirik Virny yang sedang menaham senyum. "Jangan lupa, Josh, aku masih pacarmu!"
"Kukira sejak kamu menolak kuajak ke Tasikmalaya, kita sudah berakhir," jawab Josha tenang. Lelaki itu tersenyum mengejek.
Jenny mengatupkan rahangnya menahan marah. "Tapi bukan dengan cara seperti ini. Kamu mau bersenang-senang dengan..." Jenny kembali menoleh kepada Virny. Lalu katanya, "Eh, lo, Vir, dia ini cowok gue."
"Udah deh, Jen. Simpan marahmu buat besok pagi, ya. Sekarang aku duluan," ucap Josha kemudian menarik tangan Virny. Tidak dipedulikannya Jenny yang berteriak lantang memanggil namanya berulang-ulang. Dia bergeming.
***
Virny memang tidak selihai Jenny ketika di atas ranjang. Ciumannya tidak sefantastis ciuman Jenny. Tapi jujur saja, Josha sangat menikmatinya. Sepertinya model gadis seperti ini yang belum pernah dicobanya. Diam-diam tapi menghanyutkan. Tidak mengerang lebay atau bahkan berteriak-teriak. Josha benci sekali dengan gadis seperti itu.
"Jadi kenapa kamu putus dari Jenny?" tanya Virny dengan posisi setengah duduk dan menutup tubuhnya yang polos dengan selimut. Senyum tipis terulas di bibirnya yang mungil. Apa yang terjadi baru saja di antara mereka seperti akan sangat membekas di benaknya. Josha memang terlihat garing dari luar, tapi lembut di dalam. Seperti iklan makanan ringan.
"Aku minta dia ikut ke Tasikmalaya."
"Emang mau apa kamu ke Tasikmalaya? Dan untuk berapa hari?"
Josha yang sedang mengenakan pakaiannya setelah dari kamar mandi, kini berdiri tegak menghadap Virny. "Aku ngajak dia buat merawat nenek buyutku yang udah pikun, dan aku nggak bisa pastikan kapan aku kembali."
Virny melotot dan mulut membuka lebar saking kagetnya. Beberapa detik kemudian dia tertawa ringan. Tidak berniat menyepelekan, tapi di telinga Josha itu sangat menghina. Ternyata Virny tidak ada bedanya dengan Jenny.
"Kenapa kamu tertawa?" tanya Josha tegas.
"Terang aja Jenny nolak ikut kamu. Itu bukan pekerjaan yang masuk akal. Merawat nenek buyut? Kamu nggak bisa bayar perawat untuk manula, gitu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Perkara Bang Josh (End✅)
General Fiction"Wasiat sialan!" Umpatan itu yang diucapkan Josha saat tahu papanya yang baru saja meninggal memberinya empat wasiat yang harus diselesaikan. Jika Josha menolak wasiat itu, maka bisa dipastikan dia tak akan mendapatkan harta warisan papanya sepeserp...