19. Cemburu

403 45 0
                                    

Barangkali ini yang disebut dengan firasat. Ketika perasaannya tak tenang karena melihat gelagat mencurigakan dari Hanum dan Arfo. Meski di antara mereka berdua tidak ada percakapan yang serius, tetap saja Josha curiga. Untuk menjaga perasaan Hanum, Josha menyimpan kecurigaannya.

Pada keesokan harinya ketika Josha mengajak Arfo ke rumah batik sedangkan Hanum memilih untuk ke kampus menyelesaikan kesalahan skripsi sekaligus membendel, Josha masih saja diam dan tidak mengungkapkan kecurigaannya kepada Arfo. Ada sedikit rasa malu kalau saja Arfo akan menertawainya. Dia lebih fokus pada perbaikan bisnisnya supaya bisa berkembang lebih baik.

Banyak masukan penting yang diberikan Arfo dalam berkreasi dalam motif batik. Josha mendengarkan dengan serius karena dia sadar langkahnya dalam dunia kerja masih jauh di belakang Arfo. Mereka mengakhiri pengamatan itu dengan diskusi matang.

Josha dan Arfo keluar dari rumah batik untuk menuju kampus Hanum. Jadi tadi pagi mereka bertiga berangkat bersama dan Hanum turun di kampusnya. Sekarang waktunya kedua lelaki itu menjemput gadis itu.

Sikap Hanum memang berbeda. Itu kesimpulan Josha. Kecurigaannya semakin meningkat saja. Dia memutuskan untuk menghentikan mobilnya di tempat parkir sebuah kafe.

"Kita mau makan siang di sini, Josh?" tanya Hanum heran karena sebelumnya Josha tidak mengatakan akan mengajak mereka makan siang.

"Iya, di sini ada masakan kesukaan kamu. Tumis buncis daging sapi."

"Wow, itu juga masakan kesukaan gue," sela Arfo setelah mereka turun dari mobil. "Aku ingat waktu itu kamu dan teman-teman kamu ikut masak bareng sama mamaku. Iya kan, Han."

"I-Iya," Hanum menjawab tak tenang. Di sampingnya, Josha tampak terkejut.

"Jadi kalian bukan hanya sekedar kenal," gumam Josha dengan gaya tenang setelah mampu menguasai diri. Lelaki itu memasuki kafe dan memilih kursi yang paling dekat dengan taman. Di dalam taman mungil itu ada kolam ikan kecil yang mengalirkan air sehingga berbunyi gemerisik.

"Ya, begitulah, Josh. Namanya juga pernah tinggal satu rumah selama sebulan. Terang aja bukan sekedar kenal." Arfo melebarkan senyum dengan tatapan lembut kepada Hanum. Hanum hanya tersenyum tipis kemudian menunduk membaca buku menu. Sedangkan Josha mengamati mereka dengan dada bergemuruh.

Makan siang yang seharusnya menjadi momen menyenangkan, nyatanya tak berjalan seperti yang diharapkan bagi Josha dan Hanum. Josha penuh dengan curiga sedangkan Hanum seolah menyembunyikan sesuatu. Hanya Arfo saja yang tampak santai dan tak peduli dengan kedua sikap pasangan sejoli itu. Lelaki itu hanya terkadang seja menahan senyum karena berada dalam situasi yang menurutnya sangat menggelikan.

***

Hanum tak keluar lagi dari kamar setelah mereka sampai rumah sampai malam tiba. Gadis itu meminta Bu Minah supaya tidak pulang sampai nenek tidur. Dia hanya keluar kamar untuk mandi saja. Selebihnya dia lebih memilih sendiri dari pada bergabung dengan Josha dan Arfo untuk menonton televisi atau mengobrol di teras depan.

Hanum tentu tak akan lupa siapa Arfo. Arfo adalah anak dari ibu kost yang pernah dikenalnya saat dia dan teman-temannya magang. Dulu teman-temannya sering meledeknya dengan Arfo karena lelaki itu secara tidak langsung sering menggoda Hanum. Hanum tentu saja tidak merespon. Bukan karena tidak suka, tapi karena sifat dinginnya yang tak bisa mencair hanya karena digoda saja.

Kalau masalah perasaan sebenarnya dulu Hanum ada rasa meski hanya sedikit. Rasa yang sedikit itu kalau dipupuk lama-lama akan menjadi dalam. Tapi untunglah waktu mereka bersama hanya sebulan. Jadi Hanum berhasil melenyapkan rasa itu karena dia yakin Arfo pun tidak begitu serius dengan perasaannya.

Tapi kini mereka bertemu kembali dengan tatapan mata Arfo yang tak berubah seperti dulu. Hanum khawatir Josha mengetahui rasa yang dulu pernah ada sekali pun sekarang rasa itu tak berbekas sama sekali. Dia hanya berharap semoga Arfo lekas pergi dan hatinya kembali nyaman.

Perkara Bang Josh (End✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang